Bayangkan, jika Anda adalah seorang pemimpin. Anda dituntut untuk membuat keputusan yang menyangkut puluhan ribu jiwa. Jika Anda salah dalam mengambil keputusan, puluhan ribu jiwa menjadi korban.
Pemimpin memiliki tanggung jawab besar untuk berpikir sekaligus bertindak secara cepat dan tepat, bukan sekadar adaption melainkan adaptive terhadap berbagai situasi dan kondisi.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa suatu organisasi dapat berhasil karena adanya faktor internal berupa kepemimpinan pada setiap tingkatan organisasi, kompetensi, dan tindakan yang dilakukan oleh pemimpin di suatu organisasi (Yukl, 1989).
Wali kota Semarang, Hendrar Prihadi menjadi contoh kepemimpinan tanggap dalam menghadapi perubahan situasi yang cepat dalam masa Pandemi saat ini. Beliau mengatakan bahwa wabah corona menyebabkan tiga permasalahan, yaitu kesehatan, perekonomian, dan disinformasi atau penyebaran hoaks.
Kepemimpinan Tanggap
Konsep pembangunan “Bergerak Bersama” dipilih Wali kota Semarang dalam penanggulangan COVID-19. Dalam proses pengambilan kebijakan, Hendi juga turut menjalin koordinasi yang baik dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan pihak lainnya, seperti BUMN, BUMS hingga BUMD turut andil untuk saling membantu dalam penanganan COVID-19. Contohnya, pihak swasta membantu Pemkot Semarang dalam pengamanan sosial penyaluran 5000 paket sembako, satu ton beras, dan lima bilik disinfektan.
Wali kota Hendrar Prihadi juga menegaskan kepada pihak kepolisian melalui tim pemantauan untuk mencegah penyebaran hoaks yang akan menyebabkan kepanikan masyarakat. Selain itu, gugus tugas Polrestabes Semarang juga diminta untuk mendata tempat yang menjual masker dan hand sanitizer guna data evaluasi supaya tidak ada penimbunan serta kekosongan stok.
Sinergitas Pemkot Semarang dengan pihak lain terkait penanggulangan COVID-19 menjadi sebuah titik terciptanya kepemimpinan tanggap sehingga kepentingan masyarakat publik tetap terpenuhi tanpa menimbulkan kepanikan.
Kebijakan Inovatif Hendrar Prihadi
Pada tanggal 31 Maret 2020 lalu, Presiden Jokowi mengumumkan bahwa Indonesia tidak menerapkan lockdown seperti negara lain mengingat kondisi wilayah, penduduk, ekonomi, fiskal hingga budaya Indonesia bertentangan dengan negara lain. Selanjutnya, Presiden Jokowi mengumumkan pemilihan opsi Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) sebagai upaya preventif dalam menghadapi penyebaran COVID-19.
Pengambilan kebijakan yang sesuai dengan kondisi Kota Semarang menjadi hal yang dilematis bagi Hendrar Prihadi atau kerap disapa sebagai Hendi sebagai seorang pemimpin. Bahwasannya terdapat dua pihak yang mendukung sekaligus menolak akan diberlakukannya PSBB sebagaimana yang telah diterapkan oleh kota-kota lain di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Hendi memilih jalan tengah untuk diberlakukanya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) di Kota Semarang (newsdetik.com,2020).
“Saya menyebutnya sebagai jalan tengah, karena di satu sisi terdapat pihak yang menginginkan PSBB dan disisi lain terdapat pihak yang menolak PSBB karena alasan ekonomi. Artinya, terdapat sebuah keseimbangan antara dua kelompok besar, kemudian diterbitkan PKM, dengan dasar kegiatan patroli kerjasama antara tim satuan TNI-POLRI dan Pemerintah Kota Semarang,” ujar Hendi dalam pernyataan tertulis, Kamis (14/5/2020).
Selama pemberlakuan PKM di Kota Semarang, masyarakat diberi ruang untuk melakukan kegiatan ekonomi asal mematuhi SOP yang ada. Lebih jelas, Hendi menjelaskan poin penting mengenai PKM, yaitu:
1) Penghentian kegiatan sekolah serta institusi pendidikan lainnya,
2) Pembatasan kegiatan di tempat kerja, tempat umum serta tempat ibadah,
3) Pembatasan kegiatan sosial budaya sehingga tempat hiburan serta wisata ditutup,
4) Pembatasan PKL informal yang menggunakan fasilitas umum dengan beroperasi dari pukul 14.00 WIB hingga 21.00 WIB,
5) Pasar tradisional, restoran, toko modern dan lainnya boleh beroperasi dengan waktu yang telah ditentukan.
Selain itu, PKM juga didukung dengan kebijakan Jogo Tonggo yang dicetuskan oleh Gubernur Jawa Tengah sehingga kedua kebijakan ini dapat saling melengkapi.
Keberhasilan Kota Semarang dalam Menghadapi Pandemi
Dalam era Pandemi, Hendrar Prihadi hadir sebagai sosok yang adaptive terhadap perubahan situasi kondisi dengan berbagai kebijakan yang telah disesuaikan oleh keadaan masyarakat.
Pendekatan yang dipilih Hendi dalam rangka memutus rantai penyebaran virus corona juga berbeda dengan pemimpin di daerah lain, bahwasannya setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing sehingga sulit untuk disamakan.
Pendekatan sosial-kultural dengan Kebijakan PKM dan Jogo Tonggo menjadi alternatif yang membuahkan hasil efektif. Atas keberhasilan dalam perencanaan pembangunan di tengah krisis Pandemi tanpa melakukan PSBB, Semarang dinobatkan sebagai Kota Terbaik dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2020 pada konferensi online (30/4/2020).