Kepemimpinan merupakan salah satu dari sekian banyak aspek penting dalam berjalannya sebuah organisasi. Menjadi seorang pemimpin bukanlah persoalan yang mudah. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar dan bertindak sebagai pemegang kendali sekaligus penentu arah pergerakan organisasi yang dipimpinnya.
Berbicara mengenai kepemimpinan akan selalu menjadi topik menarik yang pembahasannya seakan tak pernah lekang oleh waktu.
Menurut House dalam (Yukl, 2009) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Robbins (2018) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian visi atau serangkaian tujuan (Robbins & Judge, 2018).
Dengan kata lain, unsur kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Kemampuan mempengaruhi adalah yang dominan dari kepemimpinan, dan keberhasilan seorang pemimpin adalah seberapa besar ia dapat mempengaruhi, memotivasi, dan menginspirasi orang lain.
Globalisasi dan perkembangan teknologi yang berlangsung dengan sangat cepat membuktikan bahwa lingkungan organisasi baik sektor privat maupun publik bersifat dinamis. Adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah diperlukan agar organisasi dapat bertahan dan menjaga eksistensinya di tengah ketidakpastian.
Berkaitan dengan hal ini, kepemimpinan yang sifatnya transformasional harus hadir untuk merespon kenyataan mengenai peliknya masalah kelembagaan dan birokrasi di negeri ini. Kepemimpinan transformasional merupakan model kepemimpinan yang mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada bawahan serta dapat menanamkan pengaruh positif terhadap kinerja bawahan untuk mencapai segala visi dan tujuan organisasi (Robbins & Judge, 2018).
Kepemimpinan transformasional yang terbuka terhadap inovasi diperlukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan publik dan menjawab setiap tantangan reformasi birokrasi yang selama ini digaungkan.
Kepemimpinan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas merupakan salah satu contoh yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran tentang bagaimana seorang pemimpin daerah dapat mengelola setiap sumber daya yang dimiliki dan memberikan terobosan baru melalui berbagai program inovatif guna menjamin kualitas pelayanan dan kesejahteraan rakyat.
Abdullah Azwar Anas selaku Bupati Banyuwangi, yang telah menjabat selama dua periode ini telah banyak menginisiasi program-program inovatif sejak hari pertamanya ditahbiskan. Salah satu program andalannya diberi nama Smart Kampung.
Program Smart Kampung sejatinya merupakan pengembangan terhadap konsep Smart City, yakni pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi ke dalam tata kelola pemerintahan setingkat kota, dengan tujuan untuk mencapai efisiensi, memperbaiki kualitas pelayanan, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Konsep ini kemudian disesuaikan dengan kondisi nyata yang terjadi di Banyuwangi yang 87 persen wilayahnya terdiri dari perkampungan. Berangkat dari kondisi tersebut, program ini kemudian dinamai Smart Kampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2016 tentang Integrasi Program Kerja Berbasis Desa/Perkotaan (Tamaim, 2020).
Program Smart Kampung yang diprakarsai oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas pertama kali diluncurkan secara resmi oleh Menkominfo Rudiantara pada Mei 2016 (banyuwangikab.go.id, 2016).
Dengan dihadirkannya program ini, desa diharapkan dapat memiliki kerangka kerja program terpadu dengan menggabungkan penggunaan teknologi informasi berbasis serat optik, kegiatan ekonomi produktif dan kreatif, perbaikan pendidikan dan kesehatan, serta upaya pengentasan kemiskinan. Adapun beberapa tujuan dasar program Smart Kampung ini diterapkan antara lain:
- Meningkatkan program kerja setiap SKPD agar dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, tepat sasaran dan tentu saja harus cepat
- Meningkatkan fungsi pemerintah desa dalam mendukung pelaksanaan program kerja pemerintah Kabupaten
- Meningkatkan fungsi pelayanan masyarakat agar dapat langsung dinikmati oleh lapisan masyarakat paling bawah
- Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program kerja pemerintah kabupaten
- Memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan secara terpadu (Tamaim, 2020).
Berdasar pada visi dan tujuannya, program ini pada dasarnya berkeinginan untuk mengurangi tingkat kerumitan birokrasi di tubuh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan mencapai efisiensi karena semua urusan pemerintahan dapat diselesaikan di tingkat desa.
Kepemimpinan Transformasional yang diterapkan oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dalam memimpin ditunjukkan sejak awal masa kepemimpinannya. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran beliau yang berhasil merubah image Banyuwangi dari yang sebelumnya dikenal sebagai kota santet menjadi salah satu daerah yang berhasil menerapkan konsep Smart City melalui program Smart Kampung.
Dalam pelaksanaannya, program ini terbukti berhasil memperbaiki kualitas pelayanan di Kabupaten Banyuwangi sebagaimana yang tercantum dalam tujuan dasarnya yaitu meningkatkan fungsi pelayanan masyarakat agar dapat langsung dinikmati oleh lapisan masyarakat paling bawah.
Hal ini dilakukan dengan pengintegrasian teknologi ke dalam setiap aspek pelayanan sehingga dapat memberikan kepastian, kemudahan, dan kemurahan biaya dalam menyelenggarakan pelayanan.
Selain berfokus kepada pelayanan publik, program Smart Kampung juga diterapkan untuk menggerakkan berbagai sektor lain, seperti inovasi desa, pengembangan UMKM, dan penggerakan ekonomi lokal.
Hal ini dilakukan dalam satu tempat di mana Balai Desa menjadi pusat aktivitas masyarakat. Pada ekonomi lokal, Pemerintah Desa memberikan dan memfasilitasi pelatihan kepada masyarakat guna menumbuhkan dan mendukung usaha masyarakat.
Hasilnya, dalam lima tahun terakhir, pendapatan per kapita warga Banyuwangi naik 80 persen dari Rp20,8 juta per orang menjadi Rp37,53 juta per orang (banyuwangikab.go.id, 2016).
Selanjutnya, bukti penerapan kepemimpinan transformasional Abdullah Azwar Anas dalam memimpin Banyuwangi adalah terbuka terhadap setiap masukan dan tak sungkan untuk melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
Aspek collaborative governance menjadi penting dan sangat dibutuhkan di tengah lingkungan organisasi yang dinamis serta pemimpin diharapkan mampu untuk menghimpun dan bekerja sama dengan setiap stakeholders dalam mewujudkan pembangunan Banyuwangi.
Hal inilah yang kemudian dilakukan oleh Abdullah Azwar Anas dengan mengadakan program Smart Kampung Festival. Program Smart Kampung Festival yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat Banyuwangi digelar dengan bertema kebudayaan lokal.
Pengangkatan budaya lokal dalam festival inovasi tersebut diyakini dapat menjadi stimulus yang akan mendorong kepercayaan diri dan kemandirian masyarakat.
Pendekatan inilah yang dilakukan oleh Abdullah Azwar Anas dalam memupuk kepercayaan dan meningkatkan motivasi dalam diri masyarakat untuk mampu bersaing dan terus berupaya untuk mengembangkan setiap potensi melalui berbagai program inovatif.
Program ini terbukti berhasil menampung setiap aspirasi dan inovasi yang diberikan masyarakat dalam rangka melakukan pengembangan program-program yang sudah ada maupun sebagai bahan masukan untuk program selanjutnya.
Salah satu contoh inovasi dari masyarakat yang berhasil ditampung adalah layanan “Siap Cantik” yang merupakan akronim dari Sistem Aplikasi Posyandu dengan Pencatatan Elektronik (Fanani, 2019). Inovasi yang digagas masyarakat tersebut membuktikan adanya upaya segenap masyarakat yang dihimpun oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk memperbaiki masalah kesehatan di Banyuwangi.
Karakter serta gaya kepemimpinan Abdullah Azwar Anas yang transformatif dan inklusif disinyalir menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan program Smart Kampung dan berbagai program inovatif lainnya yang turut menjadikan Banyuwangi sebagai salah satu Kabupaten yang berhasil dan berpengaruh di Indonesia.
Hal ini juga membuktikan bahwa kepemimpinan yang sifatnya transformasional sangat diperlukan untuk memberikan motivasi dan menanamkan kepercayaan kepada masyarakat berkenaan dengan krisis kepemimpinan di Indonesia di masa sekarang ini.
Pemimpin sejatinya harus dapat menanamkan pengaruh positif dalam diri pihak yang dipimpin serta harus bersifat terbuka, inovatif, dan adaptif dalam mengatasi setiap masalah dan persoalan di tengah ketidakpastian lingkungan dan keruwetan birokrasi.