Pelaksanaan tatanan normal baru atau new normal yang dimulai dengan masa transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta di antaranya mulai membuka aktivitas perkantoran, rumah makan mandiri, pergudangan, perindustrian, pergudangan yang hanya diisi 50% dari kapasitasnya. Kendati begitu, pelaksanaan PSBB transisi telah memberikan sinyal bahwa geliat aktivitas perekonomian dapat mulai berjalan kembali, meskipun masih terbatas.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan jika pelonggaran PSBB terimplementasi dengan baik, maka tak menutup kemungkinan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV dapat pulih kembali.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa implementasi PSBB transisi akan menggerakan kembali aktivitas ekonomi. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyrakat yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Tentu saja dengan secara bertahap mulainya aktivitas ekonomi maka akan mulai berangsur ada aktivitasnya. Ini akan mendorong perdagangan, aktivitas ekonomi dan terutama pendapatan masyarakat. Dengan aktivitas ekonomi tentu mendukung pertumbuhan ekonomi," ujarnya pekan lalu. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 akan turun lebih rendah dibandingkan realisasi pada kuartal I 2,97%. Akan tetapi kembali meningkat pada kuartal III dan IV, sehingga ia masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di akhir tahun mencapai 2,3%.
Namun saat PSBB transisi diterapkan, lonjakan kasus baru justru terjadi seiring dengan membaiknya mobilitas publik di ibu kota. Sebelum bulan Juni, angka pertambahan kasus infeksi Covid-19 di Jakarta berada di bawah 200. Namun pada sepekan terakhir angkanya naik mendekati 400 kasus baru per hari.
Peningkatan yang mengkhawatirkan tersebut membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk memperpanjang masa transisi PSBB hingga 2 pekan.
"Kita memutuskan kembali memperpanjang masa PSBB transisi untuk ketiga kalinya," kata Anies dalam konpers di Balai Kota, Kamis (30/7).
DKI Jakarta memang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat, selain sebagai pusat ekonomi RI, kasus di ibu kota juga terbilang paling banyak jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
"Zonasi risiko di DKI Jakarta, 5 kota semuanya risiko tinggi, zona merah. Hanya satu yakni Kepulauan Seribu dengan risiko sedang. Ini harus menjadi perhatian," kata Wiku dalam keterangan pers dari Graha BNPB, Selasa (28/7/2020).
Saat PSBB transisi dilakukan, muncul klaster baru penyebaran wabah Covid-19. Klaster tersebut adalah klaster perkantoran. Maklum selama PSBB transisi banyak karyawan yang sudah mulai kembali ke kantor untuk bekerja. Dengan kasus baru yang terus bertambah setiap harinya dengan tren naik, terhitung sudah tiga kali aturan PSBB diperpanjang di DKI Jakarta.
Apabila dilihat dari sudut pandang epidemiologi, angka reproduksi efektif (Rt) dari wabah di DKI Jakarta juga kembali melonjak. Menurut perhitungan perusahaan analitik Bonza, saat ini angka Rt di DKI Jakarta berada di 1,29.
Kembali naiknya kasus di sejumlah daerah di tanah air ini memang menjadi ancaman yang serius bagi ekonomi dalam negeri. Total penderita Covid-19 di Indonesia kini sudah lebih dari 104 ribu orang. RI bahkan sudah melampaui China sebagai episentrum awal sejak pekan lalu. Lonjakan kasus yang terjadi membuat pemerintah menghadapi dilema besar untuk menggeber laju perekonomian.
PSBB yang masif mulai digalakkan pada kuartal kedua. Saat roda ekonomi dipaksa berputar melambat, output diperkirakan bakal mengalami kontraksi yang dalam. Menteri Keuangan bahkan merevisi turun outlook pertumbuhan PDB kuartal kedua dari -3,8% (yoy) menjadi -4,3%(yoy).
Harapan besar bertumpu pada kuartal ketiga. Namun sinyal bahwa wabah sudah mencapai puncaknya juga belum terlihat. Bukannya melengkung ke bawah, kurva epidemiologi RI justru masih melanjutkan tren kenaikan.
Apalagi kalau melihat wilayah-wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah yang berkontribusi terhadap 54,2% PDB RI masih mengalami kenaikan kasus maka prospek ekonomi pada kuartal ketiga tentunya sangatlah mengkhawatirkan.
Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sudah bisa dipastikan mengalami kontraksi. Apabila kontraksi berlanjut di kuartal ketiga, maka sah Indonesia mengalami apa yang disebut sebagai technical recession.
Dalam laporan terbaru Bank Dunia yang bertajuk Long Road to Recovery. Jika kasus infeksi Covid-19 di Indonesia tak segera melandai terutama untuk periode Juli maka output ekonomi Tanah Air diprediksi bakal menyusut 2% tahun ini.
Indonesia sudah masuk di zona resesi. Di mana pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut. Hal ini dikonfirmasi langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%. Ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 berada di minus 5,3%.
Sementara di 2020, secara keseluruhan Sri Mulyani melihat ekonomi pun minus 0,6% hingga 1,7%. Dampak pandemi Covid-19 menyebabkan terjadi penurunan ekonomi di seluruh dunia. Aktivitas ekonomi menurun karena penutupan banyak kegiatan usaha.
Oleh: Diah Ayu Kumalasari/ Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi, UNJ