Jangan sekali kali melupakan sejarah, kalimat terkenal dari pak Soekarno ini pasti udah sering banget kita dengar. Kalimat ini bisa kita artikan banyak makna tergantung sudut pandang yang mana. Saya sendiri mengartikan kalimat ini sebagai suatu pelajaran untuk tetap melihat masa lalu sebagai bagian dari hidup kita, untuk kita belajar dari masa lalu agar kedepan hidup kita tidak sampai jatuh ke lubang yang sama atau setidaknya kita bisa ambil pelajaran dari masa lalu kita. Selain itu kalian bisa mengartikan yang lain tergantung sudut pandang mana kalian melihat kalimat khas pak Karno tersebut.
Pelajaran dari kalimat ini membuat saya masuk jurusan sejarah, ya meskipun tidak semena mena gitu saja bisa masuk jurusan ini. Melalui proses panjang saya bisa masuk dan sampai saat ini dapat bertahan di seluk beluk jurusan sejarah yang mungkin tidak banyak orang tau. Berbagai mata kuliah saya tempuh hingga sampai pada satu mata kuliah menarik yaitu filsafat sejarah. Terlintas pertama kali dalam pikiran saya “waduh, sudah sejarah ketambahan filsafat lagi apa nggak puyeng nanti” ternyata benar, puyengnya dobel dobel. Untungnya mata kuliah ini menarik sekali pembahasan dan literatur bacaannya.
Balik lagi pada pembahasan mengenai masa lalu, dalam mata kuliah filsafat sejarah salah satu tokoh yang juga berkecimpung dalam dunia filsafat sejarah kita pelajari. R.G. Collingwood atau kerap disapa Collingwood dengan pemikirannya dalam dunia sejarah yaitu tentang re-enactment. Collingwood juga ikut memberikan sumbangsih mengenai pemikiran masa lalu. Menanyakan perihal bagaimana para sejarawan dapat mengetahui hakikat hakikat tentang sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu. (Wijaya, 2017)
Collingwood menekuni studi kritis tentang apa yang ada di masa lalu. Hal kritis yang dimaksudkan di sini tidak hanya spekulatif melainkan ada sebuah pola pola yang mengarah kepada sebuah filsafat sejarah.
Hubungan antara ilmu alam dan ilmu sejarah ada pada dua hal yang berbeda, walaupun pada penerapannya tidak jarang juga sejarah menggunakan ilmu bantu ataupun sudut pandang dari ilmu lain baik ilmu social, ekonomi, maupun alam. Dianggap berbeda karena sejarah berurusan dengan seluruh umat manusia yang memiliki karakteristik berbeda dan mampu mengekspresikan pemikiran yang rasional.
Re-enactment yang dimaksudkan dalam pemikiran Collingwood adalah suatu upaya menghadirkan kembali pemikiran para agen sejarah di masa lalu yang sampai saat ini masih bisa kita lacak dalam konteks masa kini. Upaya ini akan menghasilkan suatu penilaian terhadap tindakan dan juga dapat menjawab pertanyaan mengenai masa lalu yang masih ditanyakan di masa kini. (Anamofa, 2018)
Pemikiran Collingwood di sini memunculkan pertanyaan dalam benak saya “Apa sebenarnya poin besar dari pemikiran Collingwood yang dapat berdampak juga pada sejarah yang saya tekuni saat ini?”. Pikiran ini muncul berjalan seiring saya mulai menggali banyak literatur mengenai Collingwood dan re-enactment nya. Nyatanya pemikiran nya memang berpengaruh bagi dunia persejarahan.
Bagaimana seorang sejarawan bisa menggambarkan sebuah peristiwa sejarah ketika ia tidak bisa masuk dan membawa diri mereka kembali ke zaman di mana peristiwa tersebut terjadi agar dapat merasakan seluruh situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. Tentunya dengan tetap berangkat dari sumber dan data yang menyajikan fakta-fakta yang terjadi di lapangan saat itu. Poin besar yang ingin saya garis bawahi di sini ialah bagaimana Collingwood mampu berfikir secara kritis dalam menyikapi pemikiran agen sejarah di masa lalu sedangkan dia sendiri berada di masa kini saat itu.
Ia mampu kembali menghadirkan jawaban jawaban atas pertanyaan yang belum terjawab saat ini. Sebagai contoh kita mampu belajar dari peristiwa sejarah adalah kasus pandemi yang muncul di awal tahun 2020, sebenarnya ketika kita kembali ke masa lalu pandemi seperti ini sudah terjadi yaitu wabah PES. Mengharuskan kota Malang melakukan lockdown untuk memutus rantai pandemi saat itu.
Ketika kita mampu belajar dari sejarah atau kejadian di masa lalu kita bisa mengantisipasi maupun mencegah semakin menyebarnya wabah ini. Walaupun kejadiannya tidak sama persis tentunya paling tidak kita dapat melihat bagaimana cara penanganan wabah PES saat itu.
Kisah Karantina Wabah PES di Malang tahun 1910-1916 ditulis oleh Martina Safitry dalam sebuah jurnal sejarah. Dalam artikel ini disebutkan bahwa daerah Malang merupakan daerah yang memiliki potensi alam yang indah berubah menjadi mencekam ketika kasus PES pertama masuk ke dalam kota ini dibulan November.
Kasus kasus terus bertambah dan semakin melonjak jumlah pasien dan korban jiwa nya. Artikel ini menjelaskan juga mengenai bagaimana masuknya wabah PES ke Indoensia. Menjelaskan juga mengenai bagaimana penanganan yang dilakukan oleh warga sekitar dan pemerintah hingga akhirnya mampu dinyatakan bebas dari Wabah ini di tahun 1916 an. (Marthina Safitry, 2020)
Melalui kisah singkat di atas tentang karantina wabah PES di malang bisa kita bedah melalui pemikiran yang diajarkan oleh Collingwood re-enactment. Banyak dijelaskan di atas bahwa pemikiran-pemikiran kita sebagai sejarawan bisa dan patut kita kembalikan ke masa lalu, ketika menjadi masyarakat yang terdampak pandemic ini.
Tidak hanya dikaji melalui peristiwa nya saja melainkan juga mengkaji dari pemikiran pemikiran pelaku sejarah dalam peristiwa tersebut. Dalam re-enactment nya ia menghasilkan dua hal yaitu Outsid dan Inside dari peristiwa tersebut. Contoh, Outside yang ada dalam karantina wabah PES ini adalah Masuknya wabah PES ke kota Malang dan mengakibatkan harus diadakannya karantina wilayah.
Sedangkan inside dari peristiwa ini ialah “Bagaimana keputusan pemerintah dan warga desa untuk karantina wilayah dilakukan sehingga berdampak pada pemutusan rantai pandemic PES?”.
Pelajaran ini tidak hanya ditujukan pada para sejarawan. Tetapi juga dapat kita kembalikan pada diri kita masing-masing sebagai manusia. Alih-alih menyalahkan atas apa yang terjadi di masa lalu, kita sebaiknya bisa menerka-nerka kejadian di masa lalu dan menyikapi nya secara lebih positif lagi karena masa lalu juga masuk ke dalam bagian dari sejarah hidup kita yang akan tetap ada dan tidak dapat kita hapuskan saja semena-mena.
Ketika kita menyimak pelajaran sejarah yang kita tempuh di bangku sekolah dulu, juga banyak terselip berbagai pesan moral dari kejadian kejadian yang sudah lalu. Sungguh bangsa ini dapat dibayangkan menjadi bangsa yang lebih baik ke depannya apabila kita dapat mengambil pelajaran dari sejarah bangsa kita terdahulu.
Sumber:
- Anamofa, J. N. (2018). Pandangan R.G. Collingwood tentang filsafat sejarah. ResearchGate, July, 13. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.19369.90720
- Marthina Safitry. (2020). Kisah Karantina Paris of the East: Wabah PES di Malang 1910-1916. Jurnal Sejarah, 3(1), 116–120.
Wijaya, D. N. (2017). R.G. Collingwood dalam Idealisme Historis. Sejarah Dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 9(1), 8–18. https://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/1549