Kemenangan Taliban secara de facto mengundang kecemasan bagi para staf diplomat yang berada di Afghanistan, tak terkecuali para diplomat Kedutaan Besar Indonesia. Namun, pihak Kementerian Luar Negeri (kemlu) Indonesia mengungkapkan telah membuka komunikasi dengan Taliban.
Mengutip VOA, Juru Bicara Kemlu T. Faizasyah mengatakan, “komunikasi dengan Taliban merupakan suatu keniscayaan,” dan memastikan bahwa Indonesia memang telah membuka komunikasi dengan kelompok gerilyawan itu.
Lebih lanjut “sudah ada jaminan dari Taliban untuk pengamanan kompleks gedung KBRI dan wisma.”
Sebelumnya dalam pernyataan tertulisnya, Kemlu menyatakan “memantau secara dekat perkembangan yang sangat cepat yang terjadi di Afghanistan” dan berharap segera dicapainya penyelesaian politik yang “Afghan-owned, Afghan-led” atau yang dipimpin dan dilakukan sendiri oleh Afghanistan.
Ibukota Kabul dikuasai Taliban
Penarikan pasukan NATO sampai akhir bulan Agustus 2021, telah memberikan keleluasaan pada Pasukan Taliban. Dengan begitu, di pertengahan bulan Agustus, Taliban sudah menguasai beberapa Ibukota Provinsi di Afghanistan dengan cepat. Ibukota Kabul pun dapat dikuasai Taliban sejak hari Minggu (15/8/2020) lalu.
Istana Kepresidenan yang berada di kota Kabul tampak dipenuhi oleh para Petinggi Taliban yang dapat dilihat melalui beberapa cuplikan video. Sedangkan para gerilyawan lain bertugas mengawasi di sejumlah kawasan kota tersebut.
Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, pada Minggu sore berkata, guna mencegah terjadi kekacauan dan penjarahan karena ditinggalkan pasukan Afghanistan, ia telah memerintahkan para gerilyawan untuk menjaga pos keamanan dan instalansi-instalasi di Kabul.
Ia juga menghimbau warga supaya tidak panik. Sebab langkah yang ia ambil adalah untuk memastikan keamanan masyarakat dan mencegah kekacauan.
Presiden Ashraf Ghani sendiri telah meninggalkan Afghanistan sehari sebelum merilis video yang bertujuan untuk menenangkan warganya.
Misi Diplomatik Indonesia tetap berjalan di Afghanistan
Dalam pernyataan tertulis di Twitter resmi milik Kemlu, MoFA Indonesia, bahwa “misi KBRI Kabul akan tetap dijalankan dengan tim esensial terbatas.”
Dari penjelasan seorang diplomat, mengungkapkan bahwa Kedubes Indonesia di Kabul terdapat empat orang diplomat dan kurang lebih 14 stafnya, termasuk staf lokal yang masih bertahan di kompleks kedutaan.
Ia juga mengatakan bahwa kondisi di Kabul mulai sepi. Warga Afghanistan lebih memilih untuk tinggal di rumah, demi menjaga keselamatan diri mereka. Karena bila berada di luar, mereka tidak bisa membedakan mana Taliban dan mana kriminal.
Oleh karena itu, tinggal di dalam rumah adalah pilihan yang tepat. Warga diminta oleh Taliban untuk tinggal di rumah dan tidak beraktifitas di luar selama tiga hari, usai Taliban menduduki istana kepresidenan.
Keselamatan WNI jadi prioritas
Sementara warga Indonesia yang masih berada di Afghanistan, diketahui sekitar 15 orang. Mereka dalam kondisi "aman dan baik". Mereka berada di negara tersebut karena bekerja di Badan Internasional PBB dan sebagian lainnya karena pernikahan dengan warga negara Afghanistan.
Menyadur kembali dari VOA, sebagian besar warga Indonesia yang bekerja di misi-misi internasional itu telah ikut dievakuasi oleh misi atau organisasi di mana mereka bekerja. Namun mengingat keselamatan WNI, termasuk staf KBRI Kabul, merupakan prioritas utama pemerintah Indonesia maka “persiapan evakuasi terus dimatangkan.”
“Kami terus menjalin komunikasi dengan WNI kita untuk memastikan kondisi mereka,” ujar Faizasyah menutup pembicaraan