Facebook Ganti Nama Jadi Metaverse, Semesta yang Bisa Diakses Dunia Maya?

Hernawan | Muhammad Hafizh Ramadhan
Facebook Ganti Nama Jadi Metaverse, Semesta yang Bisa Diakses Dunia Maya?
Ilustrasi pria menggunakan teknologi VR (pexels.com/@mikhail-nilov)

Facebook resmi mengubah namanya pada 28 Oktober 2021 lalu. Selain itu, CEO Mark Zuckerberg ingin mengubah citra Facebook menjadi sebuah perusahaan metaverse. Facebook dikabarkan bakal merekrut 10.000 lebih pekerja Eropa untuk menyukseskan pembangunan metaverse.

Sebenarnya, apa itu metaverse? Menyadur dari Reuters, Metaverse bisa diartikan sebagai realitas digital yang menggunakan virtual reality (VR) atau augmented reality (AR) sehingga menjadi lebih hidup.

Ruang digital ini memungkinkan orang berinteraksi secara real time. Metaverse umumnya mengacu pada lingkungan dalam dunia maya yang dapa diakses semua orang melalui internet.

Dalam konteks Facebook, metaverse nantinya memberikan sensasi pergaulan baru. Pengguna bisa bertemu teman secara virtual dan mengunjungi lokasi virtual bersama-sama teman daring. Tak hanya itu, transaksi ekonomi bisa dilakukan dalam semesta ini. Agar lebih mudah membayangkan, lihat dunia gim di film Ready Player One.

Ide awal metaverse memang berasal dari fiksi. Pada 1992, terbit novel Snow Crash karya Neal Stephenson. Di novel itulah, istilah metaverse pertama kali muncul. Dalam Snow Crash, metaverse adalah dunia 3D tempat avatar pengguna berinteraksi satu sama lain dan berdampak ke kehidupan nyata.

Nah, tahun ini metaverse ramai lagi karena Ariana Grande tampil di dalam semesta gim Fortnite. Itu jadi pengalaman metaverse yang memantik percakapan tentang teknologi tersebut. Facebook bukan satu-satunya yang mengidamkan metaverse. Microsoft juga sedang mengembangkan teknologi serupa.

Perusahaan itu menawarkan metaverse untuk menyokong dunia kerja. Metaverse pun bisa dipakai untuk berbagai keperluan dalam hidup. Di bidang edukasi, metaverse mengeksplorasi praktik pendidikan baru seperti hybrid dan mobile. Guru difasilitasi membuat pembelajaran kolaboratif sehingga kelas lebih fleksibel.

Singkatnya, hal-hal yang biasanya dilakukan secara fisik akan bisa dilakukan secara daring. Selain Facebook dan Microsoft,  berbagai perusahaan terlibat dalam pengembangan metaverse seperti Roblox hingga Epic Games. Mark Zuckerberg mengklaim ingin mengembangkan metaverse agar manusia bisa semakin terkoneksi.

Menyadur cnet, pada Mei 2021, Mark Zuckerberg mengatakan ia ingin mengajak sebanyak mungkin orang untuk merasakan realitas virtual dan menjajal metaverse, sehingga bisa merasakan pengalaman sosial bersama teknologi itu.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak