Krisis ekonomi yang terjadi di negara Laos membuat pada generasi muda di negara tersebut merasa kehilangan harapan hidup. Seperti diberitakan BBC, seorang wanita muda bernama Jo yang berusia 22 tahun, baru saja mendapatkan gelar dari universitas terkemuka di Laos dalam bidang sastra mengatakan kepada BBC bahwa dia sudah merasa putus asa.
Alih-alih mencari pekerjaan di negaranya, Jo lebih berpikir untuk mencari pekerjaan di Australia meskipun sekedar sebagai tukang bersih-bersih ataupun sebagai pemetik buah. Hal ini disebabkan negara tempatnya tinggal mengalami krisis ekonomi yang sudah terjadi selama dua tahun terakhir.
Mengutip laman BBC, dalam wawancaranya, Jo mengatakan kepada BBC “Setiap orang di generasi ini tidak percaya pada pemerintah. Mereka ingin meninggalkan Laos, mereka tidak percaya apa pun yang dikatakan pemerintah, sebagian besar temanku memiliki pemikiran yang sama, tapi kami hanya membicarakannya secara pribadi. Jika kamu mengatakan hal buruk tentang mereka di depan umum, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”
Pinjaman pemerintah menjadi biang kerok krisis ekonomi
Melansir laman BBC, alasan yang menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi di negara yang menjadi salah satu termiskin di Asia Tenggara ini adalah ambisi pada proyek-proyek infrastruktur dengan melakukan peminjaman dana yang dinilai terburu-buru. Selanjutnya utang pemerintah semakin melonjak yang berdampak kepada pemotongan anggaran pemerintah, inflasi yang tinggi, dan depresiasi nilai mata uang yang mencapai rekor tertinggi.
Beberapa mega proyek infrastruktur yang didanai oleh pinjaman pinjaman Tiongkok sejak 2013, meliputi pembangunan puluhan bendungan untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga air. Namun kelebihan pasokan telah membuat banyak bendungan menjadi tidak produktif, dan perusahaan listrik negara terlilit utang sebesar $5 miliar (£4,1 miliar).
Selanjutnya adalah proyek jalur kereta api yang menghubungkan Vientiane (Ibu Kota Laos) ke Tiongkok Selatan. Proyek jalur kereta ini membebani negara dengan utang sebesar 1,9 miliar.
Faktor politik memperburuk harapan hidup anak muda di Laos
Melansir laman BBC, selain dihadapkan pada kondisi ekonomi negara yang memprihatinkan, anak muda semakin kehilangan harapan hidup karena faktor politik yang tidak kondusif di negara tersebut. Hal ini tercermin pada peristiwa penembakan oleh aparat berwenang terhadap Anousa "Jack" Luangsuphom, seorang aktivis yang memperjuangkan hak asasi manusia. Peristiwa ini dianggap sebagai penolakan reformasi oleh pihak pemerintah.
Kondisi ini semakin memperburuk keadaan dan membuat anak mudah di Laos semakin kehilangan harapan hidup jika tetap tinggal di negaranya. Hal tersebut senada dengan pernyataan Emilie Pradichit, pengacara hak asasi manusia dan pendiri kelompok hak asasi manusia Manushya Foundation kepada BBC, “[Anak muda] bahkan tidak memikirkan perubahan, yang ada hanyalah perasaan bagaimana saya akan keluar dari negara ini – saya terjebak di sini, tidak ada masa depan bagi saya.”