Semangat meningkatkan budaya literasi terus digaungkan. Kali ini, Kelompok 2 Bahasa Indonesia Kelas A Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Calon Guru Gelombang 2 Tahun 2024 Universitas Lampung menggelar Proyek Kepemimpinan bertema "Meningkatkan Budaya Literasi" di Panti Asuhan As-Salam, Lampung Selatan, pada Jumat, 18 April 2025.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga jam, mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB, ini berhasil menyatukan teori pembelajaran bahasa dengan praktik kreatif, memberikan pengalaman belajar yang unik dan berpotensi meningkatkan minat literasi di kalangan anak-anak panti asuhan. Acara ini menghadirkan inovasi media pembelajaran teks prosedur melalui kegiatan meronce. Sebanyak 20 anak tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di panti asuhan antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang dirancang interaktif dan menarik ini.
Ketua Pelaksana proyek, Egin Zipi Tri Yulian, S.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan anak-anak dalam menyusun teks prosedur sekaligus mengasah kreativitas mereka melalui media meronce.
"Kami berharap kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan literasi anak-anak, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berkesan," ujarnya.
Pengurus Panti Asuhan As-Salam, Ibu Dina, menyambut baik inisiatif dari kelompok PPG ini. Beliau menyampaikan apresiasi atas perhatian dan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di panti asuhan.
Dari Teori ke Praktik Kreatif

Setelah acara dibuka secara resmi, narasumber, Frida Nurhidayah S.Pd., yang juga merupakan anggota kelompok pelaksana menyampaikan beberapa materi. Dalam materinya, Frida menjelaskan konsep teks prosedur dengan bahasa yang mudah dipahami oleh para peserta. Ia kemudian memperkenalkan media meronce sebagai alat bantu pembelajaran yang kreatif dan interaktif.
"Meronce tidak hanya sekadar kegiatan membuat kerajinan tangan, tetapi juga dapat menjadi media yang efektif untuk memahami langkah-langkah dalam teks prosedur," jelas Frida.
Frida memberikan penjelasan detail mengenai bagaimana kegiatan meronce dapat dianalogikan dengan langkah-langkah dalam teks prosedur.
"Setiap manik-manik yang dirangkai dan setiap pola yang dibentuk memiliki urutan tertentu, sama halnya dengan langkah-langkah dalam membuat sesuatu atau melakukan suatu kegiatan yang dijelaskan dalam teks prosedur," jelas Frida, sembari memberikan contoh konkret.
Setelah sesi penjelasan materi, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengikuti games yang berkaitan dengan teks prosedur. Suasana ceria dan kompetitif mewarnai sesi ini. Kemudian, acara dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu meronce. Dibimbing oleh anggota kelompok PPG, anak-anak dengan antusias memilih manik-manik berwarna-warni dan mulai merangkainya menjadi berbagai bentuk, mulai dari gelang, kalung, hingga hiasan lainnya.
Proses meronce ini tidak hanya melatih keterampilan motorik halus dan kreativitas, tetapi juga secara tidak langsung memperkuat pemahaman mereka tentang konsep urutan dan langkah-langkah yang merupakan esensi dari teks prosedur. Diskusi dan interaksi antar anggota kelompok selama kegiatan meronce juga menjadi wadah bagi mereka untuk belajar bekerja sama dan bertukar ide.
Inovasi: Tidak Ada Keterbatasan dalam Belajar

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dari delapan anggota Kelompok 2 Bahasa Indonesia Kelas A PPG, yaitu Asih Safita, Egin Zipi Tri Yulian, Eva Listiani, Frida Nurhidayah, Msy. Fachrunnisa, Seri Melani, Syfa Nur Azizah, dan Veran Tika Agustin.
Proyek kepemimpinan ini memiliki beberapa tujuan mulia, di antaranya meningkatkan budaya literasi di Panti Asuhan As-Salam, meningkatkan pemahaman dan kemampuan anak-anak dalam menyusun teks prosedur, serta menciptakan kegiatan yang interaktif dan melibatkan anak-anak untuk mengasah kreativitas mereka.
Manfaat dari proyek ini diharapkan dapat dirasakan oleh berbagai pihak. Bagi peserta PPG, kegiatan ini menjadi wadah untuk mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran inovatif berbasis media. Selain itu, proyek ini juga memperkaya pemahaman peserta PPG dalam membangun budaya literasi dan menerapkan strategi pembelajaran literasi yang inovatif.
Lebih luas lagi, proyek ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Pemberdayaan anak-anak melalui kegiatan kreatif seperti meronce juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mengembangkan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama dan penyerahan kenang-kenangan dari kelompok PPG kepada pihak panti asuhan.
Kisah sukses inovasi di Panti Asuhan As-Salam ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkreasi dalam dunia pendidikan. Semangat untuk meningkatkan budaya literasi melalui cara yang unik dan menarik patut diapresiasi dan diharapkan dapat menginspirasi para pendidik serta pihak terkait lainnya untuk terus mencari terobosan dalam memajukan kualitas belajar anak-anak di berbagai pelosok negeri. Meronce bukan hanya sekadar bermain, tetapi telah bertransformasi menjadi jembatan emas menuju gerbang literasi bagi anak-anak As-Salam.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS