- Menkeu Purbaya dijuluki "koboi" karena gaya berani dan out of the box.
- Kebijakan ini penuh risiko: defisit, inflasi, dan keresahan investor asing.
- Ia menggelontorkan Rp 200 triliun sebagai suntikan ekonomi untuk ngebut tumbuh 6–7%.
Baru beberapa pekan menjabat, Menteri Keuangan baru Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, sudah berhasil mencuri perhatian media asing. Bukan karena sensasi, tapi karena gayanya yang dianggap radikal dan berani. The Straits Times dari Singapura memberinya julukan khusus: "Menteri Keuangan bergaya Koboi".
Julukan ini bukan tanpa alasan. Purbaya dianggap sebagai seorang pendobrak yang siap mengambil risiko besar demi membuat ekonomi Indonesia kembali yang ia sebut "ngebut".
Gayanya yang blak-blakan dan kebijakannya yang out of the box sangat kontras dengan pendahulunya, Sri Mulyani, yang dikenal sangat hati-hati dan disiplin dalam menjaga anggaran.
Jika Sri Mulyani disebut ibu bendahara negara yang cermat, maka Purbaya adalah "bapak pembalap" yang siap tancap gas. Dan gebrakan pertamanya yang membuat media asing melirik adalah sebuah pertaruhan besar yakni dengan mengucurkan dana stimulus Rp 200 triliun.
Pertaruhan Rp 200 Triliun: Buat Apa Duit Sebanyak Itu?
Langkah berani pertama Purbaya adalah mengumumkan rencana untuk menyuntikkan dana segar sebesar Rp 200 triliun ke dalam perekonomian. Kebijakan ini, seperti dilaporkan The Straits Times, adalah sebuah "pertaruhan besar terhadap pertumbuhan".
Lalu, buat apa saja duit sebanyak itu?
Secara sederhana, dana ini adalah suntikan untuk menggairahkan kembali mesin ekonomi yang dianggap berjalan terlalu lambat. Tujuannya adalah untuk mendanai berbagai program yang dampaknya bisa langsung dirasakan, seperti percepatan proyek infrastruktur, bantuan sosial (bansos) untuk menjaga daya beli masyarakat, insentif untuk sektor-sektor bisnis strategis.
Langkah ini diambil karena Purbaya tidak puas dengan kondisi saat ini. Ia ingin menciptakan sebuah "efek kejut" agar roda ekonomi berputar lebih kencang.
Mengejar Pertumbuhan Ekonomi 'Mode Ngebut'
Menteri Purbaya secara terbuka menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meroket hingga 6-7%, jauh di atas angka saat ini yang berada di kisaran 5%. Bagi seorang ekonom, target ini sangat ambisius dan butuh langkah-langkah luar biasa untuk mencapainya.
Inilah yang disebut The Straits Times sebagai kebijakan yang "tidak ortodoks". Di saat banyak negara memilih untuk mengetatkan ikat pinggang, Purbaya justru melonggarkan dompet negara. Ia percaya bahwa untuk tumbuh cepat, Indonesia harus berani "berjudi" dengan membelanjakan uang lebih banyak sekarang, dengan harapan akan ada hasil yang lebih besar di kemudian hari.
Apa Risikonya?
Tentu saja ada risiki di balik kebijakan suntikan dana 200 triliun ini. Gaya "koboi" selalu punya dua sisi mata uang: bisa jadi pahlawan, atau bisa juga berakhir nahas. Beberapa risiko dari kebijakan "gaspol" ini adalah:
1. Anggaran Bisa Jebol
Menggelontorkan dana besar berarti defisit anggaran negara bisa membengkak. Sederhananya, pengeluaran lebih besar dari pendapatan.
2. Ancaman Inflasi
Terlalu banyak uang yang beredar bisa membuat harga-harga barang kebutuhan pokok ikut meroket.
3. Investor Asing Cemas
Para investor yang suka dengan disiplin anggaran yang selama ini diterapkan, mungkin akan khawatir melihat langkah berisiko ini, yang bisa berdampak pada nilai tukar Rupiah.
Kini, semua mata tertuju pada sang "koboi" dari Kementerian Keuangan. Apakah pertaruhan Rp 200 triliun ini akan sukses membawa ekonomi Indonesia terbang tinggi, atau justru menciptakan masalah baru? Jawabannya akan kita lihat dalam beberapa waktu ke depan.