Protein Ekstra atau Kontaminasi? Kasus Ulat di Menu MBG Bangkalan

Sekar Anindyah Lamase | Gabriella Keisha
Protein Ekstra atau Kontaminasi? Kasus Ulat di Menu MBG Bangkalan
Ulat di menu MBG di SMAN 1 Kamal, Bangkalan, Jawa Timur (Instagram)

Sebuah insiden tak terduga terjadi di SMAN 1 Kamal, Bangkalan, Jawa Timur, ketika dua ekor ulat ditemukan dalam porsi makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Temuan tersebut sontak membuat heboh para siswa dan warganet, terutama setelah foto makanannya beredar luas di grup WhatsApp sekolah.

Peristiwa itu terjadi pada Senin (27/10/2025), salah satu siswa menemukan dua ulat mati di dalam sajian sayur daun singkong yang menjadi bagian menu MBG hari itu. 

Meski hanya ditemukan pada satu porsi dan belum sempat dikonsumsi, temuan ini tetap memicu kekhawatiran terkait higienitas makanan yang disediakan melalui program pemerintah tersebut.

Kepala SMAN 1 Kamal, Mohammad Sairi, membenarkan adanya temuan itu. Ia menegaskan bahwa kejadian langsung ditindaklanjuti. Menurutnya, tidak ada siswa yang sampai sakit atau mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Dilansir melalui Suara.com, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Gili Timur, Diandra Dieva Pertiwi menjelaskan bahwa ulat yang ditemukan merupakan ulat Samia Cynthia Ricini, jenis ulat yang lazim hidup di tanaman singkong. 

Menariknya, Diandra menyebut bahwa ulat ini sebenarnya bisa dikonsumsi dan dikenal memiliki kandungan protein yang tinggi.

Meski begitu, Diandra juga mengakui bahwa keberadaan ulat tersebut tetap menunjukkan adanya kelalaian dalam proses kebersihan dapur. Ia menegaskan bahwa evaluasi akan dilakukan untuk memperketat pengawasan dan memastikan kualitas makanan MBG ke depannya.

Namun, pernyataan tentang “ulat tinggi protein yang aman dikonsumsi” justru mengundang polemik baru. Banyak warganet yang menilai bahwa penjelasan tersebut tidak tepat konteks dan terkesan meremehkan standar kebersihan makanan.

Dalam unggahan akun X @nuicemedia pada Kamis (30/10/2025), warganet menyampaikan reaksi beragam, namun dominan bernada kritik.

Salah satu warganet mengomentari unggahan tersebut, “Itu tetap kontaminasi. Walaupun ulatnya berprotein, bukan berarti dapur boleh kecolongan terus dinormalisasi.”

Kasus ini akhirnya membuka diskusi publik lebih luas soal kualitas pengawasan makanan dalam program MBG. Tinggi protein atau tidak, masyarakat menilai kebersihan harus jadi prioritas utama, terutama ketika makanan tersebut disajikan untuk siswa sekolah.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak