Novel Black Mission karya James Rollins menceritakan soal kemelut perang dunia II. Dalam ceritanya, disinggung sosok Adolf Hilter. Berikut resensi buku tersebut untuk menjadi gambaran.
Identitas Buku
Judul buku : Black Mission
Penerbit : Dastan Books
Penulis : James Rollins
Tahun terbit : 2006
Jumlah halaman : 425 hal
Nomor edisi terbit : ISBN 978 602 247 206 3
Resensi Buku
James Paul Czajkowski (lahir 20 Agustus 1961), atau lebih dikenal dengan nama pena James Rollins, adalah seorang dokter hewan yang berkebangsaan Amerika, dan penulis aksi petualangan atau thriller, misteri, dan techno-thriller novel.
Black Mission memiliki judul asli Black Order yang merupakan buku ketiga dari serial Sigma Force setelah Sandstrom (2004) dan Map Of Bones (2005).
Dimulai pada catatan sejarah
Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, menjelang kekalahan Jerman, peperangan baru di antara negara-negara sekutu dimulai. Cara perang yakni dengan menjarah teknologi temuan para ilmuan Nazi. Inggris, Amerika, Prancis, dan Rusia saling menyikut demi kepentingan masing-masing.
Banyak paten dicuri, untuk tabung vakum, bahan kimia dan plastik aneh, bahkan untuk pasteurisasi susu dengan sinar ultraviolet. Namun, banyak dari paten yang paling rahasia terpendam di balik proyek-proyek sangat berbahaya, seperti Operation Paper Clip-melibatkan ratusan ribu ilmuan roket, Nazi V-2, yang direkrut secara rahasia dan didatangkan ke Amerika Serikat.
Namun, Jerman tidak menyerahkan teknologi mereka begitu saja. Mereka berupaya mengamankan rahasia dengan harapan akan lahirnya kembali the Reich. Banyak ilmuan dibunuh, laboratorium dihancurkan, dan cetak biru disembunyikan dalam gua-gua, ditenggelamkan dalam danau, maupun dikubur dalam ruang bawah tanah.
Pencarian itu semakin mengundang bahaya. Ada ratusan laboratorium Nazi, kebanyakan di bawah tanah, tersebar di Jerman, Austria, Cekoslowakia, dan Polandia. Salah satu yang paling misterius adalah bekas tambang di luar kota pegunungan kecil Breslau, Polandia. Penelitian pada fasilitas ini berkode rahasia die Glocke atau the Bell. Penduduk di sekitar melaporkan penampakan cahaya aneh serta penyakit dan kematian misterius.
Pasukan Rusia yang pertama kali menemukan tambang itu. Tempat tersebut telah dikosongkan. Keenam puluh dua ilmuwan yang terlibat dalam proyek ini ditembak mati. Tetapi peralatan itu sendiri lenyap entah kemana, hanya Tuhan yang tahu. Satu hal yang diketahui secara pasti: The Bell benar-benar ada.
Pegunungan Himalaya
Di sebuah kuil terpencil di Himalaya, para biarawan tiba-tiba berubah menjadi gila dan seperti kanibal. Darah dan potongan-potongan tubuh tercecer di mana-mana. Di dada seorang biksu ditemukan sayatan Swastika-simbol Nazi. Diduga kegilaan ini terjadi akibat adanya sabotase pada the Bell, direktur utama Sigma Force.
Painter Crowe dan seorang dokter bernama Lisa Cummings bekerja sama dengan Anna Sporrenberg untuk mengatasi sabotase proyek the Bell yang dilakukan oleh anggota kelompoknya sendiri, namun dikendalikan oleh pihak lain. Hal yang sama menimpa Painter dan Anna yang terkena paparan radiasi rendah, namun mengakibatkan kematian.
Kopenhagen, Denmark
Misi rahasia Sigma Force yang dipimpin oleh Grayson Pierce yakni menemukan Injil peninggalan Charles Darwin dan mengupas segala rahasia yang ada di dalam Injil tersebut. Namun, hal itu menyebabkan sabotase mematikan yang menimbulkan pertumpahan terhadap orang-orang yang tidak bersalah.
Fiona Neal, seorang anak jalanan yang dipungut oleh pemilik perpustakaan tua yang kini jadi sasaran pembunuhan karena memiliki Injil tersebut. Dan Gray merasa bertanggung jawab atas kematian orang sangat berarti bagi Fiona dan bertekad untuk mencari tahu siapa dalang dari semua ini.
Petualangan Gray dan Fiona dibantu oleh anggota Sigma Force yang lain, Monk Kokkalis. Mencari jejak tentang asal-usul Injil tersebut hingga berlanjut sampai Jerman di rumah Ryan Hirszfield, yang merupakan keturunan Hugo Hirszfield.
Zululand, Afrika Selatan
Sementara di Afrika Selatan, terdengar kabar bahwa seorang ilmuwan dibunuh secara brutal oleh mahluk misterius yang dijuluki oleh para penduduk setempat sebagai ukufa-kematian. Khamisi, seorang pengawas hutan yang juga berada dalam peristiwa mencekam itu tidak mempercayai apa yang terjadi. Sebab ada hal yang tidak bisa dijelaskan secara nalar karena tidak melihat mahluk itu secara jelas.
Seakan menutupi apa yang terjadi, beredar kabar bahwa seorang pengawas bernama Dr. Marcia Fairfield tewas diterkam Singa. Namun, rekan sesama ilmuwan atau lebih tepat sebagai mata-mata Inggris Dr. Paula Kane bersama Khamisi mencari tahu mahluk apa yang sebenarnya yang telah menewaskan rekannya tersebut. Penyelidikan tersebut membawa mereka berdua menghadapi keluarga Waalenburg yang sangat berkuasa di Afrika Selatan, dan juga menyebabkan nyawa mereka terancan oleh keluarga itu.
Ketiga kejadian tersebut membawa pada satu hal yang menjadi topik utama cerita ini, the Bell. Saat Painter berhasil menghubungi Logan di markas mereka Washington DC, Painter memberi tahu seluruh informasi yang ia miliki dan apa yang terjadi di kawasan itu. Dan membawa mereka pada keluarga Waalenburg di Afrika Selatan. Kemudian Gray, Fiona dan Monk yang telah ditawan saat di Kastel Wewelsburg kini menjadi tawanan di kediaman keluarga Waalenberg, Afrika Selatan.
Kini mereka tahu siapa dalang dibalik semua peristiwa yang telah terjadi, kegilaan di biara, pembunuhan Greate Neal, peristiwa mencekam tentang ukufa, penerus proyek Nazi untuk menciptakan ras baru yang sempurna meggunakan the Bell yang berfungsi untuk mengendalikan evolusi dan menyingkirkan manusia yang tidak berguna. Ialah Sir Bldric Waalenberg keluarga yang dulu menjadi donatur komunitas yang didirikan Himler, Black Order.
Peristiwa-peristiwa tersebut terkait dengan mimpi Adolf Hitler untuk menciptakan ras manusia super yang mengungguli ras-ras manusia lainnya. The Bell alat yang menjadi bahan bakar proyek tersebut telah dikendalikan oleh pihak yang tepat.
Pendapat pribadi mengenai buku ini
Buku yang sangat informatif, dikemas dengan cerita yang menegangkan. Juga penggambaran alur cerita dengan detail, meskipun terjadi pembagian tempat. Bagi yang tertarik dengan sejarah Perang Dunia II, buku ini salah satu rekomendasi untuk melengkapi informasi yang anda butuhkan. Karena dijelaskan di akhir buku bahwa dalam buku ini terdapat fakta yang memang benar adanya. Jika membahas kekurangannya, mungkin bagi sebagian yang awam terhadap dunia genetika seperti saya, harus membaca berulang-ulang agar paham terhadap apa yang disampaikan. Selebihnya, buku ini terlalu bagus jika hanya dalam berbentuk buku.