Tepat pada tanggal 7 Desember 1941 pukul 7:55 pagi, 80 tahun yang lalu, seorang militer Jepang dengan lambang merah Matahari Terbit Jepang pada sayap pesawatnya muncul dari langit di atas pulau Oahu. Kawanan pesawat tempur Jepang yang berjumlah 360 mengikuti, turun ke pangkalan angkatan laut Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor dalam serangan ganas. Serangan mendadak itu merupakan pukulan telak terhadap Armada Pasifik AS dan menarik AS ke dalam Perang Dunia II.
Dengan gagalnya negosiasi diplomatik dengan Jepang, Presiden Franklin D. Roosevelt dan para penasihatnya mengetahui bahwa serangan Jepang akan segera terjadi, tetapi tidak ada yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan di pangkalan angkatan laut, Pearl Harbor. Saat itu di hari Minggu pagi, dan banyak personel militer telah diberikan izin untuk menghadiri kebaktian keagamaan di luar pangkalan.
Pada pukul 7:02 pagi, dua operator radar melihat sekelompok besar pesawat terbang menuju pulau dari utara, tetapi, dengan penerbangan B-17 yang diharapkan dari AS pada saat itu, mereka diberitahu untuk tidak membunyikan alarm. Dengan demikian, serangan udara Jepang datang sebagai kejutan yang menghancurkan pangkalan angkatan laut.
Sebagian besar armada Pasifik hancur: Lima dari delapan kapal perang, tiga kapal perusak, dan tujuh kapal lainnya tenggelam atau rusak parah, dan lebih dari 200 pesawat hancur. Sebanyak 2.400 orang Amerika tewas dan 1.200 terluka, banyak di antaranya ketika dengan gagah berani berusaha untuk menangkis serangan itu. Kerugian Jepang adalah sekitar 30 pesawat, lima kapal selam cebol, dan kurang dari 100 orang.
Untungnya bagi AS, ketiga armada kapal induk Pasifik berada di laut untuk latihan manuver. Kapal induk raksasa ini akan membalas dendam terhadap Jepang enam bulan kemudian di Pertempuran Midway, membalikkan keadaan melawan angkatan laut Jepang yang sebelumnya tak terkalahkan dalam kemenangan spektakuler.
Sehari setelah Pearl Harbor dibom, Presiden Roosevelt muncul di depan sesi gabungan Kongres dan menyatakan, “Kemarin, 7 Desember 1941 merupakan tanggal keterpurukan bagi Amerika Serikat. Amerika Serikat tiba-tiba dan dengan sengaja diserang oleh angkatan laut dan udara Kekaisaran Jepang.” Setelah pidato singkat terebut, dia meminta Kongres untuk menyetujui resolusi yang mengakui keadaan perang antara AS dan Jepang.
Senat memberikan suara untuk perang melawan Jepang dengan 82 banding 0, dan Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui resolusi tersebut dengan suara 388 berbanding 1. Satu-satunya pembangkang adalah Perwakilan Jeannette Rankin dari Montana, seorang pasifis yang taat sekaligus memberikan suara tidak setuju terhadap Jepang. Tiga hari kemudian, Jerman dan Italia menyatakan perang terhadap AS, dan pemerintah AS menanggapinya dengan cara yang sama.