Mengenal Lebih Dalam Tradisi Malam Nuzulul Qur'an pada Masyarakat Jawa

Ayu Nabila | aulia umul mailani
Mengenal Lebih Dalam Tradisi Malam Nuzulul Qur'an pada Masyarakat Jawa

Sama seperti agama lainnya, Islam mempunyai beberapa peristiwa penting yang sering diperingati. Dalam hal ini, berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam mempunyai makna kebaikan tersendiri yang perlu diteladani. Selain itu, memperingati hari-hari penting dalam sejarah Islam juga bisa menjadi kesempatan bagi umat muslim untuk meningkatkan iman dan ketakwaan. Salah satu peristiwa penting yang selalu diperingati setiap tahun adalah Nuzulul Qur’an.

Nuzulul Quran merupakan peristiwa pertama kali diturunkannya Al-Qur’an ke Bumi, yaitu kepada Nabi Muhammad SAW. Tentu ini menjadi peristiwa sejarah penting dalam Islam, Rasulullah sebagai pilihan Nabi utusan Allah mendapatkan kitab suci yang menjadi pedoman seluruh umat muslim dalam menjalankan kehidupan. Dalam hal ini, malam Nuzulul Qur’an tiba pada saat malam Lailatul Qadar, atau malam seribu bulan yang jatuh pada bulan Ramadan. 

Nuzulul Quran sering kali diperingati dengan berbagai macam acara seperti pengajian, tahlil, khatam Alquran dan lain sebagainya. Bukan hanya sekedar peringatan momen bersejarah, malam Nuzulul Quran ini juga memberikan kesempatan bagi umat muslim untuk memperbanyak amalan guna mendapatkan berkah kebaikan didalamnya. Tradisi peringatan Nuzulul Quran di Indonesia yang paling terkenal datang dari Jawa, tepatnya di Solo, Jawa Tengah. Dikenal dengan nama Seribu Tumpeng, kegiatan ini dilakukan dengan menggiring seribu nasi tumpeng dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Joglo Sriwedari Solo. Biasanya, acara ini digelar setiap malam 21 bulan Ramadhan. Setelah tumpeng selesai diarak, nasi tumpeng ini dikonsumsi oleh warga Solo.

Selain di Kota Solo, tradisi memperingati Nuzulul Qur’an juga ada di daerah lain misalnya kampung saya yang ada di Purwokerto. Tradisi ini masih terus berjalan sampai sekarang, karena masyarakatnya yang masih kental akan ritual-ritual yang ada sejak zaman dahulu. Pada malam Nuzulul Qur’an di kampung saya dikenal dengan sebutan Selikuran yang berasal dari angka 21 dalam bahasa jawa, biasanya para warga memperingati nya dengan membawa makanan dari rumah masing-masing untuk disantap bersama disebuah langgar (musholla) sehabis melaksanakan ibadah shalat maghrib berjamaah.

Tradisi ini memiliki banyak keutamaan yaitu mempererat tali silaturrahmi antar warga, kita bisa saling berbagi makanan, berkumpulnya para warga guna mempererat tali kerukunan. Selain itu, Nuzulul Quran dimaknai beragam ekspresi suka cita menyambutnya. Selain mengaji bersama, tadarus dan doa bersama, ada juga kemeriahan yang merupakan adat turun temurun atau tradisi ini. Tepatnya di Kelurahan Karangmalang Kecamatan/Kabupaten Indramayu, seperti dalam menyambut Nuzulul Quran masyarakat di sana justru menggelar kegiatan yang tak lazim, yakni sepak bola api yang dilakukan oleh para ibu-ibu. Maksud dari acara tersebut tak lain hanyalah sebagai hiburan saja. 

Tradisi nuzulul qur’an yang dilakukan oleh sebagian masyrakat Indonesia tersebut pada saat ini kurang efektif pelaksaannya, dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia 2 tahun terakhir ini. Meskipun demikian, para masyarakat selalu berupaya mensiasati agar tetap bisa memperingati malam Nuzulul Qur’an tersebut melalui cara-cara dengan tetap mematuhi protokol kesehatan misalnya, saling berbagi makanan kepada tetangga, menghatamkan Al-qur’an dengan keluarga dirumah, mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan melalui media sosial, mengadakan pengajian virtual, mendadakan pengajian dengan jam yang tidak terlalu malam serta memberikan jarak antar pengunjung.

Akan tetapi, sering terjadi dikalangan masyarakat muda-mudi yang belum banyak mengetahui apa sebenarnya makna malam Nuzulul Qu’an tersebut. Banyak para remaja yang hanya mengandalkan alasan untuk pergi mengaji, padahal niatnya hanya untuk mendapatkan konsumsinya saja, setelah mendapatkan mereka langsung pergi. Hal-hal sekecil ini sebenarnya perlu diperhatikan khususnya kepada para orangtua supaya memberitahu makna penting malam Nuzulul Qur’an. Menurut beberapa ulama mengatakan bahwa sesungguhnya malam Nuzulul Qur’an adalah salah satu malam terbaik untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Keutamaan malam Nuzulul Qur’an dan malam Lailatul Qadar, yakni:

1. Lebih baik dari 1000 bulan

Malam Lailatul Qadar lebih baik dari malam 1000 bulan, sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala :

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. (QS. Al-Qadr : 3).

Dalam tafsur Al Thabari sebutkan pendapat Mujahid terkait penjelasan 'lebih baik dari seribu bulan' adalah amal, puasa, dan shalat malam yang dilakukan malam ini lebih baik dari amalan yang dilakukan selama 1000 bulan.

2. Diampuni dosanya

Seorang Muslim yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dan malam Nuzulul Qur’an maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah SAW :

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari).

3. Malam penuh berkah

Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh berkah sebagaimana dalam surat Al Dukhan ayat 3 :

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (QS. Al-Dukhan : 3)

Para ulama menafsirkan yang dimaksud dengan 'malam yang diberkahi' pada ayat tersebut adalah malam Lailatul Qadar yaitu malam, di mana diturunkannya Alquran (Nuzulul Qur’an).

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak