Memahami Perbedaan Karakter serta Kebiasaan antara Pria dan Wanita

Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Memahami Perbedaan Karakter serta Kebiasaan antara Pria dan Wanita
Buku pengembangan diri (DocPribadi/Samedy)

Manusia terdiri daru dua jenis kelamin; pria dan wanita. Secara fisik, keduanya tampak sangat berbeda. Begitu pun dengan karakternya, pria sangat berbeda jauh dengan wanita, meski dalam beberapa kondisi terkadang memiliki kesamaan-kesamaan. Namun yang jelas, pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain.

Buku dengan judul yang lumayan panjang dan tak lumrah ini; ‘Mengapa Pria Hanya Bisa Mengerjakan Satu Hal dalam Satu Saat dan Wanita Tidak Pernah Berhenti Berbicara’ membahas tentang perbedaan-perbedaan karakter antara pria dan wanita. Tak hanya karakternya saja, tetapi juga kebiasaan mereka masing-masing. Harapannya, setelah memahami karakter masing-masing, setiap orang dapat berlaku lebih bijaksana saat berinteraksi dengan lawan jenisnya.  

Dalam kata pengantar buku ini, penulis mengungkap bahwa pria dan wanita itu berbeda. Bukan lebih baik atau lebih buruk—sekadar berbeda. Satu-satunya kesamaan yang mereka miliki adalah spesies yang sama. Mereka hidup di dunia berbeda, dengan nilai-nilai berbeda dan menurut serangkaian aturan yang cukup berbeda. Semua orang tahu itu, namun sangat sedikit orang, terutama pria, mau mengakuinya. Lihat saja buktinya. Sekitar 50% pernikahan berakhir dengan perceraian di negara Barat dan hubungan paling serius tidak lagi menjadi hubungan jangka panjang. Pria dan wanita dari semua budaya, keyakinan, dan warna terus-menerus mendebat soal pendapat, perilaku, sikap, dan keyakinan pasangan mereka.

Dulu segala sesuatu itu sederhana: pria menjadi pemburu makan siang. Wanita menjadi penjaga sarang. Peran wanita jelas. Menjadi si pengandung anak, keterampilan-keterampilannya menjadi terspesialisasi untuk memenuhi peran tersebut. Kesuksesan seorang wanita diukur oleh kemampuannya menunjang kehidupan keluarga. Nilai-dirinya muncul dari penghargaan pria atas keterampilan pembuatan—rumah dan perawatannya. Dia tak pernah diharapkan berburu binatang, bertarung dengan musuh, atau mengganti bola lampu.

Dulu deskripsi pekerjaan pria mudah dimengerti: dia menjadi pemburu makan siang, dan hanya itu yang semua orang harapkan darinya. Dia akan memberanikan diri keluar setiap hari ke dunia yang tak ramah dan berbahaya untuk mempertaruhkan hidupnya sebagai pemburu demi membawa pulang makanan bagi wanitanya serta anak-anak mereka dan dia akan melindungi mereka dari binatang atau musuh yang kejam. Kesuksesannya sebagai pria diukur oleh kemampuannya membunuh binatang dan membawanya pulang, dan nilai-nilainya diukur oleh penghargaan wanita atas perjuangan dan usahanya (hlm. 3).

Otak wanita memiliki tali penghubung antara daun telinga kanan dan kiri yang 10% lebih tebal dan koneksi hingga 30% lebih banyak. Itulah sebabnya dia bisa berjalan, berbicara, dan memakai lipstik—semuanya pada saat yang sama. Sementara, otak pria terkotak-kotak. Itulah sebabnya mereka hanya bisa berkonsentrasi pada satu hal di satu waktu.

Wanita  berbicara untuk menunjukkan partisipasi dan membangun hubungan. Jika seorang wanita berbicara banyak dengan Anda, artinya dia menyukai Anda. Jika dia tidak berbicara dengan Anda, artinya Anda dalam masalah. Sementara bagi pria, tidak berbicara itu sepenuhnya alami. Bagi pria, berbicara itu untuk menghubungkan fakta. Pria melihat telepon sebagai alat komunikasi untuk meneruskan fakta dan informasi kepada orang lain, tapi wanita memandangnya sebagai alat untuk menjalin ikatan.

Buku terbitan Gramedia (2001) yang ditulis oleh Allan dan Barbara Pease ini cukup menarik dibaca. Tentu saja, karena ditulis oleh penulis Barat, akan ada beberapa perbedaan budaya dan kebiasaan. Sebagai pembaca, kita perlu memfilter dan memilah-milah, mana yang cocok dengan budaya kita dan mana yang tidak. 

Buku ini, sebagaimana penjelasan yang tertulis dalam blurb cover belakang, membantu kita untuk memahami lawan jenis, sekaligus memahami diri kita sendiri. Semua ini bertujuan membuat kita dan pasangan bisa menjalani hidup yang lebih bahagia, sehat, dan harmonis.

***

*Penulis lepas mukim di Kebumen.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak