Menurut Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kasus kekerasan seksual pada anak menjadi kasus paling dominan serta menduduki urutan kasus teratas selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan data kasus perlindungan anak yang diperoleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tercatat sebanyak 1171 kasus kekerasan seksual terhadap anak pada empat tahun belakang.
Kekerasan Seksual menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) adalah sebuah tindakan atau perilaku yang diarahkan kepada seksualitas seseorang atau bertujuan untuk melakukan kegiatan seksual secara paksa tanpa mendapatkan persetujuan dari pihak yang bersangkutan. Setiap makhluk hidup tidak pantas untuk mendapatkan perilaku kekerasan dari yang lain, salah satunya adalah anak yang pada dasarnya tidak mengerti dan memahami tindakan yang sedang dilakukan pada dirinya.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kekerasan seksual selama masa kanak-kanak dapat meningkatkan kerentanan terhadap berbagai gangguan mental dan masalah kesehatan fisik, mulai dari depresi dan kehamilan yang tidak diinginkan hingga penyakit kardiovaskular, diabetes, dan penyakit menular seksual, termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Sumner S, Mercy A, Saul J et al.). Dalam menangani masalah kekerasan seksual pada anak bukanlah hal yang mudah, namun hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian pendidikan seksual sejak dini oleh orang tua.
Tentunya itu menjadi tantangan yang tidak mudah bagi orang tua dalam memberikan pendidikan seksual yang sesuai kepada anak. Namun, orang tua harus mengingat bahwa hal yang mereka lakukan saat ini merupakan bentuk perlindungan kepada anak dari kekerasan seksual dan membangun lingkungan yang aman terhadap anak. Berikut ini merupakan pendidikan seksual yang dapat diajarkan orang tua kepada anak:
1. Get to know about private body
Private body adalah bagian tubuh yang tertutup oleh pakaian dalam. Orang tua memberitahu bahwa anak tidak boleh membiarkan orang lain melihat, dan menyentuhnya tanpa alasan yang jelas, seperti dokter untuk mengecek kesehatan. Orang tua dalam memberikan pengetahuan mengenai bagian tubuh pribadi dengan nama yang sebenarnya, seperti vagina, penis, dan payudara. Inilah hal yang harus diperhatikan, karena banyak orang tua yang masih menggunakan istilah seperti miss v, burung, dan lain-lain.
Penggunaan nama yang benar dilakukan untuk membangun rasa hormat terhadap anggota tubuh yang dimiliki anak. Selain itu, anak juga bisa melaporkan bagian tubuh saat terjadi kekerasan seksual dengan sebutan yang tepat. Sehingga membantu dalam proses penyelidikan yang dilakukan pihak berwajib.
2. The difference between good and bad touch
Orang tua menjelaskan kepada anak, jika seseorang menyentuh bagian pribadi (yang tidak terlihat) mereka itu merupakan bad touch atau sentuhan buruk dan jahat. Orang tua harus membantu anaknya memahami bahwa tubuhnya merupakan hak miliknya, sehingga orang lain tidak boleh sembarangan dalam menyentuh atau mencium mereka tanpa seizinnya.
Selain itu, orang tua juga harus memberitahu anak jika ada orang yang melakukan bad touch tersebut, ia harus menolaknya atau melaporkan kepada orang tua. Sedangkan good touch merupakan sentuhan yang memberikan anak kenyamanan, ketenangan, dan rasa aman. Misalnya seperti saat memeluk orang tua, saat diusap kepalanya oleh orang tua, dan sebagainya.
3. About Good and Bad Secret
Biasanya orang tua memberi gambaran, seperti ketika kita merahasiakan sesuatu untuk memberikan kejutan kepada orang lain, itu disebut good secret. Misalnya ketika mempersiapkan kejutan ulang tahun orang yang kita sayang. Sementara, saat orang lain menyuruh merahasiakan sesuatu ketika orang tersebut secara sengaja menyentuh bagian tubuh pribadi yang dimiliki anak dinamakan dengan bad secret.
Sebagian orang tua ada yang mengajarkan anaknya untuk membedakan antara kejutan dan rahasia. Kejutan pasti akan diketahui walaupun disembunyikan, sedangkan rahasia akan selalu disimpan atau dijaga. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki komunikasi yang baik, sehingga anak dapat menceritakan rahasia yang dimilikinya.
4. Give Reassurance to your Children
Saat anak mengalami kekerasan seksual, usahakan untuk tidak langsung memberikan berbagai pertanyaan yang dapat mengganggu mereka. Sebagai orang tua, saat mengetahui anaknya mengalami kejadian tersebut pasti merasa terkejut, panik, dan tidak terima. Namun, hal yang harus dilakukan orang tua pertama kali adalah memberikan dukungan emosi terhadap anaknya.
Sebab pada masa itu, anak sedang rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Setelah melakukannya, orang tua harus melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang agar dapat segera diselidiki.
5. Don't Let Your Guard Down
Salah satu dampak negatif perkembangan teknologi adalah terdapat banyak konten yang tidak layak dikonsumsi oleh anak. Oleh karena itu, orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengawasi konten yang sedang diakses anak. Selain itu juga membatasi konten apa saja yang bisa diakses, serta memberikan konten yang sesuai dengan kriteria umur yang dimiliki anak.
Saat orang tua memberitahu anak bahwa tidak boleh melihat atau menyentuh tubuh milik orang lain, itu membantu dalam pembentukan sikap menghargai dan menghormati anggota tubuh yang dimiliki orang lain, serta menumbuhkan perilaku consent terhadap anak.
6. Tell your Children that close relatives and familiar people can also do bad things too
Kekerasan seksual dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan dapat dilakukan oleh siapa pun tanpa mengenal gender, bahkan kerabat terdekat atau orang yang kita kenal. Oleh karena itu, orang tua harus menjaga lingkungan yang menjadi tempat tinggal anak dan membatasi orang yang ingin berinteraksi kepada anaknya. Selain itu, orang tua harus mengingatkan kepada anaknya untuk selalu meminta pertolongan dan memberitahu orang dewasa yang dapat dipercaya.
7. N.O.T Rules
Pemikiran bahwa orang tua berhenti meminta ketika anak mengatakan tidak adalah hal yang dapat diusahakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya. Terkadang ayah sudah terbiasa dengan sikap manja yang dimiliki anak perempuannya. Namun, ada masa di mana anak perempuan mulai menyadari anggota tubuh pribadi yang dimilikinya dan mulai tidak nyaman saat berkontak fisik dengan ayahnya.
Begitu juga ibu dengan anak laki-lakinya. Di saat-saat ini, orang tua tidak perlu merasa khawatir akan perubahan sikap yang terjadi pada anak dan memaksakan anaknya untuk melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Hal ini perlu dilakukan agar anak menyadari bahwa tidak berarti tidak. Sehingga ketika terjadi hal yang tidak diinginkan anak bisa menilai apa yang sedang terjadi dan bagaimana perilaku yang harus dilakukan.
Semua hal yang dilakukan tidak akan berhasil jika terdapat unsur paksaan di dalam memberikan pendidikan, termasuk pendidikan seksual. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan lingkungan di mana anak dapat merasakan kenyamanan dan senang ketika belajar. Diharapkan dengan ditulisnya artikel ini orang tua dapat memahami dan memberikan pendidikan seksual yang tepat kepada anak, sehingga terjadi pengurangan dalam korban kekerasan dan pelecehan seksual anak di Indonesia.