Buku Akik: Toko Buku Independen Jogja Bernuansa Homey, Seperti Rumah Sendiri

Hernawan
Buku Akik berada tak jauh dari kawasan taman wisata Gunung Merapi. Pernah ke sana?

Siang itu, Rabu, 19 Januari 2022, saya memutuskan untuk mendatangi sebuah toko buku independen yang katanya sempat disambangi oleh Najwa Shihab. Saya sebenarnya bukanlah seorang penggila buku. Namun, hati ini rasanya tidak sabar untuk segera tiba di sana. Betapa tidak, di sosial media toko buku itu sangat unik dan memiliki lebih dari 350 ribu pengikut di Instagramnya. Saya pikir, akan lebih nyata uniknya bila didatangi langsung. Apalagi kalau bukan Toko Buku Akik.

Buku Akik letaknya berada di jalan kaliurang km 13 nomor 60D, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan dari kota Yogyakarta sekitar 30 menit dengan laju jalanan yang cukup padat. Namun, tidak disangka cuaca di sana cukup sejuk karena telah memasuki kawasan wisata gunung Merapi. Mendung menyelimuti langit jalan kaliurang sore itu, untungnya kami sampai sebelum hujan turun.

Di tengah pemukiman penduduk desa yang sepi nan syahdu itu, kami terbingung-bingung mencari sebuah bangunan toko yang bernama “Buku Akik”, sempat berpikir untuk kembali karena tidak melihat bangunan itu. Namun, siapa sangka kami melihat bangunan itu, sebuah rumah dua lantai. Di lantai satu terdapat berbagai buku yang berjajar menunggu kami untuk dibacanya. Ya, toko buku Buku Akik ini berada di lantai 1 sebuah rumah. Ketika saya masuk, rasanya seperti sedang masuk rumah sendiri nih. Suasana toko buku yang “homey” membuatnya semakin nyaman. Terekam jelas suasana khusyu yang memanjakan pengunjung, hingga tenggelam akan bacaan masing-masing.

Ribuan buku berjajar rapi mulai dari buku lawas hingga terbitan baru. Toko ini membagi dua bagian yakni sebagai toko buku dan perpustakaan. Perpustakaan berisi buku-buku yang tidak diperjualbelikan. 

Ada hal yang paling membuat seseorang nyaman akan singgah di toko buku ini. Yakni suasana toko yang aesthetic dan memiliki lampu kuning remang, sehingga semakin terasa hangat diselimuti oleh harumnya buku-buku di sana.

Buku Akik (DocPribadi/Nusaiba Nurahmah)
Buku Akik (DocPribadi/Nusaiba Nurahmah)

“Buku Akik ini tadinya didirikan oleh para pencinta buku yang sering berdiskusi mengenai buku. Akhirnya mendirikan sebuah perpustakaan dan sudah berdiri sejak tahun 2016,” ujar Sondah, salah satu staf bagian digital marketing dari Buku Akik.

Usia yang kokoh untuk toko buku. Telah berdiri sekitar 5 tahun, Buku Akik memiliki 7000 koleksi buku. Saya melangkah menyusuri rak demi rak. Hal yang saya temukan bukan hanya buku saja, tetapi t-shirt, sepatu hingga kopi pun terjual di sini. Tentu semua pastinya tidak melupakan unsur aesthetic-nya.

Saya menghampiri seorang pengunjung Buku Akik asal Jogja, namanya kak Mala. Ia mengaku nyaman dengan suasana Buku Akik.

“Suasananya nyaman untuk membaca, juga nuansa kayak rumah sendiri “homy” gitu,” ujarnya. Ya, di sini pengunjung tidak hanya bisa mendapatkan buku. Relasi atau teman baru juga bisa menjadi bonus ketika kita berkunjung ke Buku Akik.

Saya mendapati sebuah buku sejarah yang menggugah hati untuk membeli dan membacanya, yakni buku bertajuk Nyai Dasima. Saya pernah mendengar kisahnya, seorang gudik pada masa kolonial yang disorot oleh para sastrawan, dan akhirnya saya membelinya dengan harga yang cukup terjangkau.

Saya juga sempat berbincang singkat mengenai Buku Akik ini dengan kak Sondah. Lalu, saya teringat akan pertanyaan yang paling ingin saya utarakan, sebenarnya apa arti dari nama Buku Akik sendiri.

“Karena Buku Akik sendiri berdiri pada tahun 2016. Waktu itu batu akik sedang hype. Jika ada batu akik, berarti Buku Akik juga ada dong," terang kak Sondah. Wow, alasan yang cukup menarik bagi saya. Bahkan saya sudah lupa akan naik daunnya batu akik itu.

Setelah mendapatkan buku sejarah itu, saya kembali menyusuri rak demi rak buku, dan sempat berswafoto dengan teman. Hingga pada akhirnya, saya memutuskan untuk berpamitan dengan staf di sana dan melanjutkan perjalanan saya ke dagadu untuk projek berikutnya.

Rasanya 1.800 detik berada di sini sangatlah singkat dan kurang bagi saya untuk menikmati buku-buku di sini. Namun, apalah daya, deadline liputan membuat saya harus beranjak dari Buku Akik ini walaupun hujan di luar sangatlah deras.

Terlepas dari cuaca yang kurang bersahabat dan waktu yang singkat ketika berada di Buku Akik, rasa senang tetap terukir di hati saya karena sudah sempat meninggalkan jejak di toko buku independen ini dan juga bisa berkenalan dengan staf di sana. Jika ada kesempatan, saya akan kembali ke sini dengan waktu yang cukup lama. Respek untuk Buku Akik yang selalu eksis di media online atapun offline. Saya berharap toko buku independen di Indonesia semakin berkembang biak.

Reporter: Nusaiba Nurahmah (Peserta Suara Community Institute Batch 1)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak