Klinik Kopi: No Sugar Coffee Club!

Hernawan
Mau merasakan cita rasa kopi tanpa gula yang menggugah selera? Ke Klinik Kopi aja!

Pernahkah kalian menemukan kedai kopi yang tak menggunakan gula? Apakah benar ada kedai tersebut di tengah menjamurnya kedai kopi di Yogyakarta?
Jawabannya ada dan langsung terjawab saat saya memiliki kesempatan pada Rabu (19/1/2022) untuk mengunjungi Klinik Kopi yang telah membuka gerbang pintunya sejak pukul 9 pagi.

Belum juga menginjak pukul 10 pagi, Klinik Kopi sudah ramai diserbu oleh beberapa pengunjung yang berniat untuk mengawali paginya dengan menyeruput kopi. Kopi di sana telah diseduh secara manual (Manual Brewing).

Klinik Kopi, kedai kopi yang ternama dan terkenal dengan keunikannya ini terdapat di sebuah rumah kecil di Jalan Kaliurang, Ngabean Kulon, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedai ini merupakan salah satu tempat yang dapat dikunjungi ketika kita ingin menikmati secangkir kopi tanpa gula yang dibuat dari aneka biji kopi Arabika dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dengan menunggu kurang lebih sekitar 10 Menit di depan bar, kita dapat melihat bagaimana kopi dibuat dengan disertai obrolan ringan dari sang pemilik yaitu Firmansyah, atau biasa dipanggil dengan Mas Pepeng.

Memiliki perbedaan yang begitu mencolok dibanding berbagai kedai kopi lain di Yogyakarta, tidak menjadikan Klinik kopi terkesan sepi. Justru sebaliknya, kedai tersebut akan semakin ramai. Terlebih lagi ketika menginjak waktu di siang hari. Kebanyakan dari pengunjung ialah para penggemar kopi yang telah lama berkecimpung di dunia per-kopian tanpa gula.

“Awal belajar ke dunia kopi langsung menyeduh kopi tanpa gula, jadinya suka sampai sekarang,” ucap Willy, salah satu dari pengunjung Klinik Kopi pada siang itu.

Sedangkan, pengunjung lain bernama Roni menjelaskan bahwa awalnya ia tak suka dengan kopi tanpa gula yang memang rasanya sangat pahit, “Lama kelamaan minum kopi tanpa gula itu memang ada ciri khasnya.”

Roni juga menyebutkan bahwa salah satu kopi favoritnya yaitu Yellow Caturra, disajikan juga di Klinik Kopi. Hal itu menjadi salah satu alasannya untuk rajin berkunjung ke kedai kopi tersebut setiap dua kali dalam satu bulannya.

Mas Pepeng, selaku pemilik dari Klinik Kopi pun menegaskan bahwa tidak ingin mengikuti hal yang sedang ramai di masyarakat dan tidak akan menambahkan gula dalam kopinya sampai kapanpun. Sebab, hal tersebut dianggapnya merusak cita rasa asli dari kopi buatannya.

“Aku nggak suka pakai gula aku sukanya yang murni kopi. Aku menjual apa yang aku suka bukan yang pasar (publik) suka,” kata Mas Pepeng.

Walaupun begitu, Klinik Kopi juga menyediakan makanan ringan yang cukup manis dan juga minuman non-kopi berbasis strawberry milik istrinya (dapur tetangga) untuk dinikmati para pengunjung yang sedang tidak ingin minum kopi tanpa gula.

Untuk menarik perhatian masyarakat, Klinik Kopi tidak hanya mengandalkan keunikannya saja. Akan tetapi, juga memberikan pelayanan yang cukup rapi dan baik. Ini terlihat dari Mas Pepeng sendiri yang terjun langsung dalam melayani pengunjungnya sembari mengobrol singkat di depan bar.

Tak hanya itu, tempat outdoor yang dimiliki kedai ini dikelilingi banyak pohon, sehingga terlihat teduh dan tidak panas. Suasana ini membuat para pengunjung merasa tenang dan nyaman berlama-lama di Klinik Kopi dengan ditemani secangkir kopi tanpa gula.

Reporter: Ema Rohmawati (Peserta Suara Community Institute Batch 1)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak