Menyaksikan Isu Sosial nan Sensitif di Indonesia dalam Film Pretty Boys

Hernawan | M. Fuad S. T.
Menyaksikan Isu Sosial nan Sensitif di Indonesia dalam Film Pretty Boys
Tora Sudiro dan Vincent Rompies dalam film Pretty Boys (lsf.go.id)

Sudah menonton film Indonesia berjudul Pretty Boys? Jika sudah menonton film yang rilis pada tahun 2019 lalu ini, pasti teman-teman sudah paham dengan alur ceritanya kan? Film yang diproduseri oleh Deddy Mahendra Desta dan disutradarai oleh Tompi tersebut mengangkat kisah dua sahabat sedari kecil, Rahmat (diperankan oleh Desta) dan Anugerah (diperankan oleh Vincent) yang berusaha untuk mewujudkan mimpi mereka menjadi public figure di dunia entertainment.

Namun di tengah terjalnya perjalanan dalam mewujudkan kariernya, keduanya mendapatkan kesempatan untuk menjadi bintang terkenal di industri hiburan, tetapi dengan syarat harus tampil kemayu dan berdandan lintas gender. Iya, mereka berdua yang merupakan laki-laki normal, harus berdandan selayaknya wanita di program acara televisi yang mereka jalani. Sebuah hal yang sebenarnya sering ditemukan di dunia hiburan tanah air, tetapi masih menjadi sebuah permasalahan karena dinilai tabu oleh berbagai ajaran agama.

Namun, di sinilah realita itu terjadi. Kita pun sudah menyadari, bahwa fenomena tersebut sampai saat ini merupakan sebuah hal yang sensitif untuk disentuh. Meskipun banyak kita temukan dalam berbagai acara, tetapi hal tersebut tidaklah lumrah, dan bahkan berkembang menjadi sebuah masalah sosial yang menuai pro dan kontra. Namun, di sisi lain, kehidupan seperti itu pun masih eksis di lingkungan masyarakat Indonesia, dan terjadi karena berbagai tuntutan kehidupan yang mereka jalani.

Rahmat dan Anugerah yang harus berdandan lintas genre, mungkin melakukannya atas nama profesionalisme. Namun, tidak demikian halnya dengan tokoh yang diperankan oleh Tora Sudiro dan juga Dwi Sasono dalam film yang sama. Mereka berdua bahkan berperan sebagai ladyboy, dan menjajakan diri di pinggir-pinggir jalan. Padahal sejatinya, mereka berdua memiliki kehidupan normal dan sudah memiliki istri pula.

Namun, mengapa mereka sampai melakukan hal tersebut? Tuntutan ekonomi! Iya, di film Pretty Boys ini juga sedikit disentil mengenai hal tersebut kok. Ketika Rahmat yang tengah kalut mencari rumah Tora Sudiro, di sana dia justru disambut oleh sang istri yang diperankan oleh Hesty Purwadinata. Bahkan dengan jelas, Hesty yang memerankan istri Tora, mengetahui dengan pasti apa profesi yang dilakoni oleh suaminya selama ini. Sebuah hal yang tabu, tidak wajar, tetapi harus dilakukan karena himpitan ekonomi.

Dan sadar ataupun tidak, fenomena sosial seperti itu memang ada dan terjadi. Baik itu di tataran masyarakat kelas bawah, pelaku hiburan, atau bahkan di tingkatan yang lebih tinggi lagi. Dan salut untuk film Pretty Boys, karena melalui film tersebut, kita diajari untuk tidak langsung menghakimi mereka-mereka, lelaki yang tampil kemayu atau lintas gender, tetapi diajak untuk menyelami sisi lain mengapa mereka sampai harus melakukan hal itu.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak