Mimpi Buruk Talita ini adalah cerita pendek yang telah dipublikasikan oleh Koran Jawa Pos pada Sabtu (26/03/2022). Ditulis oleh Arafat Nur, pengajar sastra di STKIP PGRI Ponorogo Jawa Timur, sekaligus penulis buku kumpulan cerpen Serdadu dari Neraka.
Seperti tulisan-tulisan sebelumnya (Novel Tanah Surga Merah, Lampuki, Tempat Paling Sunyi, Burung Terbang di Kelam Malam, Seumpama Matahari, Bayang Suram Pelangi, Bulan Kertas, Dunia Kecil yang Riuh, Hari Mulai Terang, Percikan Darah di Bunga, Kawi Matin di Negeri Anjing, dll.) cerpen karya Arafat Nur yang satu ini juga memukau, menggiring pembaca untuk menyelam dalam kedalaman ceritanya.
Tersebutlah Talita, gadis cantik, perawan kota yang menarik, dan berparas ayu itu bersuami dengan dengan seorang lelaki berkulit gelap, wajah dipenuhi bopeng parut luka cacar, mata kecil, hidung besar, cuping telinga agak lebar, dan tinggal di pelosok desa.
Sebelum itu Talita telah menolak lamaran tujuh lelaki. Usianya sudah di penghujung tiga puluhan. Dia takut menjadi perawan seumur hidup seperti kata ibunya. Ibunya berkata bahwa menurut kepercayaan orang-orang tua, bila sampai tujuh lelaki yang melamar ditolak, maka seorang gadis itu tidak akan mendapatkan jodoh seumur hidup.
Semula Talita tidak begitu menggubris kata-kata itu. Namun, anehnya setelah itu memang tidak ada lagi lelaki yang datang melamarnya, hingga usianya mencapai tiga puluh tujuh. Singkatnya, Talita kemudian bersumpah. Siapa pun lelaki kedelapan yang datang melamarnya akan langsung dia terima.
Akhirnya, saat Talita ikut mengantarkan rombongan pengantin perempuan yang menjadi tetangganya ke sebuah desa di kaki gunung, dia dihampiri oleh lelaki buruk rupa dan bermaksud melamarnya. Talita teringat akan sumpahnya. Maka, tanpa pikir panjang, dengan menelan segala risiko, Talita menerima lamarannya.
Ketika Talita hamil, dalam mimpi dia bermimpi telah menikah dengan lelaki keturunan jin. Dan dia mengandung anak jin sampai melahirkan bayi yang aneh. Bayi yang berwajah bulat, mata kecil, hidung besar pesek, dan daun telinganya sangat lebar. Saat bayi itu tumbuh besar, dia hendak membunuh Talita. Talita pun akhirnya tersadar dari mimpinya. Ia berdoa semoga mimpi hanyalah mimpi.
Ternyata ketika dia melahirkan, bentuk tubuh dan wajah bayi itu persis seperti dalam mimpi buruknya; berwajah bulat, mata kecil, hidung besar pesek, dan daun telinganya sangat lebar.
Amanat yang tersirat dari cerpen ini, pertama, tidak menolak lamaran lelaki sampai beberapa kali, atau bahkan sampai tujuh kali. Lihatlah lelaki yang datang melamar dari segi keimanannya, keluhuran budi pekertinya, garis keturunannya, dan jika bisa juga dari segi ketampanan dan kekayaannya. Kedua, hati-hati dalam berucap. Sebab, setiap ucapan adalah doa. Ketika berjanji "siapa pun lelaki kedelapan yang datang melamar, maka tidak akan ditolak", kenyataannya lelaki kedelapan jauh lebih buruk dari segi segalanya dari ketujuh lelaki yang telah ditolak sebelumnya.
Cerpen ini dituturkan dengan bahasa yang renyah, sehingga tidak perlu mengkerutkan dahi untuk memahami isinya. Alurnya maju mundur, sebagaimana telah menjadi khas gaya menulis Arafat Nur. Selamat membaca.