Mengenal Gani, Tokoh Delegasi Indonesia yang Ikut Perjanjian Linggarjati

Hayuning Ratri Hapsari | Budi Prathama
Mengenal Gani, Tokoh Delegasi Indonesia yang Ikut Perjanjian Linggarjati
Adenan Kalau Gani. (Wikipedia)

Pemilik nama lengkap Adenan Kapau Gani tentu menjadi nama yang jarang didengar. Dirinya pun jarang dibicarakan di ruang publik, padahal kiprahnya terhadap perjuangan bangsa Indonesia tidaklah boleh disepelekan.

Ia salah satu tokoh yang terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta yang berhasil mencetuskan Sumpah Pemuda. Kariernya juga dapat menjadi Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III, kemudian menjadi delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga pada Perjanjian Linggarjati.

Adenan Kapau Gani lahir pada tanggal 16 September 1905 di Palembayan, Agam, Bukittinggi, Sumatra Barat. Gani sapaan akrabnya dapat menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923.

Selanjutnya, menempuh pendidikan sekolah menengah dan mengambil sekolah kedokteran di STOVIA Jakarta, hingga akhirnya dapat lulus pada tahun 1926, seperti yang dikutip dari buku Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang Terlupakan karangan Johan Prasetya.

Sejak remaja, Gani sudah aktif dalam kegiatan politik dan dunia organisasi. Ia masuk di organisasi kedaerahan, seperti Sumatranen Bond dan Jong Java.

Pada tahun 1928, Gani terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta yang mencetuskan Sumpah Pemuda. Di dalam lingkungan partai, Gani bergabung dengan Partindo yang saat itu sudah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia (PNI).

Gani juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki banyak bakat dan kemampuan. Gani bekerja sebagai seorang dokter di Palembang, dikenal tokoh pergerakan ulung, sosok intelektual, bahkan pernah juga membintangi film yang berjudul Asmara Moerni yang berpasangan dengan artis Djoewariah pada tahun 1941.

Saat Jepang menduduki Indonesia, Gani salah satu orang yang menolak bekerjasama dengan Jepang. Iming-iming Jepang sebagai saudara tua, tak mampu dipercaya oleh Gani. Justru kehadiran Jepang di Indonesia tak lain untuk melanjutkan proyek penjajahan Belanda kepada bumi Indonesia.

Alhasil dugaannya pun benar-benar terbukti, sehingga menyebabkan Gani ditangkap oleh tentara Jepang pada September 1943-Oktober 1944.

Pada saat terjadi masa revolusi fisik dan setelah proklamasi, Gani bertugas di bidang kemiliteran. Pada tahun 1945, Gani menjadi Komisaris PNI dan menjadi Residen Sumatra Selatan.

Gani juga menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III, sejak 2 Oktober 1946-27 Juni 1947. Gani bersama Sjahrir dan Muhammad Roem menjabat sebagai delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga pada perjanjian Linggarjati.

Gani pun bekerja untuk membangun jaringan nasional perbankan dan beberapa organisasi perdagangan. Pada tahun 1949, Gani diangkat  menjadi Gubernur Militer Sumatra Selatan. Tahun 1954, diangkat menjadi Rektor Universitas Sriwijaya di Palembang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak