Dari sekian banyak pahlawan bangsa yang terlupakan oleh generasi, mungkin nama Mohammad Roem termasuk di dalamnya. Padahal, kiprah dan jasanya sangat besar terhadap bangsa Indonesia. Mohammad Roem dikenal sebagai Muslim dan nasionalis sejati. Dirinya dikenal pandai dalam bernegosiasi, utamanya saat perundingan-perundingan antara Belanda dan Indonesia. Saat menjadi delegasi Indonesia dalam Perundingan Roem-Royen tahun 1949 yang membahas tentang luas wilayah RI, namanya sangatlah terkenal.
Mohammad Roem lahir di desa Klewongan, Kawedanan, kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pada 16 Mei 1908, seperti dikutip dalam buku "Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang Terlupakan" karangan Johan Prasetya. Ia adalah putra dari pasangan Dulkarnaen Djojosasmito (lurah desa Klewongan) dan Siti Tarbijah
Pendidikan formal pertama Mohammad Roem adalah pendidikan sekolah desa (Volkschool) tahun 1915. Kemudian masuk ke Hollands Inlandsche School (JIS) di Temanggung dengan masa pendidikan antara 1917-1924 di dua tempat yaitu Temanggung dan Pekalongan.
Setelah tamat dari HIS Pekalongan, Mohammad Roem mendapatkan beasiswa melanjutkan ke School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta. Setelah selesai pendidikan di STOVIA antara tahun 1924-1927, selanjutnya Roem masuk ke Algemene Middelbare School (AMS) tahun 1927 dan lulus tahun 1930. Pendidikan terakhir Mohammad Roem di Rechts Hoogeschool (RHS) di Jakarta dan lulus pada tahun 1939. Melalui itulah, Mohammad Roem mendapatkan gelar sarjana hukum.
Sejak di bangku sekolah STOVIA, Mohammad Roem aktif berorganisasi. Mulanya ia bergabung di organisasi Jong Java, kemudian bersama kawan-kawannya mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB). Pada tahun itulah, Mohammad Roem intens berkomunikasi dengan Haji Agus Salim.
Mohammad Roem juga bergabung dengan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), dengan Haji Agus Salim sebagai pucuk pimpinan. Bahkan, bersama Haji Agus Salim keluar dari PSII dan mendirikan PSII-Penyadar. Di partai baru itu, Mohammad Roem menjadi Ketua Komite Centraal Executif (Lajnah Tanfidziyah).
Pada masa pendudukan Jepang, Mohammad Roem dipercaya sebagai Ketua Muda Barisan Hizbullah di Jakarta. Mohammad Roem berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia terutama melalui jalur perundingan atau diplomasi.
Dalam Perundingan Renville pada 17 Januari 1948, Mohammad Roem menjadi anggota tim juru runding RI. Selanjutnya diangkat sebagai ketua juru runding RI pada Perundingan Roem-Royen tanggal 14 April 1949. Perundingan tersebut dinilai berhasil karena telah mendorong segera terselenggaranya Konferensi Meja Bundar (KMB) dan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda tahun 1949.