Sebagai sesama makhluk hidup di dunia ini, mestinya kita selalu berusaha saling mengasihi atau menyayangi satu sama lain. Hidup berdampingan, tanpa ada permusuhan atau perselisihan yang berujung retaknya sebuah hubungan pertemanan dan persaudaraan.
Perihal menyayangi satu sama lain, ternyata tak hanya berlaku terhadap sesama manusia. Karena dengan makhluk hidup lain di bumi ini kita juga harus menjalin kasih sayang. Kepada hewan-hewan yang ada di sekitar kita, kucing misalnya, kita tak boleh berlaku kasar.
Bicara tentang hewan bernama kucing, ternyata dia adalah termasuk binatang kesayangannya Nabi Muhammad Saw. Karenanya, jangan sampai kita berlaku zalim pada kucing, misalnya memukul atau melukainya.
Ada satu kisah menarik tentang seorang gadis penyayang kucing dalam novel “Jangan Panggil Aku Kitty” karya Samsaimo Paramina. Novel ini berkisah tentang gadis bernama Mbak Dinik yang begitu penyayang terhadap kucing.
Kitty adalah nama kucing kampung milik Mbak Dinik yang dulu ditemukan di jalanan. Setelah dirawat dengan baik, bahkan dibawa ke salon, Kitty yang memiliki bulu berwarna hitam tersebut menjadi kucing yang menyenangkan. Berikut ini kutipan kisahnya:
Aku memang lahir di dunia liar, tapi dibesarkan di rumah. Jadi, aku tidak sepenuhnya kucing rumahan tulen seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Aku masih memiliki jiwa petualang liar bawaan lahir. Di situlah kelebihanku. Aku lebih mampu berpikir daripada mereka yang sejak lahir hanya hidup di dunia liar hingga dewasa (Jangan Panggil Aku Kitty, halaman 23).
Suatu hari, tepatnya hari Minggu saat care free day, Kitty hilang dan tak bisa ditemukan oleh Mbak Dinik. Jadi ceritanya, Mbak Dinik mengajak Kitty bertemu seorang pemuda ganteng. Pemuda itu sempat menanyakan Kitty yang berada di gendongannya. Di mata Kitty, pemuda itu menampakkan wajah sinis merendahkan. Kitty langsung meloncat saat tangan si pemuda hendak menjangkaunya. Kitty kabur dan itulah awal dirinya hilang.
Sebenarnya, Kitty sudah berusaha mencari keberadaan rumah Mbak Dinik. Dia berusaha mencari jalan pulang ke rumahnya. Hingga suatu hari, Kitty pun berhasil pulang ke rumah. Namun sayangnya, di sana Mbak Dinik sudah memiliki kucing baru, bukan kucing liar, tetapi kucing berbulu lebat yang ditaruh di dalam sangkar.
Akhirnya Kitty memutuskan pergi dari rumah Mbak Dinik. Bebas menghirup udara segar dan tak perlu menemani Mbak Dinik lagi. Di luar rumah, Kitty pun menjalani kehidupan barunya yang diwarnai suka dan duka.
Menurut saya, kisah Kitty dalam novel “Jangan Panggil Aku Kitty” karya Samsaimo Paramina ini sangat menarik dan meninggalkan pelajaran berharga kepada para pembacanya. Salah satunya ialah tentang pentingnya kita menyayangi binatang yang ada di dunia ini.