Dari Kirara untuk Seekor Gagak Karya Erni Aladjai: Menyoal Dendam, Penderitaan dan Romansa

Ayu Nabila | Ragil Kristya
Dari Kirara untuk Seekor Gagak Karya Erni Aladjai: Menyoal Dendam, Penderitaan dan Romansa
Novel Dari Kirarara Untuk Seekor Gagak Sampul (DocPribadi/Ragil Kristya)

Novel berjudul “Dari Kirara Untuk Seekor Gagak” adalah salah satu karya yang ditulis Erni Aladjai. Kali pertama novel ini dicetak oleh Penerbit Gramedia, pada Agustus, 2014. Tebal novel ini terdiri dari 190 halaman dan membuatnya dapat disebut sebagai novel yang lumayan ringkas. Pada bagian paling muka novel ini kita segera disuguhkan sebuah sampul yang manis. Ilustrasi antara burung gagak, seekor kucing dan dedaunan yang begitu segar dan terkesan ramah.

Lembar-lembar awal dalam novel ini dibuka oleh seorang tokoh bernama Mae. Ia dikisahkan sebagai seorang Indonesia yang tengah berstudi di Sapporo, Jepang. Pembaca akan segera menangkap sosok seorang Mae sebagai gadis muda yang masih ‘hijau’, enerjik dan berperangai lembut.

Sebagai seorang yang asing di negeri orang, Mae tidak memiliki banyak kawan, kecuali seorang kakek tua bernama Yoshinaga; yang darinya Mae selalu dimintai tolong untuk membacakan surat-surat cinta Yoshinaga ketika muda.

Pengarangnya mengisahkan bahwa dahulunya, Yoshinaga adalah bagian dari penjajah Jepang yang menduduki Indonesia. Selama ia bertugas itu, Yoshinaga muda sering menerima surat dari kekasihnya; Yuna. Suatu bagian dalam novel ini yang menarik, tetapi juga getir.

Kesedihan mulai menghinggapi keseharian hidup seorang Mae ketika kakek Yoshinaga ditemukan wafat di kamar mandi. Praktis, sejak itu,  Mae benar-benar seorang diri di Jepang. Tanpa kawan, tanpa saudara—tanpa seseorang pun yang ia miliki.

BACA JUGA: Tenri Anisa Layangkan Somasi pada Virgoun dan Inara Rusli, Apa Maksudnya?

Akan tetapi, kesendirian Mae tidak lah berlangsung selamanya. Karena seperti kehidupan nyata dalam dunia ini, selalu ada kehadiran orang lain untuk mengganti ketiadaan orang-orang yang absent. Kehidupan masih berbaik hati dengan mengirimi Mae seorang kawan bernama Tamia. Ia adalah seorang yang tanpa disengaja ditabraknya ketika hendak memperebutkan sepeda gratis.

Selain Namia, ada seorang lain yang tidak boleh kelewat untuk disebutkan. Sosok itu adalah Ken. Seorang pemuda asosial, depresif dan berantakan. Ken adalah sosok penting dalam novel ini. Kehadiran Ken dalam hidup Mae seperti suatu ‘scene’ suram dan memunculkan kesan ganjil. Namun, karena keanehan dalam sosok Ken itu lah yang justru kemudian banyak membawa perubahan bagi hidup Mae.

Latar belakang Ken sebagai seorang yang penyendiri, misterius dan dingin itu seperti seekor gagak hitam yang bertengger di kehidupan Mae. Kadang Ken membawa suatu petaka buruk bagi Mae, tapi pada saat yang lain Ken juga membawa suatu hal manis di kehidupan Mae.  

Oleh Ken, Mae akan dilibatkannnya dengan kejadian-kejadian yang belum pernah Mae alami sebelumnya. Seperti berurusan dengan polisi, terlibat dalam konflik berdarah, menjadi ‘detektif’, mengamen di warung ramen, menimkati saksofon, hingga hal manis seperti jatuh cinta. Kesemua itu menjadikan novel ini menjadi suatu kisah yang terbaca begitu kompleks. Namun, selalu asyik untuk diikuti. Saya merekomendasikan novel ini untuk Anda baca. Selamat bersenang-senang!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak