Beberapa waktu yang lalu, pihak TNI-AL telah melakukan pembelian 2 unit kapal pemburu ranjau terbaru dari Jerman yakni Frankenthal-class yang dire-branding menjadi Pulau Fani-class dalam layanan TNI-AL. Kapal pemburu ranjau atau minehunter ship tersebut diberi nama KRI Pulau Fani (731) dan KRI Pulau Fanildo (732). Kapal-kapal tersebut kini sedang menjalani pengujian lapangan dan pelatihan awak sebelum diserah terimakan secara resmi kepada pihak TNI-AL.
Melansir dari situs Indomiliter, sejatinya pihak TNI-AL telah mengoperasikan kapal sejenis dengan Frankenthal-class sejak dekade 80-an. Kapal-kapal yang dimaksud adalah kapal pemburu ranjau Tripartite-class atau yang dire-branding menjadi Pulau Rengat-class. Kapal-kapal tersebut melayani TNI-AL sebagai kapal pemburu ranjau selama kurang lebih hampir 4 dekade. Berikut ini beberapa fakta menarik dari kapal pemburu ranjau Tripartite-class.
1. Dibeli Dari Badan Kapal Yang Diperuntukan Untuk AL Belanda
Kapal pemburu ranjau Tripartite-class sejatinya merupakan kapal yang tidak dibuat untuk keperluan angkatan laut Indonesia pada awalnya. Melansir dari situs Indomiliter dan Wikipedia, kapal ini sejatinya dibuat untuk keperluan angkatan laut Belanda pada dekade 80-an. Namun, kapal tersebut kemudian dialihkan kepada Indonesia pada pertengahan dekade 80-an sebelum sempat diselesaikan. 2 unit kapal tersebut sejatinya merupakan Vlaardigem M 863 dan Willemstad M 864.
Kedua kapal tersebut mulai dibangun pada tahun 1985 dan diluncurkan pada tahun 1988 dan 1989 sebelum diserahkan kepada pihak TNI-AL pada kurun bulan Maret hingga September tahun 1989. Kedua unit kapal tersebut dibuat oleh galangan kapal Van der Giesen-de-Noord di Amsterdam dan sejatinya juga didasarkan kepada basis kapal Alkmaar-class yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan TNI-AL.
2. Merupakan Kapal Hasil Kerjasama 3 Negara Eropa
Sesuai dengan namanya, kapal ini merupakan hasil kerjasama dari 3 negara NATO yang berada di Eropa, yakni Belanda, Belgia dan Prancis. Di Belanda dan Belgia kapal ini dikenal dengan nama Alkmaar-class, sedangkan di Prancis kapal ini disebut sebagai Eridan-class. Kapal-kapal tersebut dibangun dengan basis yang sama namun dibedakan atas sistem elektronik yang disesuaikan dari masing-masing negara pembuatnya.
Kapal Tripartite-class yang dioperasikan oleh TNI-AL sendiri dipersenjatai oleh 2 pucuk meriam otomatis 20 mm buatan Rheinmetall dari Jerman. Selain itu, kapal yang digunakan oleh TNI-AL juga memiliki sistem rudal pertahanan udara jarak pendek Simbad Mistral. Adapula beberapa unit senapan otomatis kaliber 7.62 mm dan 12.7 mm yang terpasang di beberapa bagian kapal. Kapal yang dioperasikan oleh sekitar 50 orang awak ini mampu berlayar dengan kecepatan 28 km/jam dan memiliki jarak jelajah sekitar 5.000 km. Kapal ini juga dilengkapi dengan sistem sonar, radar dan pelacakan ranjau laut dan dalam beberapa versi yang dioperasikan oleh negara lain juga dilengkapi dengan robot penjelajah bawah laut.
3. Dimodernisasi dan Akan Digunakan Kembali Pada Tahun 2025
Melihat dari usia pengoperasiannya, kapal Tripartite-class yang dioperasikan oleh Indonesia memang telah berusia cukup tua. Hal inilah yang membuat kapal tersebut akan menjalani program modernisasi. Melansir dari situs Indomiliter, KRI Pulau Rengat (711) dan KRI Pulau Rupat (712) akan menjalani serangkaian perawatan dan modernisasi di galangan kapal Hensoldt Nexeya di Prancis.
Menurut rencananya, kedua unit kapal tersebut akan menjalani beberapa pembaharuan sistem elektronik dan manajemen pertempuran guna mendukung pengoperasian di masa-masa yang akan datang. Kapal ini juga akan dilengkapi dengan sistem sensor terbaru yang akan menggantikan sistem sensor pemburu ranjau bawaan dari kapal tersebut yang telah menua. Direncanakan kedua kapal ini akan diserahkan kembali kepada pihak TNI-AL pada tahun 2025 nanti.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.