Ulasan Novel Fahrenheit 451 Karya Ray Bradbury, Ketika Buku-buku Dibakar

Ayu Nabila | Eko Saputra
Ulasan Novel Fahrenheit 451 Karya Ray Bradbury, Ketika Buku-buku Dibakar
Sampul buku Fahrenheit 451 (Gramedia Pustaka Utama/Fahrenheit 451)

Fahrenheit 451, sebuah novel fiksi ilmiah distopia karya Ray Bradbury yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1953. Untuk mengenal lebih jauh novel ini, berikut identitas dan ulasan singkatnya.

Identitas Buku

Judul: Fahrenheit 451

Penulis: Ray Bradbury

Penerjemah: Lulu Wijaya

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun: 2018

Tebal: 208 halaman

ISBN: 9786020617985

Ulasan Novel Fahrenheit 451

Novel Fahrenheit 451 ini, menggambarkan dunia masa depan yang diatur oleh pemerintah otoriter di mana buku-buku dianggap berbahaya dan dilarang. Dalam dunia yang seperti ini, kebebasan berpikir dan berekspresi sangat dibatasi, dan masyarakat lebih memilih menghabiskan waktu mereka dengan menonton program-program televisi yang kosong makna.

Tapi selalu ada segelintir orang yang memilih jalan mereka sendiri. Orang-orang ini tetap membaca dan memelihara buku-buku. Tindakan yang mereka lakukan bukannya tanpa risiko, setiap waktu mereka selalu diburu dan koleksi bukunya dibakar sampai jadi abu.

Tokoh utama novel ini, Guy Montag, adalah seorang pemadam kebakaran. Tugasnya bukan memadamkan api, melainkan membakar buku-buku sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk melenyapkan pemikiran kritis. Namun, ketika Montag bertemu dengan seorang gadis muda bernama Clarisse, pandangannya tentang dunia mulai berubah.

Clarisse mempertanyakan norma-norma sosial dan membangkitkan minat Montag untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui buku-buku. Pertemuan ini memicu perubahan dalam diri Montag, yang mulai meragukan kebenaran yang diberikan oleh pemerintah dan merasa perlu mencari kebenaran yang hakiki.

Gaya penulisan Ray Bradbury dalam novel ini layak dipuji. Ia menggunakan imaji dan metafora yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya kebebasan berpikir dan kekuatan buku-buku. Bradbury melukiskan dunia yang suram dengan sangat jelas, menggambarkan api sebagai simbol perusakan dan pembakaran ide-ide yang tidak sesuai dengan kepentingan pemerintah.

BACA JUGA: Ulasan Buku 'Karyawan Bisa Kaya', Kiat Cerdas Mengelola Keuangan

Meskipun novel ini terbit puluhan tahun lalu, pesan-pesannya tetap relevan hingga saat ini. Dalam era teknologi digital dan informasi yang terus berkembang, isu-isu seperti pengendalian informasi dan kehilangan hubungan manusiawi sangat sering kita rasakan. Ray Bradbury juga berhasil menggambarkan dunia distopia dengan begitu kuat dan jelas. Novel ini memberikan gambaran yang menakutkan tentang masa depan yang mungkin terjadi jika kebebasan berpikir tidak dijaga.

Namun, terdapat beberapa kekurangan dalam novel yang menggugah ini. Misalnya pengembangan karakter yang masih sangat terbatas. Meskipun tokoh utama, Guy Montag, mengalami perubahan signifikan dalam perjalanan cerita, tetapi karakter lainnya hanya diceritakan sekilas. Beberapa tokoh sampingan seperti Clarisse si gadis muda dan Mildred, istri Montag tidak sepenuhnya dijelaskan atau diberikan kedalaman yang cukup. Hal ini dapat mengurangi ikatan emosional pembaca dengan karakter-karakter tersebut.

Selain itu, novel ini juga tidak memberikan latar belakang yang jelas. Tidak ada asal-usul bagaimana dunia suram seperti itu bisa terbentuk. Pembaca juga tidak diberitahu tentang bagaimana masyarakat dalam cerita ini berakhir.

Terlepas daripada itu, Fahrenheit 451 merupakan salah satu cerita yang wajib dibaca. Melalui novel ini, Ray Bradbury mengingatkan kita tentang pentingnya kebebasan berpikir dan peran buku dalam membangun masyarakat. Tak hanya itu, Fahrenheit 451 juga menggambarkan seperti apa situasi dunia ketika kekuasaan jatuh ke tangan yang salah dan kebebasan berpikir dianggap kejahatan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak