Berprasangka Baik kepada Takdir Allah dalam Buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Hernawan | Fathorrozi 🖊️
Berprasangka Baik kepada Takdir Allah dalam Buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Buku Tuhan dalam Secangkir Kopi (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Cukup santai, tidak menggurui dan lucu, inilah kesan saya saat membaca tulisan-tulisan Denny Siregar yang tertuang dalam buku Tuhan dalam Secangkir KopiIsinya ringan untuk dibaca sehingga mudah dipahami. Membaca artikel-artikel pendek dalam buku ini seolah mengajari kita untuk berpikir kritis melihat fenomena yang terjadi.

Salah satu bahasan yang dikemukakan Denny Siregar dalam buku ini adalah tentang paranoid dan menyikapi takdir Allah

Mengutip dari website alodokter.com, paranoid merupakan masalah psikologis yang ditandai dengan munculnya rasa curiga dan takut berlebihan. Orang yang paranoid cenderung sulit atau bahkan tidak bisa memercayai orang lain.

Kata paranoid ini telah mengilhamkan benak sosok Denny Siregar untuk menuliskan beberapa paragraf agar bisa kita renungkan bersama. Berikut ini petikannya:

Kita curiga ketika orang yang lebih susah mendatangi kita. Padahal, ketika seseorang itu sedang diuji, kita juga diuji bagaimana kita bersikap kepadanya.

Kita curiga ketika orang lain lebih sukses dari kita. Padahal, itu adalah masalah usahanya yang lebih keras dari kita.

Kita curiga ketika keyakinan kita ada yang mempertanyakan kebenarannya. Padahal, jika kita benar, siapa pun tidak akan mampu menggoyahkannya.

Kita curiga ketika harus mengulurkan tangan kepada mereka yang beragama lain. Padahal, uluran tangan adalah tanda kasih sayang, yang merupakan bagian dari kesempurnaan keyakinan kita.

Kita curiga Allah tidak membukakan pintu rezeki ketika apa yang kita usahakan dan harapkan sekian lama kandas. Kita pun berteriak dalam doa: Kenapa, ya Allah? Padahal, Allah mencoba menyelamatkan kita dari situasi yang paling buruk seandainya hal yang kita usahakan itu terlaksana. (hlm. 192).

Paranoid kita ternyata bukan hanya pada hal-hal materiel, namun juga telah melebar ke hal-hal spiritual. Kata kita yang digunakan oleh penulis menunjukkan bahwa renungan spiritual tersebut tidak hanya ditujukan kepada sidang pembaca, namun juga dikhususkan kepada diri penulis sendiri.

Selain tentang paranoid, Denny Siregar juga mengajak pembaca agar tidak mengeluh ketika takdir yang diterima kurang sesuai dengan yang diharapkan.

Kita tidak diberikan jodoh, kita mengeluh. Padahal, jika diberikan sekarang, dalam posisi kedewasaan mental belum mencukupi, bisa jadi kita cepat bercerai.

Kita mengeluh, karena selalu salah memahami maksud Allah. Allah tidak pernah mengeluh, meskipun kita selalu saja berpikiran buruk tentang nikmat-Nya. (hlm. 189).

Dengan hati yang tulus dan bersih, jika kita membaca dan mengamalkan isi yang terkandung dalam buku ini, insya Allah kadar keimanan kita kepada Allah akan meningkat dan kita mampu setahap demi setahap menjadi hamba terbaik-Nya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak