Ulasan Buku 'Potret Pembangunan dalam Puisi': Buku yang Mengkritik Orde Baru

Candra Kartiko | Fachry Fadillah
Ulasan Buku 'Potret Pembangunan dalam Puisi': Buku yang Mengkritik Orde Baru
Buku "Potret Pembangunan dalam Puisi" karya WS Rendra (Goodreads.com)

Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang lebih kita kenal dengan nama WS Rendra adalah seorang penyair, dramawan, sutradara teater, dan pemikir kebudayaan asal Indonesia. Beliau dilahirkan di Surakarta pada 7 November 1935. Sebagai seorang penyair, beliau sudah banyak menciptakan karya puisi yang masih dibaca oleh masyarakat luas dan dicetak ulang hingga saat ini.

Pada kesempatan kali ini, saya akan mengulas salah satu buku kumpulan puisi karya WS Rendra yang hampir secara keseluruhan puisinya memprotes keadaan sosial dan penguasa pada zamannya. Penasaran dengan buku kumpulan puisi yang akan saya ulas? Silakan baca artikel ini sampai tuntas.

Buku kumpulan puisi karya WS Rendra yang akan saya ulas pada kesempatan kali ini ialah sebuah buku kumpulan puisi yang berjudul Potret Pembangunan dalam Puisi. Adapun buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1980 oleh Lembaga Studi Pembangunan.

BACA JUGA: Ulasan Buku 'Fight Love Hope', Kisah Inspiratif Para Pengidap Kanker

Pada buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini, terdapat dua puluh lima puisi yang secara keseluruhan berupa puisi pamflet (puisi protes), yang memprotres keadaan sosial akibat pembangunan yang tidak merata di Indonesia, serta memprotes Pemerintahan Orde Baru yang dianggap makin menyusahkan rakyat kecil.

Selain itu, pada buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini, terdapat pula beberapa potret rakyat kecil yang digambarkan tidak berdaya akibat pembangunan, yang menampakkan adanya kesenjangan sosial.

Pada buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini, terdapat beberapa karya puisi yang telah dideklamasikan sendiri oleh penyairnya di hadapan masyarakat luas, seperti puisi Aku Tulis Pamflet Ini; Sajak Sebatang Lisong; Sajak Pertemuan Mahasiswa; Sajak SLA; Sajak Seonggok Jagung; dan Sajak Sebotol Bir.

Lebih daripada itu, untuk puisi Sajak Sebatang Lisong dan Sajak Pertemuan Mahasiswa, terdapat pula adegan film yang merekam pendeklamasian kedua sajak tersebut, yakni dalam film Yang Muda Yang Bercinta karya sutradara Sjuman Djaya.

Beberapa kelebihan yang terdapat dalam buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini, menurut saya, antara lain ialah isinya yang tegas; terstruktur; dan tajam. Dalam melayangkan berbagai protes terhadap keadaan sosial dan para penguasa, WS Rendra tidak semata-mata menghardik para penguasa yang telah menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial, tetapi juga menguraikan letak kesalahan mereka dan memberikan alternatif untuk perbaikan keadaan.

BACA JUGA: Menikmati Kelezatan 'Roti Bluder Cokro', Kuliner Pioner Khas Kota Madiun

Selain itu, kelebihan lain yang terdapat dalam buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini ialah adanya kata pengantar dari pakar sastra dan budaya asal Belanda, yakni A. Teeuw, yang menjelaskan secara rinci mengenai sikap WS Rendra dan puisi-puisinya dalam buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini, sehingga memudahkan kita untuk menilai posisi WS Rendra sebagai penyair yang selalu membela rakyat kecil.

Menurut saya, buku Potret Pembangunan dalam Puisi ini sangat patut untuk kalian baca, karena isinya yang tidak hanya mengandung keindahan, tetapi juga kebenaran, terutama kebenaran yang kerap disembunyikan di balik gemerlapnya lampu-lampu zaman.

Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah buku kumpulan puisi karya WS Rendra yang berjudul Potret Pembangunan dalam Puisi. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian tertarik untuk membaca buku tersebut?

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak