Alih wahana karya dari novel ke film atau series bukanlah suatu yang asing, karena sudah sering terjadi di dunia industri kreatif maka ini menjadi hal yang lumrah. Novel dan film/series punya segmen penikmat masing-masing pada bentuk karya tersebut. Tidak sedikit pembaca yang menunggu novel kesayangan mereka dibuat ulang dalam bentuk visual.
Siapa yang sudah baca novel Gadis Kretek? Novel ini ditulis oleh Ratih Kumala dengan melakukan riset kurang lebih selama 4 tahun sebelum akhirnya terbit. Gadis Kretek merupakan novel fiksi bertema sejarah dengan latar tahun 1965 yang melibatkan dua keluarga besar pengusaha kretek di Kota M. Tidak hanya itu, novel ini juga mengangkat drama percintaan yang menjadi pelengkap cerita.
Sejarah itu dimulai ketika Soeraja mengigaukan nama Jeng Yah. Sejak saat itu, ketiga putranya melakukan penelusuran mencari siapa Jeng Yah sebenarnya. Dari perjalanan itulah, mereka tak sengaja menguak satu persatu sejarah keluarga pemilik Kretek Djagad Raja. Siapakah sosok Jeng Yah? Akankah ketiga putranya mampu mempertemukan Jeng Yah dengan sang ayah?
Premis novel yang menarik tentunya membuat para pembaca semakin penasaran dengan isi buku. Oleh sebab itu, tak heran jika novelnya diangkat menjadi series yang ditonton sebanyak 1,6 juta kali di Netflix. Nah, buat kamu yang penasaran gimana perbedaan novel dan seriesnya? Simak selengkapnya di sini yuk!
Perbandingan cerita versi novel dan series Gadis Kretek
- Linimasa cerita: persaingan Idroes Moeria dan Soejagad Vs persaingan Soeraja dan Seno
Rangkaian cerita dalam novel ternyata lebih lama dibandingkan dengan versi seriesnya. Versi seriesnya fokus menggali kisah Jeng Yah saat dewasa, dan jika kamu membaca novelnya, maka kamu akan menyaksikan kisah ayah Jeng Yah yaitu Idroes Moeria.
Idroes Moeria menjadi center of story yang menggambarkan detail perubahan hidupnya dari profesinya yang seorang pegawai di pabrik klobot hingga menjadi pemilik pabrik kretek. Idroes yang ingin meminang Roemaisa ternyata punya lawan yang juga ingin melamarnya yaitu Soejagad. Persaingan mereka sebagai sama-sama pengusaha kretek juga diceritakan dengan detail.
Sedangkan dalam series yang disutradarai oleh Kamila Andini dan Ifa Isfansyah ternyata lebih terfokus ke kehidupan Jeng Yah saja, namun tetap membawa latar waktu pada tahun 1965 yang sarat akan sejarah penjajahan Jepang. Sepertinya memang menyesuaikan antara tokoh-tokok pada series dengan judul Gadis Kretek itu sendiri.
- Jeng Yah dan lintingan kretek
Dalam novel, isu kesetaraan gender tidak terlalu menjadi bagian dari main theme karena tidak adanya rintangan yang menjadikan Dasiyah harus belajar membuat saus kretek secara diam-diam seperti yang ada di versi seriesnya.
Dasiyah sudah bakat melinting sejak usia 10 tahun karena kedekatannya dengan pabrik kretek milik ayahnya sehingga ia bebas bergaul dengan para pelinting. Bahkan ia selalu membuatkan kretek khusus untuk Idroes Moeria yang ternyata amat disukai oleh ayahnya.
Sedangkan dalam seriesnya, isu kesetaraan gender ditambahkan untuk memperkaya big theme yang memang terfokus pada Dasiyah, sang Gadis Kretek.
- Tragedi 30 September 1965
Visualisasi hancurnya kehidupan keluarga Idroes Moeria diambil begitu apik sehingga kesan tragedi G30S tersampaikan dengan baik. Ada improvisasi tentang pengkhianatan yang dilakukan Soeraja kepada Idroes Moeria dan Jeng Yah. Di mana Soeraja memilih berada di keluarga Soejagad yang akhirnya menikah dengan Purwanti, putri Soejagad.
Jika kamu melihat pengkhianatan di versi seriesnya, maka kamu gak akan menemukannya dalam versi novel. Idroes dan Dasiyah selamat. Namun, Soeraja menjadi buron yang akhirnya tetap diselamatkan oleh Soejagad.
- Heuristika oleh keluarga generasi ketiga: Arum dan Lebas
Arum dan Lebas menjadi second lead setelah Soeraja dan Dasiyah. Arum dan Lebas adalah generasi ketiga dari keluarga Idroes Moeria dan Soejagad yang bertemu setelah Lebas mencari sejarah tentang keluarganya di Museum Kretek. Mereka jugalah yang kemudian mengumpulkan bukti-bukti melalui berkas surat lama yang ditulis oleh Dasiyah maupun Soeraja.
Sedangkan dalam novelnya, yang bertugas mengumpulkan bukti sejarah adalah Lebas dan kedua kakaknya, Tegar dan Karim. Mereka menelusuri Kota M untuk menemukan sumber yang bisa menceritakan sejarah keluarganya. Hingga mereka bertemu dengan Arum. Benar! Porsi peran Arum dalam novel sangat terbatas dan tidak ada keterlibatan berarti dengan Lebas.
Itu dia beberapa perbedaan yang bisa ditemukan dalam novel Gadis Kretek dan versi alih wahananya. Baik novel maupun seriesnya tetap mempunyai poin plus masing-masing yang semakin menambah khazanah kisah Dasiyah sang gadis kretek. Tentunya kita sepakat bahwa dua karya ini mengisi daftar panjang karya apik garapan anak bangsa. Menurutmu gimana nih, guys?