"Menikah adalah menjadi satu, bukan menjadi sama." Meilinda Sutanto
Akhir-akhir ini, persoalan dalam rumah tangga sering diunggah di media sosial seperti perselingkuhan dan KDRT, sehingga banyak yang mengaku takut menikah dan mengalami hal yang sama seperti orang lain.
Pernikahan memang bukan ajang "siapa cepat laku" namun tanggung jawab dan komitmen adalah prinsip utama yang wajib dipegang. Ketika jumlah pernikahan menurun, apakah sebab di balik itu?
Menurut Laporan Statistik Indonesia 2024, bahwa dari tahun 2021 hingga 2023 angka perceraian tertinggi terjadi di tahun 2022 dengan jumlah 516.344 kasus.
Sedangkan penyebab perceraian didominasi oleh kasus pertengkaran jangka panjang (sebanyak 251.828 kasus), diikuti dengan alasan meninggalkan salah satu pihak (sebanyak 34.322 kasus). Sementara itu, KDRT bertengger di posisi ketiga sejumlah 5.174 kasus.
Melalui buku ini, penulis ingin mengajak kita agar tidak terjerat dalam hubungan yang berujung perceraian. Meskipun minat menikah pemuda-pemudi saat ini sedang menurun, kondisi ini malah jadi ruang untuk introspeksi diri. Mempersiapkan pernikahan dengan baik salah satunya membaca buku I DO ini.
Penulis menawarkan perspektif baru dalam menyikapi pernikahan yaitu dengan teori konstelasi keluarga. Teori ini dilakukan dengan pendekatan keluarga, tidak hanya keluarga inti, namun mulai dari nenek moyang dan para saudara kita.
Buku ini akan memandu kita agar mengenali dan memutus trauma transgenerasi (turun-temurun) yang berpotensi merusak hubungan pernikahan kita.
Barangkali hubungan tidak harmonis, perselingkuhan, dan kekerasan telah terjadi saat nenek moyang, kerabat dekat, bahkan orang tua kita sendiri. Melalui terapi konstelasi keluarga, kita akan dibantu menemukan sumber trauma itu lalu mengubahnya.
Bagaimana menerapkan terapi konstelasi keluarga? Pertama, jadilah Cyclebreaker atau pemutus rantai trauma. Di antaranya yaitu, jika cara pengasuhan orang tuamu totaliter maka ubahlah cara pengasuhanmu kepada anak-anakmu. Jika keluargamu tidak harmonis, carilah cara agar hubungan berpasanganmu lebih harmonis dan saling mengasihi.
Buku ini berisi sub tema yang saling terpaut satu sama lain, tentunya tentang keluarga hingga calon mertua. Oleh karena itu, buku ini cocok dibaca untuk yang mau mempersiapkan pernikahan, takut menikah, trauma menjalin hubungan, sedang tahap pendekatan, atau yang single sekalipun.
Pernikahan akan jadi fase hidup yang indah jika kita mampu bertanggung jawab, komitmen, menghargai pasangan, mau bertumbuh dan belajar menyikapi kehidupan pernikahan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS