Berpacaran belasan tahun tapi tak kunjung menikah dan malah berakhir dengan kata putus. Siapa pun pasti tak ingin berada dalam posisi tersebut karena sama saja seperti ‘jagain jodoh orang’.
Namun, itulah yang terjadi pada diri Gala, tokoh utama kita dalam novel Ganjil Genap karya dari Almira Bastari yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2020).
Bara, kekasih Gala selama tiga belas tahun, tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan Gala. Semua akun media sosial milik Gala juga diblok oleh Bara.
Meskipun alasan Bara memutuskannya karena ‘nggak cocok’ dan bukan karena ada perempuan lain, nyatanya dalam waktu sebentar saja Bara sudah menggandeng pacar baru.
Gala yang selalu mengutamakan logika dibandingkan perasaan, tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Gala sudah di usia 29 tahun dan orang tuanya sudah mendesaknya untuk segera menikah.
Apalagi kemudian ia mengetahui bahwa adiknya, Gisha, sudah akan dilamar kekasihnya. Orang tua Gala tidak ingin ia sampai ‘dilangkahi’ adiknya.
Dengan bantuan sahabat-sahabatnya, Nandi, Sydney, dan Detira, Gala berupaya mencari kekasih yang siap menikah. Ia menyusun agenda kegiatan baru untuk memperluas kesempatan bertemu dengan calon jodohnya.
Gala mulai mengikuti kelas diving, hangout setelah pulang kerja, bertemu kembali dengan kakak kelas zaman SMA, sampai ambil short course di Kuala Lumpur. Gala bahkan mendaftar speed dating di sebuah biro jodoh sampai main Tinder.
Dari semua usaha Gala untuk mencari kekasih, ia kemudian dekat dengan seorang orthodontist yang dipanggilnya Mas Aiman.
Namun, di kesempatan lain Gala juga berkenalan dengan Ibra, seorang pangeran Malaysia. Belum lagi Bara kembali menghubungi Gala untuk mengajaknya balikan, membuat Gala bingung untuk memilih.
“Aku sudah mikir sejak dua hari lalu. Aku mau batalin semuanya sama Risty, dan mulai dari awal lagi sama kamu. As long as it takes, Gal. Aku mau melakukan apa pun asal kamu mau mencoba lagi sama aku,” kata Bara terdengar yakin. (hlm 270)
Ganjil Genap sebuah novel bergenre metropop yang cukup menghibur. Banyak adegan lucu yang disisipi di sana-sini dari interaksi antara Gala dan para sahabatnya yang bikin saya senyum-senyum sendiri.
Saya menyukai ide kebijakan ganjil-genap pemerintah yang dijadikan landasan cerita. Kerepotan Gala karena sejak putus dengan Bara berarti setiap hari ganjil ia harus naik taksi online dan setiap hari genap ia harus kelayapan dulu sepulang kerja, sampai kata-kata ganjil-genap itu sendiri yang dipakai untuk melambangkan ‘kesendirian karena belum ada yang menggenapi’.
Novel ini berakhir dengan open ending, sesuatu hal yang sempat bikin saya berpikir ‘lho, sudah selesai?’, tapi ternyata ending itu memang yang paling cocok untuk kisah Gala karena mengalir dan tidak dipaksakan untuk berakhir seperti keinginan pembaca.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS