Daniel Ahmad, mulai menulis cerita bergenre horor dan misteri di forum Kaskus. Beberapa karyanya, antara lain: Misteri Anak-Anak Pak Jawi, Pesta Bunuh Diri, Barisan Keranda Merah, Eksekusi Tapal Kuda, dan Midnight Hospital. Midnight Restaurant adalah karya pertamanya yang dibukukan.
Novel ini berkisah tentang seorang mahasiswa sekaligus pembuat film pendek bernama Sandi, yang mengontrak rumah di Jalan Kalimaya, bersebelahan dengan Hanggareksa Restaurant.
Sudah jauh malam saat Sandi pulang ke rumah dalam keadaan kelaparan. Ia lalu memutuskan membeli makanan di restoran sebelah kontrakannya. Namun di sana, ia malah melihat para pengunjung restoran muntah darah sebelum akhirnya satu per satu tersungkur dan mati, ketika jam besar di ujung ruangan berdentang 12 kali.
Sandi berlari keluar dari restoran Hanggareksa untuk mencari bantuan. Tapi, tukang parkir restoran yang ditemuinya di luar, Pak Kusnadi, menyadarkannya jika restoran tersebut telah tutup.
Tidak hanya restoran tersebut yang menyimpan kejanggalan. Di kontrakan yang ditempatinya, beberapa kali Sandi juga menjumpai penampakan di dapur yang membuatnya kabur dari kontrakannya tersebut.
Rama, seorang guru sekaligus penulis novel yang menginap selama acara seminar sekolah di kontrakan Sandi, juga melihat penampakan yang sama. Dari info yang didapat Rama dari Pak Lukman, sopir Koh Danu, supplier daging untuk kebutuhan restoran Hanggareksa, ia mengetahui bahwa restoran tersebut berhantu. Rama bahkan menemukan pintu penghubung rahasia antara kontrakan dan restoran Hanggareksa.
Novel ini menggunakan menggunakan PoV 1 dari berbagai sudut pandang para tokohnya: Sandi, tetangga restoran, Nova, waitress Hanggareksa yang sering kerasukan, Pak Lukman, sopir yang pernah kecelakaan akibat diganggu hantu wanita, dan Rama, sahabat Sandi yang menginap di kontrakannya. Serta PoV 3 sebagai pamungkas yang menyatukan keseluruhan cerita dari sudut pandang masing-masing tokoh.
Jalinan cerita disusun penulis dengan sedemikian rumit dengan alur campuran, dari peristiwa keracunan massal, perselingkuhan, kanibalisme, sampai sekte sesat penyembah setan diramu dengan cukup baik.
Saya katakan ‘cukup’ baik karena saya masih menemukan plot hole di bagian-bagian akhir cerita yang sesungguhnya sangat disayangkan, yaitu di halaman 200 ketika Haji Asnaf menyampaikan pada Rama dan Sandi bahwa laporan pihak berwajib beredar ‘tidak bersifat publik’. Hanya segelintir orang saja yang diberi kabar.
Namun di halaman 258, salah seorang tokoh mengatakan, keluarganya menanggung gelar pembunuh yang tersiar di koran karena kakeknya menjadi tersangka. Yang berarti kasus tersebut ‘bersifat publik’ dan diketahui kalangan luas.
Lalu ada sedikit kerancuan diksi ketika salah seorang tokoh, Sabrina, diikat tangannya dan dalam keadaan pingsan. Namun, dikatakan bahwa Sabrina lalu ‘dipapah’ menuju gudang. Jika pingsan berarti tidak mungkin Sabrina dipapah (dibantu berjalan). Lebih masuk akal kalau Sabrina diseret, digotong, atau diangkat.
Terlepas dari semua itu Midnight Restaurant menyuguhkan horor berbalut misteri yang sangat kental dengan premis cerita yang menarik dan kaya akan konflik. Pembaca dijamin akan terus penasaran dan menebak-nebak motif pembunuhan sampai akhir cerita.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.