Sebelum melalang buana berburu film gore luar, coba deh saksikan film lawas lokal satu ini. Apa lagi kalau bukan, Pintu Terlarang! Pasalnya film Indonesia satu ini dijamin bakal memberikan pengalaman menonton tak terlupakan. Lantas seperti apa sih film garapan anak bangsa satu ini, berikut informasinya!
Pintu Terlarang (2009), film arahan sutradara Joko Anwar dan dibintangi sederet aktor dan aktris top Indonesia seperti Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, Otto Djauhari, Tio Pakusadewo, sampai Henidar Amroe.
Film berkisah tentang Gambir, seorang seniman yang di balik kesuksesan karier dan kehidupan rumah tangganya, ada rahasia kelam dan perasaan berdosa yang selalu menghantuinya.
Kesuksesan dan segala hal yang dimilikinya saat itu tak satu pun terasa nikmat baginya. Kehidupan Gambir pun kian merunyam ketika suatu hari, tanpa sengaja ia menemukan sebuah pintu yang Gambir pun tidak diizinkan oleh Talyda, istrinya untuk masuk ke dalamnya.
Sampai kemudian, ia mendapati segala rahasia dan kebusukan orang-orang terdekatnya. Dengan semua kebenaran yang terhubung dengan pintu terlarang itu, Gambir merencanakan pembalasan menyakitkan pada mereka yang mengkhianatinya.
Ulasan Film Pintu Terlarang
Pintu Terlarang adalah film lokal premium yang membuat saya menyesal baru menyaksikannya sekarang. Bagaimana tidak, dari segi kualitas, menurut saya film ini tak kalah saing dengan kebanyakan film gore populer luar yang pernah saya saksikan.
Alur ceritanya genius, dieksekusi dengan runtut dan dimeriahkan dengan berbagai plot twist yang mengguncang. Hal yang membuat saya antusias mengulas ‘Pintu Terlarang’ adalah ketika saya mendapati eksekusi film yang begitu niat.
Suguhan yang mengagumkan ini dibangun dengan narasi kuat dan berhasil pula divisualkan dengan begitu pas, tidak tanggung, juga tidak berlebihan.
Penokohannya pun diramu matang, masing-masing tokoh memilki karakter yang kuat, tidak saling lepas dan berhasil pula dihidupkan oleh para pelakon dengan kemampuan akting mereka yang luar biasa.
Seperti pada tokoh Gambir, misalnya, Fachry Albar sukses betul menjiwai perannya sehingga saya selaku penonton pun turut ketularan perasaan kalut, tertekan sampai takut sewaktu mengikuti kisah hidup dan pergulatan batin tokoh Gambir, saking “kawinnya” beliau dengan karakter seniman gila yang menanamkan jasad pada tiap karya seninya.
Para pelakon lainnya pun layak mendapatkan apresiasi, sebab mimik, gesture sampai intonasi yang mereka mainkan begitu luwes sehingga kekakuan bukan suatu hal yang bakal ditemukan dalam film ini.
Untuk aksi gore di film ini, saya nilai lebih dari cukup untuk membuat mata terpejam saat adegan-adegan sadis itu ditampilkan.
Mungkin yang agak disesalkan dalam film ini adalah kemunculan beberapa adegan yang tidak masuk akal. Namun, mengingat alur cerita film ini dibangun dari sudut padang seniman gila, bisa jadi beberapa ketidaksesuaian yang ditampilkan dalam film ini adalah penyajian dari kegilaan Gambir, sang seniman gila itu sendiri.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS