Analisis Film 'Blade Runner 2049', Menguak Dilema Etis dalam Dunia Futuristik

Sekar Anindyah Lamase | Athar Farha
Analisis Film 'Blade Runner 2049', Menguak Dilema Etis dalam Dunia Futuristik
Poster film Blade Runner 2049 (IMDb)

Blade Runner 2049”, adalah sekuel dari film klasik berjudul “Blade Runner” rilisan 1982 karya Sutradara Ridley Scott, yang mengadaptasi dari novel karya Philip K. Dick berjudul "Do Androids Dream of Electric Sheep?". 

Sementara untuk Film Blade Runner 2049, yang diproduksi oleh ‘Warner Bros. Pictures’, bersama dengan Alcon Entertainment dan Scott Free Productions, merupakan kelanjutan langsung dari filmnya, bukan dari novel. Paham, ya. 

Pemeran utama dalam "Blade Runner 2049" antara lain Ryan Gosling, Harrison Ford, Ana de Armas, Sylvia Hoeks, Robin Wright, Jared Leto, Mackenzie Davis, dan Dave Bautista. Dirilis pada 6 Oktober 2017, film yang disutradarai oleh Denis Villeneuve itu skripnya ditulis oleh Hampton Fancher (penulis skenario Film Blade Runner rilisan 1982) dan Michael Green. 

Dalam "Blade Runner 2049," kisahnya tertuju pada Officer K (Ryan Gosling), yang biasa dipanggil K, seorang ‘blade runner’. Saat dia menyelidiki sebuah kasus pembunuhan, dia menemukan jejak yang membawanya pada penemuan yang mengguncang: sebuah rahasia yang bisa mengubah dinamika kekuasaan antara manusia dan ‘replika’.

Di tengah pencariannya, K mulai mempertanyakan kemanusiaannya sendiri dan merenungkan apakah ‘replika’ memiliki hak dan martabat yang sama seperti manusia.

Officer K juga menggunakan nama panggilan "Joe", yang diberikan kepadanya oleh seorang wanita yang dia temui dalam perjalanannya.

Melalui perjalanan ini, K harus menghadapi konflik moral dan memilih antara loyalti pada tugasnya sebagai ‘blade runner’ atau pads keinginannya untuk menemukan makna dalam hidupnya.

Pertanyaan paling dasar ada dua, apa itu ‘blade Runner dan replika’? 

‘Seorang blade runner’ adalah agen khusus yang bertugas untuk menemukan dan menonaktifkan atau menghancurkan replika yang melanggar hukum atau menimbulkan ancaman bagi masyarakat. Mereka bekerja dalam sebuah dunia futuristik di mana replika diciptakan. 

Sementara itu, dalam dunia Blade Runner, ‘replika’ adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada humanoid sintetis (anggaplah robot) yang diciptakan dalam laboratorium untuk melayani manusia.

Mereka sering kali mirip dengan manusia dalam penampilan dan perilaku, tetapi mereka nggak memiliki status yang sama dengan manusia dalam masyarakat. 

Pada intinya, konflik dalam film ini seringkali berkaitan dengan pertanyaan tentang apa artinya menjadi manusia dan apakah replika memiliki hak dan martabat yang sama seperti manusia.

Nah, lebih dalam lagi terkait ‘hak dan martabat’. 

Dalam film "Blade Runner 2049", konsep hak dan martabat ‘replika’ menjadi salah satu tema utama yang diperdebatkan secara mendalam. Sebagai sekuel, film ini menjelajahi dilema etis yang lebih kompleks terkait dengan keberadaan ‘replika’.

Di tengah konflik antara manusia dan ‘replika’, pertanyaan tentang apa artinya menjadi manusia dan bagaimana replika mempengaruhi dinamika sosial dan moral masyarakat menjadi pusat perhatian.

Pertama-tama, film menyoroti masalah hak dan perlakuan yang adil terhadap ‘replika’. Meskipun mereka diciptakan untuk melayani manusia, ‘replika’ seringkali diperlakukan sebagai objek atau barang, bukan individu dengan hak dan kebebasan mereka sendiri.

Ini mengarah pada pertanyaan tentang kemanusiaan dalam memperlakukan makhluk buatan yang semakin mirip dengan manusia.

Kemudian, filmnya juga menggarisbawahi konflik moral yang timbul ketika ‘replika’ mulai mempertanyakan eksistensi dan hak mereka. Karakter utama, K, pun mulai merasa terikat secara emosional dan mulai mempertanyakan tempatnya di dunia.

Selain itu, melalui karakter Wallace (Jared Leto), seorang industrialis yang menciptakan ‘replika’. Film menggambarkan pandangan yang berlawanan tentang martabat ‘replika”.

Bagi Wallace, replika hanya merupakan alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan bisnisnya, tanpa memperhatikan hak dan kepentingan moral mereka. Pendekatan ini memunculkan pertanyaan tentang tanggung jawab etis pencipta terhadap makhluk buatannya.

Selain perdebatan tentang hak dan martabat replika, film juga mengeksplorasi implikasi sosial dan politik dari keberadaan ‘replika’ dalam masyarakat.

Konflik antara manusia dan ‘replika’ menciptakan ketegangan yang mengancam stabilitas sosial dan mempertanyakan nilai-nilai moral masyarakat.

Dengan demikian, melalui kompleksitas karakter dan plotnya, "Blade Runner 2049" menghadirkan gambaran yang mendalam tentang perdebatan etis seputar hak dan martabat replika dalam sebuah masyarakat yang semakin tergantung pada teknologi, robot, bahkan AI. Ini layak banget ditonton. Skor dariku: 8,5/10. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak