Buku tentang wayang kulit yang akan saya ulas pada kesempatan kali ini ialah sebuah buku karya Sri Teddy Rusdy yang berjudul Rahwana Putih. Adapun buku ini pertama kali diterbitkan pada 3 Mei 2013 oleh Yayasan Kertagama.
Berdasarkan judul buku ini, tentu saja buku ini bercerita tentang sosok Rahwana yang menjadi tokoh antagonis dalam epos Ramayana, dari saat sebelum kelahirannya hingga saat kematiannya.
Lebih daripada itu, buku ini pun lengkap merangkum berbagai tokoh yang ada kaitannya dengan Rahwana, seperti keluarganya, musuh-musuhnya, guru-gurunya, kekasihnya, hingga para dewa.
Buku Rahwana Putih ini terdiri atas delapan bagian, yang masing-masing menceritakan kisah kehidupan Rahwana secara kronologis. Pada bagian pertama, yaitu bagian Gunungan Pembuka, diceritakan riwayat keluarga Rahwana dari pihak ibu maupun ayahandanya.
Selain itu, masih pada bagian pertama, diceritakan pula secara garis besar bagaimana ayahanda Rahwana, Begawan Wisrawa, yang tidak sengaja mengawani Dewi Sukesi, ibunda Rahwana putri Prabu Sumali, Raja Alengka, yang saat itu mensyaratkan pemahaman Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Kitab Diyu bagi siapapun yang hendak mempersuntingnya.
Pada awalnya memang Begawan Wisrawa hanya mendekati Dewi Sukesi untuk anaknya, Prabu Danapati, yang jatuh cinta kepada Dewi Sukesi dan merupakan penerus takhta Kerajaan Lokapala.
Akan tetapi, saat sedang menjelaskan isi Kitab Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu kepada Dewi Sukesi, mereka berdua saling terpesona dan terbakar nafsu, hingga kemudian dari hubungan terlarang tersebut lahirlah raksasa yang bernama Rahwana.
Beberapa kelebihan yang terdapat dalam buku ini, menurut saya, antara lain ialah isinya yang lengkap. Seperti yang sudah saya katakan di atas, bahwasanya buku ini lengkap menceritakan kisah hidup Rahwana beserta berbagai tokoh yang berkaitan dengannya secara detail dan kronologis. Selain itu, kelebihan lain yang terdapat dalam buku ini ialah sudut pandang penulis terhadap Rahwana.
Memang, kita semua tahu bahwasanya Rahwana adalah tokoh antagonis yang jahat, kejam, dan tidak memiliki belas kasihan.
Namun demikian, dalam buku ini, penulis lebih menekankan sisi baik Rahwana dibandingkan sisi buruknya, seperti halnya kesetiaan Rahwana menanti titisan Dewi Setyawati dan ketabahan Rahwana menjalani hidup yang penuh dengan kegelapan dalam dirinya.
Sekilas, sudut pandang penulis terhadap Rahwana yang lebih menitikberatkan perhatiannya kepada kebaikan-kebaikan atau kelebihan-kelebihan Rahwana dapat dikatakan sebagai dekonstruksi cerita.
Adapun dekonstruksi cerita merupakan suatu penataan ulang atau penggunaan sudut pandang baru dalam menilai suatu cerita terlepas dari pandangan masyarakat secara umum.
Misalnya, tokoh Rahwana merupakan tokoh antagonis yang jahat, dan kita semua sepakat akan hal itu; tetapi dalam buku ini, penulis ternyata mampu menggali berbagai kebaikan atau kelebihan tokoh Rahwana, sehingga penilaian kita terhadap tokoh Rahwana yang jahat bisa saja berubah.
Menurut saya, buku Rahwana Putih ini sangat cocok untuk kalian baca, karena isinya yang kaya akan pengetahuan kebudayaan serta memiliki bentuk cerita seperti lakon pewayangan, sehingga kita tidak akan bosan ketika membacanya; dan juga terdapat banyak renungan pada berbagai tokoh dalam buku ini, sehingga dapat kita jadikan sebagai bahan refleksi sehari-hari.
Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah buku karya Sri Teddy Rusdy yang berjudul Rahwana Putih. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian tertarik untuk membaca buku tersebut?