Berakhir Sedih, 3 Pesan Moral Novel "Tulisan Sastra" yang Patut Dicontoh

Hernawan | Duwi Puspitasari
Berakhir Sedih, 3 Pesan Moral Novel "Tulisan Sastra" yang Patut Dicontoh
Novel Tulisan Sastra (Instagram/@tenderlova)

"Tulisan Sastra" adalah novel remaja yang ditulis oleh Tenderlova. Novel ini bercerita tentang kehidupan Andhika Sastra Gautama, yang lebih dikenal dengan panggilan Sastra. Cerita ini berhasil menarik perhatian para pencinta novel di aplikasi membaca daring hingga akhirnya dibukukan, bahkan kabarnya akan segera diangkat menjadi film.

Novel "Tulisan Sastra" karya Tenderlova ini bukan sekadar kisah cinta remaja biasa. Di balik alur cerita yang memikat dan karakter-karakter yang dibuat seakan-akan nyata, cerita ini dibalut dengan berbagai permasalahan hidup yang membuat cerita Tulisan Sastra kian realistis dan menyentuh hati.

Meskipun memiliki akhir yang sedih, novel ini tetap menyiratkan pesan-pesan moral mendalam yang mampu menggugah hati para pembacanya. Berikut 3 pesan moral paling diingat dari novel "Tulisan Sastra" yang menguras air mata:

Cinta, Keluarga, dan Cita-Cita

Salah satu lembar dalam novel
Salah satu lembar dalam novel "Tulisan Sastra" (Instagram/ @tenderlova)

1. Memperjuangkan Cinta Sejati

Kisah cinta Sastra dan Sahara diwarnai berbagai rintangan. Perbedaan latar belakang, kesalahpahaman, rasa cemburu, dan kehadiran masa lalu Sahara menjadi ujian bagi cinta mereka. Namun di tengah kendala itu, terpancar ketangguhan cinta sejati yang mampu melewati berbagai badai.

Sastra terus melangkah bersama Sahara sembari perlahan mengupayakan cinta baru tumbuh di hati sang gadis yang masih ditutupi kenangan bersama mantan kekasihnya. Novel ini mengajarkan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang perasaan indah, tetapi juga tentang ketangguhan dalam menghadapi rintangan dan kesediaan untuk berkorban demi kebahagiaan bersama.

2. Arti Keluarga dan Persahabatan

Di tengah berbagai masalah yang dihadapi, Sastra menemukan kekuatan dan dukungan dari keluarga dan sahabatnya. Dukungan tanpa pamrih dan kasih sayang mereka menjadi pilar yang membantu Sastra melewati masa-masa sulit. Mas Jovan, Kakak laki-laki Sastra, puluhan kali menyarankan Sastra untuk meninggalkan Sahara, tetapi di sisi lain sesungguhnya ia hanya tidak rela melihat adik tercinta terus menelan nelangsa karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Ditambah kehadiran Lukas yang selalu menjadi teman mengeluh dan bercerita Sastra. Novel ini mengingatkan kita tentang betapa pentingnya keluarga dan sahabat sebagai harta karun yang tak ternilai, selalu hadir untuk memberikan semangat dan kekuatan di saat terpuruk kita.

3. Pantang Menyerah Menuju Cita-Cita

Sastra adalah laki-laki yang memiliki banyak mimpi sederhana. Sastra tidak ingin menjadi yang sempurna. Katanya, menjadi sederhana yang selalu didamba sudah lebih dari segalanya. Sejak kecil, Sastra berbakat pada musik, khususnya piano. Ia bercita-cita menjadi pianis terkenal dan dapat menghibur banyak orang dengan musiknya.

Sastra ingin menyebar kebaikan, membantu orang lain, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Lalu, Sastra ingin mencintai dan membuat Sahara berbahagia bersamanya, membangun keluarga yang manis dan saling mendukung dalam suka maupun duka. Novel ini mengajarkan kita untuk terus hidup sambil memeluk harapan-harapan itu, yakin akan menyelesaikannya satu persatu di setiap langkah dan tentunya tidak menyerah.

Novel "Tulisan Sastra" adalah sebuah karya sastra yang sarat makna dan pesan moral. Kisah yang cantik, menarik dan pantas untuk dikenang. Setelah membaca novel ini, kamu dapat merenungkan arti cinta sejati, keluarga, sahabat dan cita-citamu dalam hidup. Jangan lupa untuk mengimplementasikan semangat Sastra ke dalam kehidupanmu, ya!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak