Ulasan Novel 'Jurnal Jo: Online', Kehidupan di Dunia Nyata vs Dunia Maya

Hikmawan Firdaus | Akramunnisa Amir
Ulasan Novel 'Jurnal Jo: Online', Kehidupan di Dunia Nyata vs Dunia Maya
Sampul Novel Jurnal Jo: Online (Goodreads)

Setelah sukses membuat saya senyum-senyum sendiri menyimak pengalaman-pengalaman manis Josephine Wilisgiri dalam novel Jurnal Jo, kini aksi Jo berlanjut di novel sekuelnya. Yakni novel berjudul "Jurnal Jo: Online", karya Ken Terate.

Ken Terate memang seorang penulis novel populer yang telah menuliskan beragam judul novel yang kebanyakan mengambil segmen remaja sebagai sasaran pembacanya.

Salah satu alasan yang membuat saya menyukai karya-karya penulis yang satu ini adalah kemampuannya dalam mengemas hal-hal yang terlihat sederhana dan biasa-biasa saja, menjadi sebuah pembahasan yang menarik.

Contohnya adalah serial novel kali ini. Pembaca akan dibawa kembali dalam menyelami dunia remaja ala anak SMP yang penuh warna. Khususnya saat Jo mulai berkenalan dengan gadget dan kebiasaan online yang baru mulai nge-hype di kalangan remaja waktu itu.

Oleh karena novel sekuel ini pertama kali terbit pada tahun 2010, bisa ditebak, bahwa karakter Jo termasuk generasi milenial yang baru melek teknologi.

Jo diajari oleh sahabatnya, Sally bermain facebook. Dan tak jarang, munculnya facebook ini membuat kehidupan Jo harus teralihkan dengan banyak hal di dunia maya. Tanpa sadar, ia menjadi semakin sibuk.

Entah untuk chatting, bikin status, atau sekedar stalking profil teman-temannya. Belum lagi ia harus belajar, mengerjakan PR, dan mengurus proyek amal yang akan diadakan oleh kelasnya.

Lewat facebook juga, Jo mulai menyadari betapa interaksi dengan teman-teman dunia maya dan di dunia nyata itu sungguh berbeda. Ia sempat kaget ketika mendapati Nabila, temannya yang sangat pendiam dan tergolong kuper ternyata sering curcol dengan dirinya lewat second account.

Terlepas dari betapa asyiknya menjalin hubungan dengan teman-teman facebook, kejadian ketika Sally ditipu oleh seorang cowok tidak dikenal membuat Jo semakin aware terhadap media sosial tersebut.

Meskipun yang dibahas adalah facebook, yang bagi sebagian remaja mungkin tidak relate karena lebih suka update di tiktok atau medsos lain, tapi pesan-pesan yang disampaikan penulis penting sekali untuk diketahui oleh semua orang.

Pada intinya, novel ini tidak sekedar menghibur lewat tingkah polos Jo dan teman-temannya. Tapi juga mengedukasi.

Sebagai generasi milenial yang juga sempat merasa sangat antusias ketika awal booming-nya facebook, novel ini bikin saya bernostalgia dan mengingat kembali betapa noraknya anak-anak remaja seperti kami yang suka menulis status galau dan curhat di facebook. Kurang lebih seperti Jo, Sally, Nadine, dan tokoh lain yang ada di novel ini.

Nah, bagi kamu yang ingin ikutan bernostalgia, atau sekedar turut merasakan keceriaan ala anak remaja, novel 'Jurnal Jo: Online' ini adalah salah satu rekomendasi novel remaja yang bisa kamu baca!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak