Buku yang baik, selain bisa memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan, juga dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang banyak hal, serta adanya pesan moral yang disampaikan.
Salah satu buku yang bisa memberikan semua hal tersebut adalah novel petualangan anak berjudul Misteri Pulau Betuah karya dari Tuti Sitanggang, yang diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada Januari 2014.
Tersebutlah empat orang anak, Uti, Ibul, Hana, dan Syah yang terpilih dari sekolahnya untuk mengikuti lomba susur pantai di acara Festival Nusantara. Mereka diberikan pertanyaan di setiap pos dan akan mendapatkan bintang di setiap pertanyaan yang terjawab.
Di tengah perjalanan, Hana yang paling sering mengeluh, terlibat cekcok mulut dengan Syah. Ucapan Syah yang cukup menyinggung perasaannya, membuat Hana berlari keluar jalur lomba, masuk ke hutan bakau.
Teman-temannya yang mengejar Hana, akhirnya menyadari jika mereka tersesat setelah berhasil menemukan Hana.
Dalam perjalanan menemukan jalan keluar, mereka bertemu seseorang yang mengaku peneliti, yang menggali dan mengubur sesuatu di dalam pasir.
Keempat anak ini akhirnya memata-matai lelaki tersebut. Mereka berkeyakinan bahwa lelaki berberewok itu dan teman-temannya merupakan komplotan penjahat, yang menyembunyikan harta hasil kejahatannya.
Apakah dugaan mereka benar? Lalu ke mana perginya Ibul saat teman-temannya menyadari bahwa Ibul sudah menghilang?
“Baru saja dia berdiri di sini,” ujar Syah bingung. Uti, Hana, dan Syah mencari Ibul di sekitar tempat itu. Hana bahkan menerawang pandangannya menembus pepohonan di hutan. Siapa tahu bocah itu pergi berburu rajungan lagi. (Hal. 53)
Seru! Reaksi pertama saya ketika ikut larut dalam petualangan yang dialami Uti, Hana, Syah, dan Ibul. Karakter mereka yang beragam: Uti tegas, Hana manja, Syah doyan makan, Ibul yang mandiri, harus beradaptasi dengan cepat, satu sama lain, dalam lomba susur pantai.
Mereka juga harus bekerja sama saat berhadapan dengan hal besar, berkaitan dengan penyu sebagai satwa langka dan dilindungi.
Karakter-karakter para tokohnya berkembang seiring berjalannya cerita. Salah satunya Hana yang semula mudah mengeluh, manja, dan cengeng (Hal. 22 & 23) menjadi pribadi yang lebih kuat, antusias, dan paling bersemangat mencari teman-temannya yang hilang. (Hal. 105)
Selain ceritanya yang seru, buku ini juga mengungkap fakta-fakta seputar penyu, daerah pesisir barat Lampung dan Pulau Betuah-nya, yang menjadi latar tempat dalam cerita.
Para pembaca cilik akan mudah memahami segala informasi yang diberikan, karena penjelasannya dilengkapi dengan gambar ilustrasi karya dari Indra Bayu.
Sebagai novel anak, buku ini juga sarat akan pesan moral, seperti tentang pentingnya selalu berbaik sangka, tak lekas mengambil kesimpulan terhadap sesuatu hal tanpa ada bukti yang jelas.
Pesan moral lainnya, mengajarkan tentang pentingnya menjaga ekosistem laut, pelestarian penyu sebagai satwa yang dilindungi, persahabatan, kerjasama, dan berani memperjuangkan kebenaran.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS