Siapa yang tak kenal Pak Raden dalam serial film boneka Si Unyil pada tahun 1980 hingga 1991? Dialah Drs. Suyadi yang kerap tampil di layar televisi memakai blangkon dan kumis tebal. Pria yang lahir di Jember 28 November 1932 itu adalah pendongeng sejati.
Dari tangan Pak Raden ini karakter boneka Si Unyil melegenda hingga saat ini. Pada masa jayanya, serial Si Unyil telah mencapai lebih dari 603 seri film boneka, dan selalu menjadi teman penggemarnya pada setiap Minggu pagi.
Suyadi atau yang kerap disapa Pak Raden ini, selain merupakan pencipta bentuk boneka Si Unyil, ia juga seorang ilustrator, dalang, pelukis, animator, komikus, penulis buku anak, dosen, seniman boneka, dan pendongeng. Hingga hari kelahirannya, 28 November, dideklarasikan oleh masyarakat sebagai Hari Dongeng Nasional.
Buku Seribu Kucing untuk Kakek ini adalah salah satu cerita anak karangannya. Pada setiap halaman buku ini menampilkan narasi dan ilustrasi mengenai kehidupan sepasang kakek-nenek yang didera sepi. Tak ada keramaian. Hingga keduanya sepakat ingin memelihara seekor kucing.
Keesokan harinya, petualangan kecil antara nenek dan kakek dimulai. Nenek mencari seekor anak kucing ke pasar dengan bertanya dan meminta kepada pedagang sayur, penjual ikan, penjual kerupuk, tukang pangkas rambut hingga ke penjual bilik bambu, namun kompak mereka menggelengkan kepala dan menyatakan jika di rumah mereka tak memiliki kucing.
Sementara sang kakek menjelajah mencari seekor anak kucing ke arah kebun. Selama dalam perjalanan ia bertanya dan meminta anak kucing kepada penjual mainan yang ia temui, ke penjual jamu, dan pedagang tahu goreng, bahkan ke Pak Haji yang kebetulan lewat. Tapi, jawaban mereka sama. Sama-sama tak punya kucing.
Tiba-tiba keesokan harinya, mereka mendapat kejutan berupa kedatangan anak kucing di balik jendela kamar, lalu disusul kedatangan anak-anak kucing yang lain dalam jumlah yang sangat banyak. Saking banyaknya si kakek menyebutnya seribu kucing.
Cerita berkembang saat rumah nenek dan kakek dipenuhi seribu anak kucing. Nenek dan kakek lalu kewalahan memberi makan kucing-kucing tersebut. Kemudian muncul ide kakek untuk mengadakan lomba makan kue serabi. Lomba itu pun banyak diikuti oleh anak-anak sekitar. Baik kepada juara maupun peserta lainnya, kakek memberikan hadiah anak kucing. Hingga tinggallah satu ekor anak kucing saja yang mereka miliki. Satu anak kucing itu akhirnya mereka rawat dengan sedemikian baik.
Pesan berharga dari cerita ini menurut saya adalah tawakal. Barang siapa yang menyerahkan diri kepada Tuhan seusai rampung dalam berupaya, maka Tuhan tak akan mengecewakannya.
Selain itu, amanat berikutnya, jika kita mendapat karunia lebih dari apa yang kita pinta dan hal tersebut telah memenuhi kebutuhan, maka jangan lupa, berbagilah kepada orang lain.
Identitas Buku
Judul: Seribu Kucing untuk Kakek
Penulis: Suyadi (Pak Raden)
Penerbit: Noura Books
Cetakan: I, 2017
Tebal: 47 halaman
ISBN: 978-602-385-198-0