Latifah Bertemu Hantu merupakan novel remaja karya dari Ambitha Dhyaningrum. Buku ini diterbitkan pertama kali di tahun 2023 oleh penerbit Tiga Ananda.
Adapun, novel ini berkisah tentang sepasang kakak-adik, Latifah dan Haikal, yang tinggal di rumah Paman dan Bibi mereka selepas orang tua keduanya meninggal dalam kecelakaan.
Di seberang rumah yang ditinggali Latifah beserta adiknya tersebut, baru saja dihuni oleh sepasang ayah-anak, Pak Rahman dan Aster. Namun Latifah penasaran, ketika ia sempat melihat ada sesosok perempuan mengintip dari jendela lantai atas rumah tersebut.
Siapakah sosok tersebut jika Pak Rahman berkeyakinan, ia hanya tinggal berdua dengan anaknya? Benarkah sosok tersebut hantu yang menghuni rumah itu, karena Latifah juga mendengar suara-suara tanpa wujud?
Tiba-tiba Latifah mendengar suara benda terjatuh ke lantai dengan cukup keras. Dia tersentak kaget. Suara itu berasal dari … lantai atas! Latifah menahan napas beberapa saat. Tubuhnya mengerut. (Hal. 105)
Tak butuh waktu lama bagi saya menyelesaikan novel Latifah Bertemu Hantu, karena selain novelnya yang cukup tipis, hanya 158 halaman, konfliknya juga ringan saja.
Sebenarnya, sejumlah konflik dalam novel ini cukup menarik dan bisa dieksplor lebih jauh. Tapi sayangnya, hampir semuanya serba nanggung dan terkesan hanya sebagai tempelan untuk meluaskan cerita.
Seperti permasalahan Latifah yang selalu dibantai dan ditekan oleh Mbak Meri, penanggung jawab artikel di kantor Majalah Cantik, di mana Latifah bekerja sebagai wartawan lepas.
Kemudian Risma yang bertemu kembali dengan Rizal, lelaki yang pernah membuatnya jatuh hati dan anak seorang ustaz yang mengisi kajian di kantor Risma.
Lalu konflik Latifah dan Risma, sepupunya. Risma yang selalu ketus dan sengaja menjaga jarak dari Latifah dan Haikal, karena cemburu dengan perhatian orang tuanya yang terbagi.
Risma sendiri juga memiliki permasalahan dengan sang pacar yang menarik untuk dikembangkan lebih jauh. Juga perihal Haikal yang menjadi cacat karena kecelakaan, sepertinya bisa digali lagi secara emosional, karena dalam cerita Haikal terlihat baik-baik saja.
Sejumlah konflik tersebut tak satu pun yang menemukan penyelesaian. Semua menggantung membuat saya bertanya-tanya, lalu untuk apa semua masalah tersebut ada dalam cerita?
Meskipun ada kekurangan di pengembangan sejumlah konflik di atas, penulis menggarap konflik utamanya—kisah tentang sosok hantu misterius—dengan baik. Hal ini cukuplah menjadi obat penawar untuk kekecewaan saya atas beberapa kekurangan tadi.
Karakter tokoh yang saya sukai dalam novel ini adalah Latifah. Ia sosok perempuan muda yang tegar, mandiri, tak mudah mengeluh meskipun harus kehilangan kedua orang tua.
Latifah juga dewasa, menjaga dan mendampingi adiknya dengan baik, juga tak terlalu bergantung pada budi baik Paman dan Bibinya, karena ia juga bekerja untuk membiayai kuliahnya.
Jika kalian sedang mencari novel dengan konflik ringan untuk mengisi waktu luang, novel ini bisa menjadi pilihan. Tapi, jangan berharap terlalu banyak pada ceritanya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS