Ulasan Film Atlas, Jennifer Lopez Jadi Tentara yang Berburu Robot AI

Hayuning Ratri Hapsari | Alexander Joy
Ulasan Film Atlas, Jennifer Lopez Jadi Tentara yang Berburu Robot AI
Atlas (IMDb)

Atlas adalah film fiksi ilmiah yang dirilis oleh Netflix dan disutradarai oleh Brad Peyton. Film ini menampilkan Jennifer Lopes, Simu Liu, Sterling K. Brown, dan Mark Strong sebagai pemeran utamanya. 

J-Lo tampaknya belum jera berperan sebagai perempuan tangguh setelah The Mother yang gagal di mata kritikus, namun berhasil menjadi salah satu film terlaris di Netflix.

Konflik AI dan Trauma Masa Lalu

Atlas (Lopez) adalah seorang analis AI yang memantau perkembangan kasus seorang teroris robot bernama Harlan (Liu) yang meninggalkan bumi 28 tahun yang lalu. Harlan adalah robot pemberontak yang diciptakan oleh ibu Atlas, menyebabkan trauma mendalam pada sang putri. 

Suatu ketika, robot utusan Harlan tiba di bumi dan pihak berwenang berhasil menangkapnya. Melalui bantuan Atlas, mereka akhirnya menemukan lokasi planet tempat Harlan berada. Satu tim dikirim ke sana untuk melumpuhkan Harlan, dilengkapi dengan setelan robot tempur baru yang dikendalikan manusia. 

Atlas pun dikirim bersama tim untuk mendampingi mereka, namun setibanya di sana, pasukannya diserang habis-habisan oleh musuh, hingga hanya Atlas yang tersisa.

Plot yang Tidak Baru

Kisah AI pemberontak seperti yang telah disinggung di atas bukanlah hal yang baru. Atlas hanyalah gabungan dari plot beberapa film serupa yang lebih baik. Bedanya kini, hanya terdapat robot berbentuk suite yang mampu berinteraksi melalui pikiran pengemudinya. 

Konsepnya serupa dengan robot dalam Pacific Rim, namun ukurannya hampir setara dengan manusia. Kisahnya sederhana dan berlangsung dalam satu momen, mereka harus bertahan hidup dari kejaran robot musuh. 

Kekuatan film ini bukan terletak pada aksi-aksinya yang tampak artifisial, melainkan pada hubungan antara sang robot dengan Atlas. Terdapat beberapa momen yang menyentuh melalui sisi humanis sang robot saat berhadapan dengan Atlas yang antisosial dan anti-AI. 

Akhir ceritanya cukup mengharukan, tetapi sekali lagi, jangan terlalu berharap pada adegan aksinya.

Kisah "Man vs. Machine" yang Tidak Segar Lagi

Atlas memiliki kisah tipikal "man vs. machine" yang sudah tidak segar lagi, hanya sedikit terbantu oleh chemistry antara robot (AI) dengan tokoh protagonisnya. 

Untuk sang bintang, ini merupakan sedikit peningkatan dari The Mother, namun jelas tidak cukup untuk mengangkat pamornya sebagai sosok perempuan tangguh. Untuk genrenya, Atlas hanya berlalu begitu saja tanpa meninggalkan kesan. 

Bicara AI yang menggantikan peran manusia, kini menjadi isu penting dalam sejarah perkembangan manusia. Film-film besar yang disebut di atas menjadi semacam prediksi bahwa hanya tinggal menunggu waktu, semua pekerjaan manusia bisa tergantikan AI.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak