Mencintai dalam diam, pada akhirnya menjadi pilihan Katnis, tokoh utama kita dalam novel The Beautiful Flaw karya dari Aria Sardjono. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh Elex Media Komputindo di tahun 2016.
Katnis seorang orthopedagog yang mengelola sebuah klinik rehabilitasi dan psikologi tumbuh kembang anak. Ia juga menjadi volunteer di sebuah panti tuna netra serta aktif di berbagai kegiatan sosial.
Di usianya yang telah 30 tahun, orang tua angkatnya terus mendesak Katnis untuk menikah. Sampai ibunya itu pernah berkata, “Katnis, kamu tahu? Seekor angsa betina tanpa cinta hanyalah seekor unggas?” (Hal. 7)
Namun, Katnis hanya mencintai Shean. Seorang lelaki patah hati yang menyibukkan dirinya dengan melukis, sejak Naya, kekasihnya, pergi meninggalkan justru ketika lelaki itu menderita penyakit anemia aplastik yang langka.
Kedekatan Katnis dan Shean tak pernah lebih dari sebatas persahabatan. Namun, ketika suatu kali Shean mencium Katnis, gadis itu merasa kesempatannya terbuka untuk lebih dari sekadar sahabat.
Tapi, justru tepat di saat itu Naya kembali dan mengisi ruang hati Shean yang pernah ditinggalkannya. Katnis patah hati. Ia lalu menerima tawaran untuk menangani seorang anak down syndrome bernama Gerwin untuk menyibukkan diri dan menyembuhkan luka.
Gerwin bersaudara kembar dengan Reinald. Putra konglomerat yang suatu kali tunangannya membatalkan pernikahan mereka. Demi tak menjadi aib yang mencoreng nama besar keluarga, Oma Irene, nenek dari Reinald, meminta Katnis menjadi calon pengantin pengganti.
Katnis berpikir ini kesempatannya untuk melupakan Shean. Tapi, saat ia bersedia memenuhi keinginan Oma Irene justru Shean datang dan mengatakan bahwa ia mencintai Katnis.
Apakah pernikahan itu akan dilanjutkan? Mungkinkah seekor unggas seperti dirinya bisa menjadi angsa betina dan berhak mendapatkan cinta seorang CEO tampan seperti Reinald? Bagaimana dengan cintanya sendiri yang hanya tertuju pada Shean, meskipun Naya terang-terangan meminta Katnis menjauh?
“Aku pernah punya kenangan yang mendalam bersama Shean. Kekuatanku hanya itu. Aku akan menggali semua kenangan itu, satu persatu, dan membawa Shean masuk lagi ke dalamnya. Jadi tolong, lepaskanlah dia.” (Hal. 92)
Tema cerita dalam novel The Beautiful Flaw sebenarnya sangat klise dan sudah umum digunakan, yaitu tentang jatuh cinta pada sahabat sendiri, pernikahan settingan, dan kisah si itik buruk rupa dan pangeran tampan.
Namun, pembedanya ada di profesi tokoh utama yang berkecimpung di dunia orthopedagog, yaitu terapi yang diberikan pada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, membaca, menulis, dll.
Jadi, tak heran jika di awal-awal bab banyak sekali pembahasan mengenai pekerjaan Katnis, yang sayangnya membuat alur cerita berjalan terlalu lambat.
Apalagi saya tak melihat perlunya penjabaran tentang pekerjaan Katnis, yang di beberapa bab tak memiliki kaitan langsung dengan jalannya cerita. Agak membosankan dengan cara bertutur di bab-bab tersebut yang cenderung ‘telling’.
Plot cerita inti tentang hubungan Katnis-Shean dan Katnis-Reinald juga kurang tergali. Tampak sekali ketergesa-gesaan yang membuat beberapa bagian yang semestinya bisa dieksplor lebih baik, jadi kurang greget.
Satu hal lagi, bagian prolog yang bikin saya bertanya-tanya karena tampak kurang nge-blend dengan jalan cerita. Seperti kisah yang berdiri sendiri dan nyaris akan terus menjadi tanda tanya, andai penulis tak menyisipkannya dalam dialog antara Katnis dan Reinald.
Secara keseluruhan novel The Beautiful Flaw tak memberikan kebaruan dalam tema, tapi banyak pelajaran yang bisa dipetik seputar dunia orthopedagog. Juga karakter Katnis yang paling mencuat dalam cerita sebagai perempuan mandiri, berjiwa sosial tinggi, dan mempunyai cinta yang besar, sehingga novel ini tetap layak untuk dinikmati.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS