Review Film X-Men '97, Pertaruhan Nasib Mutan Usai Kepergian Profesor X

Sekar Anindyah Lamase | Alexander Joy
Review Film X-Men '97, Pertaruhan Nasib Mutan Usai Kepergian Profesor X
X-Men ‘97 (IMDb)

Pernahkah Anda penasaran tentang apa yang terjadi pada para pahlawan mutan setelah kepergian Profesor X? Nah, seri animasi X-Men ’97 mencoba menjawab rasa ingin tahu ini dengan melanjutkan petualangan seru dari seri lama. 

Diproduksi oleh Marvel Studios melalui Marvel Animation dan dirilis di Disney+, seri ini membawa kita kembali ke dunia penuh konflik dan intrik mutan.

Kisah dimulai setelah Profesor Charles Xavier pergi ke planet Shi’ar dan dianggap telah meninggal. Para anggota X-Men menghadapi krisis kepemimpinan hingga surat wasiat Profesor X menunjuk musuh bebuyutannya, Magneto, sebagai penerus. 

Magneto, yang dulunya musuh besar, kini harus bekerja sama dengan Cyclops dan kawan-kawan dalam menyelidiki penggunaan teknologi Sentinel oleh grup terorisme anti-mutan yang punya agenda besar untuk memusnahkan mutan dan menguasai umat manusia.

Produksi seri ini berhubungan erat dengan kesuksesan Marvel Cinematic Universe (MCU). Sejak Fox diakuisisi Disney, beberapa karakter X-Men mulai muncul di film MCU seperti Doctor Strange in the Multiverse of Madness dan The Marvels. 

Meski relasi langsung dengan MCU belum terlihat dalam seri ini, konsep multiverse memungkinkan adanya crossover di masa mendatang.

Namun, kisah X-Men ’97 ini cukup rumit. Bagi penonton baru, mungkin akan kewalahan karena kurangnya pengenalan karakter dan eksposisi cerita. 

Konflik dan intrik dari musim lawas masih terasa kuat, tetapi banyak karakter yang mungkin asing bagi penonton baru. Dalam seri ini, para anggota X-Men yang terdiri dari belasan superhero bekerja dalam beberapa subplot yang saling terkait. 

Perlahan tapi pasti, kisahnya mulai bisa dipahami dan tidak ada masalah berarti bagi penonton baru. Tidak semua subplotnya akan menjadi favorit. Cyclops dan Jean Grey mengambil porsi besar cerita dengan hubungan mereka yang kompleks. 

Di sisi lain, chemistry antara Rogue dan Magneto terlihat sangat menarik untuk dieksplorasi lebih jauh. Magneto menjadi magnet terbesar dalam seri ini dengan kharismanya yang bahkan lebih kuat dibandingkan di film-film sebelumnya.

X-Men ’97 membawa nostalgia bagi para penggemar setia seri animasi lawasnya, sekaligus membuka jalan bagi MCU ke depan. 

Ending-nya membuka peluang untuk kelanjutan seri ini, dengan kabar bahwa musim kedua dan ketiga sedang dalam proses produksi. Seri animasi dua dimensi ini lebih cepat dan mudah diproduksi dibandingkan animasi 3D atau live-action yang memerlukan efek visual besar-besaran.

Dengan segala kelemahannya, X-Men ’97 tetap menawarkan cerita yang menarik dan penuh kejutan. Jadi, apakah Anda siap menyaksikan kelanjutan petualangan para mutan ini?

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak