Perjuangan Perempuan Kulit Hitam di Medan Perang dalam The Six Triple Eight

Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Perjuangan Perempuan Kulit Hitam di Medan Perang dalam The Six Triple Eight
Poster Film The Six Triple Eight (IMDb)

Ketika sejarah menuliskan kisah-kisah besar Perang Dunia II, nama para pahlawan perempuan kulit hitam seringnya terlupakan.

Mereka yang bekerja tanpa lelah di balik perjuangan, harus menghadapi diskriminasi rasial dan gender, yang membuatnya kerap tenggelam dan nggak terdengar namanya.

Tyler Perry, melalui film terbarunya The Six Triple Eight, mencoba mengangkat kisah nyata perempuan-perempuan luar biasa ke muka dunia. 

Disutradarai dan ditulis Tyler Perry, Film The Six Triple Eight, drama perang yang rilis 20 Desember 2024, yang juga diproduksi Tyler Perry Studios dan Mandalay Pictures, membuatnya cukup banyak dibicarakan.

Oh, iya, film ini dibintangi Kerry Washington, Ebony Obsidian, Dean Norris, Gregg Sulkin, dan masih banyak peran pendukung lainnya.

Dengan durasi ± 127 menit, film ini menyuguhkan perjalanan emosional tim 6888, satu-satunya unit perempuan kulit hitam yang bertugas di militer Amerika Serikat selama Perang Dunia II.

Kepo kisah lengkapnya? Jangan berhenti baca ya!

Sinopsis Film The Six Triple Eight

Cerita dimulai dengan Lena Derricott (Ebony Obsidian), perempuan muda kulit hitam yang menjalani hubungan terlarang dengan Abram (Gregg Sulkin), prajurit kulit putih di kota kecil Amerika pada tahun 1940-an.

Ketika perang merenggut nyawa Abram, Lena memutuskan bergabung dengan militer dengan alasan sederhana: "Ingin membunuh Hitler."

Lena bertemu dengan perempuan-perempuan kulit hitam lain yang sama-sama bertekad membuktikan diri, seperti Johnnie Mae (Shanice Shantay), yang sering memecah suasana dengan komedi khasnya.

Mereka dipimpin Mayor Charity Adams (Kerry Washington), sosok perempuan tegas yang nggak gentar menghadapi tantangan, termasuk dari General Halt (Dean Norris) yang sering mencoba mendominasi (cenderung intimidasi).

Namun, tugas mereka jauh dari medan perang. Tim 6888 ditugaskan menyortir dan mengirimkan 17 juta surat yang menumpuk—pekerjaan yang dianggap remeh, tapi jadi jantung moral tentara di garis depan.

Dengan waktu hanya enam bulan, mereka bekerja keras, melawan stereotip, diskriminasi, dan ekspektasi rendah yang terus membayangi mereka.

Relevansi Sejarah dan Isu Modern

Film The Six Triple Eight nggak hanya jadi pengingat pada peran perempuan kulit hitam dalam sejarah Perang Dunia II, tapi juga gambaran dan pengingat atas perjuangan panjang mereka yang masih relevan hingga hari ini.

Dalam perkembangan dunia masa kini, tantangan yang dihadapi perempuan kulit hitam di era 1940-an tetap bergaung di masa sekarang. Hmmm….

Isu utama yang diangkat: Bagaimana peran mereka sering diremehkan atau diabaikan. Dalam film ini, pekerjaan menyortir surat mungkin tampak sederhana, tapi tugas itu menyentuh kehidupan jutaan tentara di medan perang, memperkuat moral mereka melalui komunikasi dari orang-orang tercinta.

Ini jelas menunjukkan, kontribusi perempuan kulit hitam, meskipun nggak selalu berada di garis depan, tetaplah vital membangun sebuah bangsa.

Selain itu, karakter Mayor Charity Adams, jadi simbol perempuan kulit hitam yang nggak gentar melawan patriarki dan rasisme. Adams menolak tunduk pada General Halt dan berjuang sekaligus menunjukkan dia dan timnya layak dihormati.

Pesan ini teramat relevan dengan perjuangan perempuan kulit hitam saat ini dalam menuntut keadilan, hak-hak yang setara, dan pengakuan atas kontribusi mereka di berbagai bidang.

Namun, Film The Six Triple Eight juga menggambarkan hal yang begitu pahit, perjalanan menuju pengakuan itu nggak mudah.

Diskriminasi sistemik yang dialami tim 6888 jadi gambaran kondisi dunia modern, perempuan kulit hitam masih harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan posisi yang layak dan suara yang didengar.

Kisah-kisah seperti ini memberikan ruang buat penonton untuk melihat perjuangan dari sudut pandang berbeda—POV yang selama ini sering diabaikan.

Tyler Perry, meskipun nggak sepenuhnya berhasil menciptakan film tanpa cela, patut diapresiasi karena mencoba membuka diskusi tentang isu penting ini melalui filmnya.

Film ini ada di Netflix. Tontonlah kalau mau. 

Skor: 3/5

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak