Review Serial 'Zona Merah', Serangan Zombie Indonesia yang Gak Kalah Seram

Hayuning Ratri Hapsari | Della Dwi Saputri
Review Serial 'Zona Merah', Serangan Zombie Indonesia yang Gak Kalah Seram
Poster series Zona Merah (Instagram/vidiooriginals)

Zona Merah’ adalah serial asli Indonesia yang tayang perdana pada 8 November 2024 lalu di layanan streaming Vidio. 

Mengangkat genre aksi thriller, serial yang disutradarai oleh Sidharta tata dan fajar Martha Santosa ini menyoroti kisah pertahanan hidup di era gempuran mayat hidup atau zombie

Berbeda dengan serial Indonesia kebanyakan yang hanya berfokus pada kisah percintaan, horor, atau drama saja. ‘Zona Merah’ dengan berani mengangkat kisah survival melawan zombie atau disebut dengan mayit dalam serial ini.

Berlatarkan di kota fiktif bernama Rimbalaya, kisah ‘Zona Merah’ berfokus pada Maya (Aghniny Haque), seorang buruh pabrik kayu yang berjuang keras untuk menghidupi adik, Adi (Devano Mahendra) setelah kepergian orang tua mereka. 

Maya harus berjuang menghadapi ketidakadilan dari sang atasan dari golongan pejabat dan berjuang mendapatkan haknya bersama dengan buruh lain. 

Sementara itu, Risang (Andri Mashadi) adalah seorang wartawan yang tengah menyelidiki kasus korupsi di daerah Rimbalaya yang melibatkan Bupati Zaenal (Lukman Sardi). 

Suatu ketika, di tengah kekacauan di pabrik Maya bekerja, Adi tiba-tiba menghilang. Situasi semakin rumit ketika muncul serangan mayat hidup yang mengancam kota tersebut. 

Maya bersama dengan Risang, berusaha mencari Adi dan mengungkapkan kebenaran dibalik semua ini. Sementara Adi bertemu dengan Ella (Maria Theodore), selebgram yang kehilangan orang tuanya akibat ulah mayit-mayit itu. 

Mereka semua harus berjuang bertahan hidup melawan para mayit dan keluar dari Rimbalaya yang sudah menjadi zona merah yang tidak dapat dievakuasi. 

Review Serial ‘Zona Merah’

Serial ‘Zona Merah’ ini terdiri atas 8 episode dengan durasi masing-masing adalah sekitar 50 menit. 

Sebenarnya bukan hanya soal zombie, ‘Zona Merah’ memiliki latar belakang cerita yang cukup kompleks yaitu kebusukan pada pejabat dan wewenangnya yang menyengsarakan rakyatnya. 

Jika biasanya dalam film-film zombie, hal yang digali dan ditekankan adalah dari mana virus itu berasal atau asal muasalnya.

Dalam serial ‘Zona Merah’ hal tersebut dibuat sederhana namun tetap masuk akal. Malah, menurutku yang perlu digaris bawahi dan lebih ditonjolkan adalah sikap para pejabat serakah ini yang lebih kejam dari iblis sekalipun. 

Selain itu, ‘Zona Merah’ juga tak terkesan memaksa serial ini seperti serial zombie luar seperti yang mungkin sudah kita tonton.

Alih-alih menyebut makhluk-makhluk aneh ini zombie, dalam ‘Zona Merah’ perdagangan mayat hidup ini sebut ‘Mayit’ yang menghighlight unsur lokalitas zombie versi Indonesia. 

Tak sampai di situ, bahkan hal-hal penangkal zombie, seperti bau durian, bau bangkai, sampai adegan ritual pawang hujan juga dibuat sangat lokal, meskipun malah terkesan absurd dan tiba-tiba. 

Namun, cara-cara kepepet yang dilakukan para karakter dalam keadaan putus asa ini menjadikannya logis karena ada alasan sebab akibat untuk bertahan hidup. 

Terlepas dari beberapa celetukan jokes yang kadang gak tepat sasaran, chemistry karakternya cukup baik dan natural. Apalagi background latar belakang mereka yang awalnya saling membenci harus bekerja sama demi bertahan hidup. 

Di beberapa episode juga terdapat scene-scene yang cukup disturbing, seperti terlalu banyak darah atau aksi-aksi brutal yang cukup dar-der-dor. Serial ini masih bisa dinikmati untuk para pencinta gore atau zombie movie. 

Overall, saya cukup apresiasi pada serial ‘Zona Merah’ karena memberikan warna baru di serial Indonesia. 

Rating: 7.5/10

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak