Kritik Tajam tapi Santai dalam Buku Kumpulan Cerpen Jreng Karya Putu Wijaya

Hernawan | Fathorrozi 🖊️
Kritik Tajam tapi Santai dalam Buku Kumpulan Cerpen Jreng Karya Putu Wijaya
Buku Jreng karya Putu Wijaya (iPusnas)

Buku kumpulan cerpen Jreng karya Putu Wijaya ini berisi 37 cerpen yang panjang dengan tema yang bervariasi. Mayoritas cerpen yang ia tulis merupakan teriakan rakyat atas kebijakan pemerintah. Hal ini bisa kita jumpai dalam cerpen bertajuk Layang-Layang dan Guru.

Dalam cerpen Layang-Layang Putu Wijaya angkat percakapan antara layangan yang putus talinya dan angin yang membawanya tak tentu tujuan. Saat layang-layang putus ia ingin angin membawanya terbang, tapi tidak ke Indonesia, sebab ia muak mendengar orang debat kusir.

Putu Wijaya memaknai debat kusir adalah perang mulut bukan mencari penyelesaian, tapi hanya untuk mengalahkan lawannya. Selain itu, kebosanan layangan itu terbang di langit Indonesia sebab ia nilai negara tersebut telah rusak, bukan hanya alamnya, namun juga pemimpinnya.

"Para pemimpinnya suka berantem, rakyat tidak terurus. Di mana-mana orang semuanya tidak puas. Siapa saja yang dapat kesempatan, akhirnya kelakuannya sama saja." (Halaman 8).

Sedangkan dalam cerpen Guru, mengisahkan orang tua yang sangat tidak setuju dengan cita-cita anaknya, Taksu, yang hendak menjadi seorang guru. Bagi si bapak dan istrinya, menjadi seorang guru adalah malapetaka. Sebab, pemerintah tidak mau memberi gaji yang setimpal kepada guru.

"Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit, tapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau banting tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. Kamu tertipu, Taksu! Puji-pujian itu dibuat supaya orang-orang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi guru. Padahal, anak-anak pejabat sendiri, berlomba-lomba dikirim ke luar negeri biar sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masa begitu saja kamu tidak nyahok?" (Halaman 352).

Taksu diimingi-imingi laptop canggih keluar terbaru, bahkan juga mobil MBW dengan harga tiga miliar, dengan syarat ia mengubur cita-citanya menjadi seorang guru. Namun, Taksu teguh pendirian, ia tetap ingin menjadi seorang guru.

Di akhir kisah, Taksu menjadi seorang pengusaha besar yang sangat berhasil dengan Pusat Pelatihan Tenaga Kerja di hampir seluruh kota, dengan pasar mencakup seluruh Indonesia dan mancanegara. Dan saat Taksu mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi, sang promotor menyampaikan bahwa Taksu adalah guru bagi sepuluh ribu orang pegawainya dan lebih dari seratus ribu karyawan produknya.

Membaca cerpen-cerpen Putu Wijaya ini, seperti menyelami bangsa Indonesia dengan cermin buramnya. Uniknya, cermin buram tersebut dituturkan oleh Putu Wijaya dengan begitu santai dan terkadang bernada komedi yang membuat pembaca terhibur.

Identitas Buku

Judul: Jreng

Penulis: Putu Wijaya

Penerbit: Basabasi

Cetakan: I, Januari 2018

Tebal: 416 Halaman

ISBN: 978-602-6651-25-9

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak