Dinginnya Alaska yang bersalju, seakan-akan kalah sama gelombang manusia yang memburu emas dan harapan yang bergumul. Ya, di tengah suasana yang keras dan penuh bahaya itu, muncul sosok mungil dengan topi derby, celana gombrong, tongkat di tangan, dan langkah kikuk. Dialah The Lone Prospector, si Tramp yang kembali lagi melalui gaya Charlie Chaplin dalam ‘The Gold Rush’, film rilisan 1925 yang hingga kini dikenang sebagai mahakarya pantomim dan salah satu komedi terbesar sepanjang sejarah layar lebar.
Disutradarai, diproduksi, dan dibintangi Charlie Chaplin sendiri, ‘The Gold Rush’ nggak sebatas film bisu berdurasi dua jam lho. Ini semacam perpaduan sempurna antara komedi slapstick dan drama yang menggetarkan hati, penuh dengan visual yang menawan, adegan ikonik, dan kekayaan emosi yang melampaui zamannya.
Berbeda dengan film-film Chaplin sebelumnya yang lebih longgar secara naratif, Film The Gold Rush menghadirkan alur cerita yang lebih padat dan dramatik.
Wah, menarik nih! Sobat Yoursay yang penasaran dengan detail kisahnya, jangan skip sampai akhir!
Sekilas tentang Film The Gold Rush
Filmnya mengikuti kisah si Tramp (yang kali ini sebagai pencari emas amatir di pedalaman Alaska). Dalam usahanya bertahan dari badai salju, dia berlindung di kabin milik Black Larson (Tom Murray) si buronan berbahaya. Nasib mempertemukan mereka dengan Big Jim McKay (Mack Swain), prospektor bertubuh besar yang menemukan ladang emas sebelum tersapu badai dan tersesat ke kabin yang sama.
Apa yang terjadi selanjutnya? Kelaparan yang menyesakkan, sepatu yang dimasak dan disantap seolah-olah makanan enak, lalu pertaruhan hidup dan mati, dan tentu saja cinta dengan balutan komedi sepanjang durasi bergulir.
Yap, Tramp jatuh hati pada Georgia (Georgia Hale), gadis favorit di sebuah dansa hall. Dalam salah satu adegan paling ‘uwu’, Tramp dengan polos menyiapkan pesta malam tahun baru demi menyambut Georgia dan teman-temannya. Namun yang datang bukan harapan, melainkan kekecewaan yang teramat sunyi. Adegan ini jadi salah satu momen paling memilukan yang pernah Chaplin tampilkan di layar lebar. Hiks!
Review Film The Gold Rush
Aku lho suka banget sama komedinya karena kelucuannya nggak pernah mengorbankan cerita. Setiap gag, setiap adegan slapstick, selalu ada di jalur naratif yang masuk akal. Mulai dari urusan dapur dengan sepatu, aksi kocak menghindari laras senapan, hingga klimaks luar biasa ketika kabin mereka terguncang badai dan berada di ambang jurang es. Semuanya nggak cuma lucu, tapi juga menegangkan dan mengagumkan secara teknis. Gimana nggak mengagumkan, kebanyakan tuh praktikal yang kelihatan meyakinkan banget.
Adegan kabin yang miring di tepi tebing mungkin puncak sinematik film ini. Teknisnya cerdas, dan mengundang tawa tanpa henti. Satu reel penuh yang nyaris hanya berisi aksi ‘hidup dan mati’ yang digubah jadi pertunjukan komedi.
Salut deh; Chaplin di sini nggak sebatas bintang. Dia pokoknya pusat gravitasi film ini! Ya, dia memikul seluruh beban sepuluh reel tanpa pernah membuat diriku bosan. Dalam film ini, dia kembali membuktikan dirinya sebagai pantomim sejati, yang mampu membuat aku tertawa hanya dengan gerak tubuh, lalu bikin ikutan terharu lewat tatapan matanya.
Di akhir film, setelah semua petualangan selesai dan harta karun ditemukan, Tramp kembali tampil dalam balutan tuksedo elegan.
Oke deh. Film The Gold Rush adalah bukti humor bisa abadi, bahwa kisah sederhana tentang cinta, lapar, dan mimpi bisa menjelma jadi karya seni yang hidup lintas generasi.
Kalau Sobat Yoursay belum pernah nonton Film The Gold Rush, tontonlah di KlikFilm!
Skor: 4,5/5