Apa jadinya jika manusia dipandang sebagai makhluk asing oleh sosok yang benar-benar asing? Bagaimana jika semua rutinitas, emosi, dan ambisi manusia diamati oleh entitas yang tidak memiliki konsep tentang cinta, kehilangan, atau bahkan kehangatan keluarga?
Pertanyaan semacam ini menjadi pijakan dalam novel "The Humans" karya Matt Haig, yang menghadirkan kisah tentang seorang alien yang turun ke Bumi dan mengambil alih tubuh seorang profesor matematika demi menghentikan penyebaran penemuan besar yang dianggap mengancam semesta.
Lewat sudut pandang makhluk asing tersebut, kehidupan manusia menjadi sesuatu yang tak hanya aneh, tetapi juga penuh ironi sekaligus keindahan tersembunyi.
Novel ini memusatkan kisah pada sosok alien yang menyamar sebagai Andrew Martin, profesor Universitas Cambridge yang baru saja memecahkan Hipotesis Riemann, sebuah persoalan matematis yang diyakini mampu merevolusi peradaban manusia.
Namun, keberhasilan tersebut justru dianggap berbahaya oleh peradaban lain karena dipercaya dapat mempercepat kehancuran umat manusia.
Misi sang alien jelas: menghapus setiap jejak penemuan dan siapa pun yang mengetahuinya. Akan tetapi, seiring waktu, ia justru menemukan sisi manusia yang tak terduga—sebuah kompleksitas emosi dan hubungan yang jauh lebih rumit daripada kalkulasi angka mana pun.
Tema utama dalam "The Humans" adalah eksplorasi mengenai arti kemanusiaan. Dari penyampaian narasi yang cerdas dan tajam, Matt Haig menggambarkan bagaimana hal-hal sederhana, seperti menikmati musik, merasa takut akan kehilangan, hingga tertawa tanpa alasan, menjadi fondasi kehidupan manusia yang selama ini kerap luput disadari.
Dari kacamata alien yang tak memahami kebutuhan akan kasih sayang atau kehangatan keluarga, sebagai pembaca, kita diajak menilai ulang apa yang membuat manusia tetap bertahan dalam ketidakpastian hidup.
Keberhasilan novel ini terletak pada kemampuannya membalikkan pandangan pembaca terhadap kebiasaan sehari-hari, memaksa untuk mempertanyakan kembali tujuan hidup di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan.
Di samping itu, kisah ini juga relevan dengan isu sosial masa kini yang menunjukkan semakin jauhnya manusia dari esensi dirinya sendiri.
Di era modern, manusia sering kali terjebak dalam pencapaian material, teknologi mutakhir, dan pengakuan sosial, hingga lupa bagaimana caranya hadir secara utuh dalam kehidupan orang-orang terdekat.
Novel ini mengkritik hal tersebut dengan cara halus, lewat pengamatan polos sang alien terhadap perilaku manusia yang gemar mengejar hal-hal fana, tetapi justru sering mengabaikan kebutuhan paling dasar: dicintai dan dihargai.
Sebagai penutup, "The Humans" bukan hanya sekadar fiksi ilmiah tentang alien dan Bumi. Lebih dari itu, novel ini merupakan cermin reflektif bagi manusia modern untuk kembali memahami makna eksistensi dan hubungan antarsesama.
Dari kisah sederhana yang sarat makna ini, tersirat pesan bahwa menjadi manusia memang tidak sempurna, tetapi justru di situlah letak keindahannya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS