Mengingat rentetan teka-teki pada buku pertama, novel Doki-Doki Game: Over? hadir mengisi sekat-sekat kosong tanpa jawaban.
Masih bersama Ran Orihara—seorang penulis yang menggemari anime—seri Doki-Doki Game berlanjut ke buku kedua yang sama-sama diterbitkan oleh Ice Cube Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), tetapi pada tahun 2015. Alur utama buku kedua lebih berfokus pada penyelesaian konflik yang masih menggantung dari buku pertama.
Kenapa hanya detak jantung Runa yang tidak bisa Kuon dengar?
Apa alasan Kuon menciptakan Doki-Doki Game dan klubnya?
Apakah keluarga Kuon (Hoga) dan keluarga Runa (Yamane) saling mengenal? Atau mungkin punya kaitan tersendiri?
Sejauh apa hubungan Kuon dan Runa sebenarnya?
Tentunya masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dibiarkan mengambang pada buku pertama. Selain meningkatkan rasa penasaran pembaca, metode "menggantung" konflik ini juga mengundang banyak spekulasi. Mungkin begini, mungkin begitu, bisa jadi tidak keduanya. Bagusnya, pembaca menunggu dengan tidak sabar, seolah mengekspresikan ujaran "takut mati penasaran".
Buruknya? Pembaca menyetel batas ekspektasi terlalu tinggi.
Pembaca dari berbagai kalangan dan ragam cara berpikir sudah pasti punya dugaan tersendiri. Nah, ini adalah salah satu daya tarik dan keunikan Ran Orihara sebagai penulis. Dalam seri Doki-Doki Game, tampak bahwa dia tidak mudah terpengaruh oleh interpretasi pembacanya.
Sinopsis Doki-Doki Game: Over?
Runa berhasil memenangkan Doki-Doki Game yang kedua setelah statusnya sebagai siswi Seishin Gakuen resmi. Meskipun harus basah kuyup, Runa akhirnya menyadari trik dalam memecahkan teka-teki yang Kuon berikan.
Selepas merenggut pin master milik Rintaro, Runa dihadapkan pada dua pilihan sulit untuk menjebloskan siswa lain ke nero class, antara menggunakan hak mutlak atau memutar fortune wheel.
Tidak disangka-sangka, kemenangan Runa dalam Doki-Doki Game ini—terlebih karena dia adalah seorang siswi baru—ternyata malah jadi bumerang. Perlahan, tapi pasti, menumpuk dan menjadi konflik baru.
Doki-Doki Game masih berlanjut di sekolah. Kuon juga masih menjabat sebagai ketua Doki-Doki Club. Panggilan hormat ousama 'raja' pun masih melekat erat pada namanya tanpa peduli perlawanan dari Runa.
Jadi, apa langkah Runa selanjutnya untuk menghentikan Kuon dan permainan kolosal ciptaannya itu?
Hal Menarik dalam Doki-Doki Game: Over?

Buku kedua dalam seri Doki-Doki Game ini berotasi pada penyelesaian konflik yang menggantung dalam buku pertama, tipikal serial pada umumnya. Sebenarnya, jika dibuat dalam satu buku pun tidak masalah, tetapi rentang penerbitan yang cukup jauh (satu tahun) justru membuat rasa penasaran makin tinggi, bukan? Pembaca kian penasaran terhadap kelanjutan cerita.
Selain gulungan ketegangan dalam cerita yang perlahan terbuka, Doki-Doki Game: Over? juga mengeksplorasi tema-tema penting yang relate dengan kehidupan sehari-hari, misalnya antara kekuasaan dan keserakahan.
Pembaca digiring untuk mengungkap sisi buruk manusia, yang tidak pernah puas dan selalu iri hati. Meskipun demikian, ketika alasan Kuon menciptakan permainan kolosal ini terungkap, rasanya seperti ada tarikan lembut dalam hati: "Oke, aku paham alasannya, tapi ini tetap salah."
Oleh karena itu, penyelesaian konflik pertama ini cocok ditempatkan pada warna abu-abu sebab setiap pembaca pasti punya pandangan masing-masing. Mungkin pembaca A merasa keputusan Kuon sudah tepat, mungkin juga pembaca B menganggap Kuon kurang bijak. It's just in between.
Apakah Ending-nya Memuaskan?
Memuaskan atau tidaknya suatu buku kembali pada opini tiap pembaca. Kebanyakan memang berkomentar kalau akhir cerita Doki-Doki Game: Over? kurang nendang, hanya menggelitik saja. Namun, jangan salah. Eksekusi plotnya seapik buku pertama, tidak ada kejanggalan ataupun plot hole, dan pastinya menjawab konflik secara menyeluruh.
"Kenapa hanya detak jantung Runa yang tidak bisa Kuon dengar?" ternyata punya kaitan dengan "Sejauh apa hubungan Kuon dan Runa sebenarnya?"
Tidak berhenti sampai di situ saja, Ran Orihara selaku penulis pun mengulas alasan Kuon menciptakan permainan kolosal Doki-Doki Game sekaligus hubungan antara keluarga Hoga dan Yamane. Semuanya dikemas dengan rapi, runtut, serta penuh kehati-hatian.
Di samping eksekusi plot dan penutup konflik yang apik, ada semacam tease pada kalimat di halaman terakhir: "Doki-Doki Game: Restart?"
Tease tersebut mengindikasikan adanya buku ketiga dalam seri Doki-Doki Game. Dipikir-pikir lagi, masuk akal juga sih, terutama karena pemilihan tanda baca pada judul kedua, yaitu tanda tanya, seolah-olah permainan kolosal ini belum selesai.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada kabar terbaru mengenai kehadiran buku ketiga pada seri Doki-Doki Game. Jadi, kemungkinan besar tease tersebut sebatas godaan saja yang membuat novelnya open ending.
Gimana menurutmu? Kalau kamu sedang mencari bacaan ringan dengan eksekusi plot menarik, Doki-Doki Game: Over? layak banget masuk ke to be read. Pastikan sudah baca Doki-Doki Game: Start! dahulu ya, supaya enggak bingung dengan alur ceritanya.