Sudahkah kamu menyaksikan serial berjudul: "The Twilight Zone" versi tahun 2019? Nah, serial itu mengajak penonton untuk memasuki dunia yang asing tapi sangat menarik. Serial ini menggaet tiga nama beken, ada: Simon Kinberg, Jordan Peele, dan Marco Ramirez. Mereka bekerja sama menghidupkan dan mengembangkan kembali kisah “The Twilight Zone”, serial televisi legendaris, yang pertama kali tayang pada 1959.
Menariknya, Jordan Peele, itu dikenal atas kemampuannya menggabungkan elemen horor dengan narasi yang menggigit. Bahkan, saking suksesnya Serial The Twilight Zone musim pertama, membuatnya berlanjut ke musim 2 yang tayang pada 2020.
Yang wajib kamu ketahui dari "The Twilight Zone" versi 2019, serial ini mengusung konsep antologi, yang menggabungkan elemen fiksi ilmiah, horor, dan fantasi. Setiap episode menampilkan cerita tersendiri alias kisahnya berdiri sendiri dengan twist akhir yang mengejutkan banget. Serial ini mengeksplorasi tema-tema seperti penguasaan oleh teknologi, rasisme, ketidakadilan sosial, dan dilema moral dalam konteks modern.
Ulasan
Yang bisa kupetik dari serial sepanjang 20 episode dalam dua musim ini, ialah format episodiknya yang khas, sama dengan konsep pendahulunya. Namun, yang membedakan versi ini adalah kemampuannya untuk memasukkan pesan-pesan sosial.
Misalnya, dalam episode "Replay", ada karakter ‘ibu dan putranya’ yang berusaha menghindari pertemuan yang berulang dengan petugas polisi yang korup. Cerita ini menggambarkan perasaan ketakutan dan keputusasaan yang dirasakan oleh komunitas minoritas terhadap penegakan hukum yang nggak adil. Peele tampaknya cukup cermat mengarahkan narasinya, sehingga mampu mengeksplorasi tema-tema yang diusung tanpa mengorbankan ketegangan atau alur cerita.
Secara visual, "The Twilight Zone" versi 2019 menampilkan estetika yang gelap dan misterius, dan itu berhasil menciptakan atmosfer yang sesuai dengan cerita-ceritanya. Kurasa, setiap adegan dirancang dengan hati-hati untuk menambah lapisan emosi dan ketegangannya, sehingga memperkuat pengalaman nonton. Bahkan, performa dari para aktor seperti: Kumail Nanjiani, Taissa Farmiga, dan Adam Scott, memberikan daya tarik setiap episodenya.
Oh, iya. Kamu juga perlu tahu bahwa Jordan Peele nggak hanya sebagai sosok pengembang serial ini, tapi juga sebagai naratornya. Introdusi Peele yang tenang dan misterius di awal setiap episode, memberikan nuansa misterius dan seakan-akan ngajak penonton buat nonton terus.
Meskipun secara keseluruhan serial ini sukses dalam mengeksploitasi potensi konsepnya, ada beberapa episode yang agak kurang sih. Beberapa cerita terasa agak berlebihan, dan terkesan hanya untuk menarik perhatian penonton, dengan twist yang terasa dipaksakan, ditambah dengan cerita yang kurang terjalin dengan baik. Namun, kebanyakan episode tetap menghibur dan menantang, dengan tema-tema yang relevan dengan keadaan masyarakat sekarang.
Maka dari itu, "The Twilight Zone" versi 2019, menurutku, merupakan reboot yang bagus, dan cukup menghormati sumber awalnya sambil memperbarui tema-tema dan pesannya untuk masa kini. Jordan Peele dan timnya berhasil menciptakan serial yang nggak hanya memanjakan penggemar klasik, tapi juga menarik generasi baru dengan cerita-cerita yang menghibur.
Sekadar info, "Reboot" itu sebuah istilah yang digunakan dalam industri film maupun hiburan, yang merujuk pada 'proses pembuatan ulang sebuah waralaba atau cerita' biasanya dengan menghormati sumber awal atau aslinya, bisa juga dengan pendekatan baru yang berbeda dari versi sebelumnya.
Namun, reboot biasanya mengabaikan alur cerita dan kontinuitas yang sudah ada, dan lebih memberikan interpretasi baru terhadap karakter, latar, dan plotnya. Tujuan dari perbedaan yang dirancang itu, ialah untuk memperkenalkan pada generasi (penonton baru) agar lebih relevan di zamannya atau memberikan perspektif yang segar terhadap materi asli.
Okelah kalau begitu. Skor dariku: 7,5/10. Ini hanya soal selera tontonan, jadi kamu bisa buktikan sendiri dengan menontonnya. Nah, kamu mulai penasaran? Masukkan judulnya dalam list tontonmu jika memang kepo, dan jangan tahan keingintahuanmu buat nonton.
Baca Juga
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
-
Ketika Horor Thailand Mengusung Elemen Islam dalam Film The Cursed Land
-
Review Film Laut Tengah: Ketika Poligami Jadi Solusi Menggapai Impian
-
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
-
Kekacauan Mental dalam Film Joker: Folie Deux yang Gila dan Simbiotik
Artikel Terkait
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
JKIND Pamerkan Inovasi Kaca Film dan Paint Protection di GJAW 2024
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan
-
Reaksi Umi Pipik Lihat Abidzar Al Ghifari Beradegan Intim di Film Guna-Guna Istri Muda
Entertainment
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan
Terkini
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?