Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Foto Jumlah Penoton Film Harta Tahta Raisa (Instagram: imajinari.id)

Melihat perolehan jumlah penonton bioskop yang terbilang menyedihkan, tentu saja sangat berpengaruh terkait untung-rugi sebuah film tertentu. Pada tanggal 6 Juni 2024, film dokumenter berjudul: "Harta Tahta Raisa", yang diproduksi oleh Imajinari atas kerja sama dengan Juni Records, dan disutradarai oleh Soleh Solihun, resmi dirilis di bioskop-bioskop Indonesia. 

Namun, dalam dua minggu masa penayangan, Selasa (18/6/2024), menurut laman resmi Instagram Imajinari, film ini hanya mampu menarik 10.734 penonton (dan aku termasuk di antara para penontonnya). Mengejutkan banget karena itu angka sangat mengecewakan untuk film buatan Imajinari, yang belum lama ini merilis Film Agak Laen dengan perolehan jumlah penonton tembus sembilan juta lebih. Sangat jomplang ya. 

Apa sih yang menyebabkan jumlah penontonnya serendah itu? Nah, berikut ini adalah empat faktor yang bikin Film Harta Tahta Raisa jeblok di pasar perfilman dalam negeri:

1. Film Dokumenter Cakupan Penontonnya Sangat Terbatas

Kamu berapa kali lihat poster dari film-film dokumenter di bioskop? Jarang banget melihatnya, kan? Ya begitulah. Dokumenter itu genre film yang cakupan pasarnya (perhatian atau atensi) sangat terbatas di Indonesia. Penonton Indonesia umumnya lebih cenderung menyukai film bergenre horor, komedi, aksi, atau film yang menawarkan cerita fiksi tapi kuat secara naratif. Dokumenter, meskipun menyuguhkan cerita yang dalam dan berdasarkan kehidupan nyata, seringkali nggak mampu bersaing dalam hal daya tarik komersial dibandingkan dengan film-film lainnya.

2. Terbatasnya Jumlah Layar

Selain itu, keterbatasan jatah layar juga menjadi salah satu faktor utama. Bioskop-bioskop cenderung memberikan prioritas kepada film-film yang diharapkan dapat memperoleh pendapatan tiket lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan film dokumenter seperti "Harta Tahta Raisa" seringkali hanya mendapat sedikit waktu penayangan dan ruang layar terbatas.

3. Promosi yang Kurang Berani

Jadi maksudnya begini, promosi yang nggak memadai juga menjadi masalah serius. Promosi yang kurang intensif atau kurang merata dapat mengurangi kesadaran publik dan minat terhadap film tertentu, termasuk "Harta Tahta Raisa". Dalam industri yang kompetitif seperti perfilman, strategi pemasaran yang efektif, tentunya berani dan nggak setengah-setengah, biasanya dapat membuat perbedaan besar dalam menarik penonton potensial.

4. Penggemar Raisa yang Belum Tentu Suka Film Dokumenter 

Nah, tema film juga dapat mempengaruhi minat penonton. Meskipun Raisa Andriana sebagai tokoh utama film ini memiliki basis penggemar yang besar di Indonesia, tapi jika dilihat dari perolehan jumlah penonton, maka kemungkinan besarnya, nggak semua penggemar tertarik pada genre dokumenter yang fokus pada aspek-aspek kehidupan nyata dan profesionalisme di balik layar si Raisa. 

Selepas faktor-faktornya, berikut adalah analisis terkait dampak dan implikasinya:

Melihat dari sudut pandang lebih luas, meskipun "Harta Tahta Raisa" menghadapi tantangan awal yang signifikan, film dokumenter sering memiliki potensi untuk mendapatkan apresiasi yang lebih besar di masa mendatang. 

Ya betul. Banyak kok film dokumenter berhasil meraih pengakuan dan kesuksesan yang lebih besar setelah perilisan awalnya, terutama melalui platform streaming, festival film, atau pemutaran khusus di komunitas yang tertarik. Dan ini sama halnya yang akan dilakukan oleh pihak Imajinari, persis dari pengumuman laman Instagram resmi mereka yang menyatakan keinginan besarnya untuk bisa tayang secepatnya di platform streaming. 

Peningkatan minat terhadap genre dokumenter pada dasarnya dapat didorong melalui pendidikan publik tentang nilai-nilai dan keunikan genre suatu film. Nah, kesadaran akan potensi sebuah dokumenter sebagai tontonan yang akan menginspirasi, mengedukasi, dan memberikan wawasan yang dalam tentang berbagai aspek kehidupan nyata, tentunya memungkinkan dapat membantu meningkatkan apresiasi penonton terhadap film-film dokumenter. 

Maka dari itu, platform distribusi digital juga memainkan peran penting. Dengan perkembangan teknologi dan preferensi konsumen yang semakin beralih ke layanan streaming, film dokumenter memiliki kesempatan lebih besar untuk menjangkau audiens lebih luas, nggak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Hal ini memberikan peluang bagi film seperti "Harta Tahta Raisa" untuk tetap relevan dan dapat diakses oleh lebih banyak orang di masa mendatang.

Okelah. Meskipun "Harta Tahta Raisa" memperoleh jumlah penonton yang rendah, film ini tetap memiliki nilai tersendiri bagi fans maupun pecinta film-film dokumenter. Semoga suatu hari film ini mendapat tempat yang tepat untuk bersinar. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha